"Ai dasiku dimana?"
"Hoekkk... hoekk"
"Ai jasku dimana?"
"Hoekk... hoekk"
"Ai parfumku yang kemarin di meja rias kamu letakan dimana?"
"Hoeek... hoeekk"
"Ai sisir dimana kamu letakan ?"
"Hoeek.... hoeekk"
"YA TUHAN!!"
Aku sudah benar-benar akan mengumpat dan berfikir membenturkan kepalaku di dinding saat ini. Kedua pria yang menjadi 'tanggung jawabku' itu benar-benar memerankan peranya dengan baik. Tentu saja 'tanggung jawab' dengan kata lain, tidak bisa barang sedikitpun membiarkanku berusaha menghirup sedikit saja nafas
Fairel menjadi rewel akhir-akhir ini, memasuki step dia akan grasak-grusuk mencoba telungkup di umurnya ke lima bulan meski pada akhirnya dia akan menangis karena tidak berhasil membuat badannya telungkup ditambah Rafa ikut-ikutan bertranformasi menjadi pria serba sempurna dalam minggu terakhir ini, semua-semua miliknya harus di tanyakan padaku meski dia tahu hal itu sudah ada didepan hidungnya
Itu juga yang membuat sabtu petang kami menjadi kacau balau, aku tidak menolak menggunakan jasa Baby-sitter namun Rafa menjadi suka berkothba jika Ayu datang kerumah kami dipagi hari untuk menjaga Fairel sedangkan aku akan memasak sarapan membantu bi Minah, dia beralasana Fairel akan sayang pada Ayu jika terus bersamanya hingga mau tak mau gadis solo itu harus aku berhentikan karena tak tahan semua perkataan Rafa.
Belum lagi karena Rabu semalam kami baru kedapatan undangan untuk menghadiri reuni SMA, tentu saja Rafa yang bersemangat. Dia akan bertemu denga teman-teman karibnya yang menyebalkan itu—yang sewaktu SMA suka membully ku karena menyukai Rafa.... err, aku harus memboking Shinta untuk tidak akan berjalan kemana-mana saat Reuni nanti
Karena itu kami—lebih tepatnya aku menjadi kacau petang ini. Rafa bahkan sudah siap dengan setelan jas yang kubeli hari kamis lalu berwarna abu-abu terang yang terlihat formal namun manis pada porsi badannya yang tinggi tegap plus kemeja hitam dan dasi silver yang mengagumkan. Nah aku? Aku masih memakai baju tidur biruku persis seperti pembantu uring-urigan
Fairel memang tidak ikut Reuni kami karena rencananya kami akan menitipkannya pada Mama yang kata beliau kangen pada cucunya tetapi entah mengapa dia menjadi rewel sekali seperti tidak mau aku menjauh darinya, khas Rafa yang tidak bisa hidup tanpa menanyakan semua barang-barangnya kepadaku
Aku sudah gila!
Bahkan sudah dua jam ini aku bolak-balik naik turun tangga untuk memenuhi panggilan kedua pria tampan itu... Rafa dengan setelannya dan Fairel dengan usaha telungkupnya diruang keluarga dilantai bawah yang khusus kami buatkan seperti taman bermain dengan karpet bulu domba super lembut yang diimport Rafa dari swiss bulan laluBi Minah datang dengan teh hangat ditangannya, menghampiriku yang terduduk sudah hampir pingsan di ujung tangga terbawah, aku tersenyum, akhirnya ada mengertiku. Aku akan benar-benar gila jika aku sendirian dan tertindas dirumah sendiri
"Non kenapa wajahnya lusuh gitu?" tanya Bi Minah
"Rafa sama Fairel buat gila Bi, mereka berdua lagi sekongkol buat cari bunda baru" jawabku sekenaknya
Bi Minah hanya tertawa, permisi kembali kebelakang dan meninggalkanku yang sudah kembali dipanggil-panggil Rafa di lantai atas dan Fairel di lantai bawah. Aku mendengus, memutuskan membawa Fairel ke lantai atas agar yah, setidaknya sebelum reuni aku tidak naik betis duluan akibat naik turun—tangga seperti ini.
"Kita ke atas aja yah sayang, bunda nanti jadi pendek naik-turun tangga terus"
******
"Ai, kamu masih lama? Udah jam berapa nih, nanti kita terlambat"
KAMU SEDANG MEMBACA
YS [1] // Maps (M)
Romance[ 𝐓𝐄𝐋𝐀𝐇 𝐃𝐈𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓𝐊𝐀𝐍 ] PENERBIT : COCONUTBOOK PUBLISHERS /// Beberapa part telah di hapus. Lihat versi cetak untuk full part • [18+] Bibirnya kasar melumat bibirku memaksaku menerima ciuman kasarnya, membuat aku merasakan rasa amis...