I'm changing all of the stations
***
Mei, 9
"Sin"
"Hmm"
"Gue gak tau kenapa yah,"
"Kenapa apa?"
"Rafa kok makin hari makin ganteng yah"
"Ampun deh Ca! Ampun!"
***
Pikiranku meremang, menatap tubuh Rafa yang yang tengah terpengaruhi alkohol.
Dia baru saja berpesta lajang bersama teman-temannya, dan aku yakin sekali pasti dengan vodka, musik, DJ, penari tiang, dan beberapa jenis kegilaan pria matang yang lainnya.
Apa dia lupa, dia membawaku kesini untuk bulan madu, bukan untuk bernostalgia dengan teman-teman yang menjemputnya tadi?
Sisiku mendengus, engh! Seharusnya saat dia menyuruhku untuk tetap di hotel, aku sudah tau ini pasti akan terjadi.
Tadi aku mendengar temannya menelpon dan mengajaknya untuk berpesta gila-gilaan malam ini. Aku jadi teringat pelajaran bahasa Prancis saat SMA.
Meski aku ambigu dengan beberapa kalimat yang mereka bicarakan tadi, tetapi seharusnya Rafa tau kalau aku bisa berbahasa Prancis mengingat dia satu SMA dan satu angkatan denganku.
Apa harusnya aku memaksakan ikut?
kalau begini bagaimana kami akan pulang besok? Masalahnya kami mengambil penerbangan pertama dan itu pukul lima pagi.
Tanganku tergerak melepaskan sepatu serta sweater yang dia kenakan, memperbaiki tidurnya dan berbaring disampingnya.
Memperhatikan raut wajah tampannya yang entah mengapa terlihat seperti manusia tanpa tujuan.
Aku sudah lama sekali memimpikan saat seperti ini, menatap wajah terlelap seorang Rafa, si manusia es yang jarang sekali keluar dari kelasnya saat SMA.
Rahangnya, bibirnya, kelopak matanya, raut datarnya... Semuanya masih sama, masih sama seperti terakhir kali aku melihatnya di perpisahan, masih seperti Rafa yang memandangku penuh kebencian.
Namun kini dia bersamaku, dihadapanku, didekatku nyaris sedekat nadi.
Apakah ini mimpi?
Aku terus saja berkata itu pada diriku.
Apakah ini mimpi? Atau sekedar ilusi gilaku yang tidak pernah terjadi?
Namun gilanya Rafa selalu terlihat dan tersentuh olehku dan aku harus dibangunkan oleh kenyataan yang tidak kalah gilanya bahwa ini memang nyata.
Dulu, aku ingat sekali saat rahasia tentang aku menyukainya terbongkar.
Dia, sohibnya, teman sekelasnya, bahkan adik kandungnya selalu menatapku remeh seolah mengejek bahwa seorang buruk rupa sepertiku tidak akan pernah pantas untuk seorang pangeran seperti Rafa.
Beberapa kali aku pernah mendengar mereka mengejekiku, aku malu sekali tentu saja.
Orang mana pula yang tidak malu jika sudah diperlalukan seperti itu, aku bahkan nyaris tidak mempercayai diriku sendiri karenanya.
Tuhan sebagai saksi sebagaimana susahnya menghilangkan dia di dalam benakku.Aku pernah memaksakan diriku sendiri untuk menjauhi Rafa. Mulai dari berhenti menge-stalk akun sosial medianya, menghapus foto-fotonya dari memori laptopku, mengabaikannya ketika kami berpapasan, hingga sengaja pulang cepat untuk mengindarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YS [1] // Maps (M)
Romance[ 𝐓𝐄𝐋𝐀𝐇 𝐃𝐈𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓𝐊𝐀𝐍 ] PENERBIT : COCONUTBOOK PUBLISHERS /// Beberapa part telah di hapus. Lihat versi cetak untuk full part • [18+] Bibirnya kasar melumat bibirku memaksaku menerima ciuman kasarnya, membuat aku merasakan rasa amis...