Chapter 13

877 118 35
                                    

Mata cantiknya menatap betah pada seseorang yang masih sibuk berenang di air terjun, setiap gerak pria itu benar-benar ia awasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata cantiknya menatap betah pada seseorang yang masih sibuk berenang di air terjun, setiap gerak pria itu benar-benar ia awasi.

Jemari lentiknya mengusap lembut bibirnya seraya membayangkan apa yang terjadi semalam.

Shyatra masih bisa merasakan dan membayangkan dengan jelas bagaimana saat bibir mereka saling bertautan.

Mungkin jika petir tidak datang kemarin, mereka sudah melakukan hal yang lebih dari bertukar saliva.

Itu seperti gambaran mereka di masa depan, bukan? Begitu dekat dan saling membutuhkan.

Dengan kepala yang bertumpu pada kedua lututnya, Shyatra tidak melepaskan Kaivan dari pandangannya.

Suasana hari tak secerah kemarin, awan hitam terus menutupi langit, hal itu membuat Kaivan dan Shyatra memutuskan tidak pergi dari sana. Mereka memilih menetap agar tidak kehujanan, selain itu untuk mengistirahatkan badan yang pegal.

Kaivan menggosok kedua tangannya sebelum mengambil air dan membasuh wajah tampannya agar benar-benar segar.

Setelah merasa cukup, pria itu segera beranjak keluar dari air. Hal itu membuat tubuh kekar telanjangnya perlahan terlihat, dan dengan santainya ia berjalan mendekati Shyatra.

Melihat Kaivan mendekat, Shyatra sontak mengalihkan pandangannya. Kenapa pria itu terlihat sangat santai bertelanjang di depannya?

Kaivan memakai kembali celana dalam dan celana pendek miliknya, kemudian bergabung dengan Shyatra di depan api unggun.

Karena bosan makan ikan dan buah, pagi tadi Kaivan berburu di hutan untuk mencari hewan yang bisa di makan, jadi sekarang mereka menikmati kelinci dan burung bakar.

Api unggun terus berkobar, dengan harapan keluarga mereka tahu keberadaan keduanya.

Tapi sudah hari ketiga belum ada tanda-tanda pencarian, apa keluarga mereka tidak berniat mencari?

"Luka kakimu bagaimana?"

Shyatra menatap kakinya yang tidak diperban agar lukanya cepat kering. "Sudah mulai membaik, aku sudah bisa jalan dengan baik." Ia tersenyum polos ke arah sang suami.

Kaivan mengangguk pelan mendengarnya.

"Bagaimana lukamu?" Tanya balik Shyatra.

Kaivan membalas tatapan sang istri. "Aku baik-baik saja, itu hanya luka kecil."

"Baiklah....."

Suasana hening kembali, mereka saling terdiam dan menikmati makanan yang ada. Mereka tidak terlalu dekat dan jarang berinteraksi selama ini, jadi saling canggung.

"Kau dengar sesuatu?"

Keduanya langsung sama-sama terdiam untuk menajamkan indera pendengaran. Kaivan sontak berdiri dan menatap ke atas setelah tahu suara apa itu.

DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang