Part 6 (2)

220K 5.2K 144
                                    

Aku memperbaiki dasi Rafa yang sedikit miring dari kerahnya, menepuk-nepuk jas dan memasangkan dua kacing jasnya ketempatnya.

Tersenyum menatap pemilihan setelanku hari ini.

Rafa cocok dengan biru dongker lagi pula aku menyukainya.

Kami sudah sampai di gedung wali kota jakarta, Karin dan beberapa staff juga kontraktor-kontraktor lain sudah menunggu dilobi.

Hampir pukul sebelas dan ini waktunya untuk mereka rapat, aku selalu berpikir jika rapat itu menegangkan meski dulu aku adalah anggota organisasi yang berjabatan hampir selalu penting tapi dalam beberapa kali, jika ada kesempatan aku selalu meminta wakil ku untuk menggantikan.

Memikirkan Rafa akan rapat membuatku sama sekali tidak berselera, lebih baik aku mengurus desain-desain yang baru dikirim oleh desainerku kemarin.

Seri musim ini akan segera diluncurkan bulan depan, artinya aku akan kerja lembur lagi beberapa malam ini lalu bulan depan fashion-show butikku akan dilaksanakan, hari-hari melelahkanku akan segera berakhir.

Akhirnya!​

​Terakhir aku memberikan tas kantor Rafa kemudian tersenyum kecil padanya. Rafa melirik arlojinya lalu menatapku kembali, ikut tersenyum.​

​"Aku akan menjemputmu pukul lima."​

​"Baiklah."

Aku mengangguk, ikut-ikutan menatap arloji melihat waktu.

Sebentar lagi rapatnya akan dimulai, kuharap Rafa tidak kelupan sesuatu atau gugup saat mempresentasikan perencanaan kontruksinya.

​"Aku masuk dulu."

Rafa mendesah kecil kemudian melangkah seperti khasnya dengan menggelamkan tangan kanan dalam saku dan meninggalkanku menuju tempat para staff-nya yang sedari tadi baru ku sadari telah memperhatikan kami.

​"Sampai jumpa." ​

​Aku melambai pada Rafa yang baru beberapa langkah menjauh, terpaksa tersenyum gugup untuk menutupi esterogen ku yang meledak.

Tetapi belum masuk ke detik tiga puluh, beberapa wanita bersetelan kantor dengan lipstik merah merona serta bermake-up tebal sengaja menyenggol bahuku, nyaris membuatku terhuyung kebelakang sambil tersenyum mengejekiku.

Sepertinya mereka relasi Rafa yang tidak terima bahwa aku yang akhirnya menjadi istri pria sempurna yang mereka incar selama ini.

Kalau dilihat mereka memang lebih panas dan menggiurkan dariku tetapi biar bagaimanapun bukankah tindakan mereka tadi itu menggelikan?

Menyerangku dengan kekerasan, kupikir mereka bisa lebih cerdas dari pada tingkah kampungan seperti itu​.

Tsk! Baiklah, kita lihat apakah mereka memiliki rasa malu yang tangguh sebesar rasa sombong mereka itu, karena jika mereka tidak memilikinya kurasa mereka akan terjungkang-jungkang menangis melihatku.​

​"Rafa!" ​

​Aku menceletuk, tidak berteriak tetapi cukup untuk membuat Rafa berbalik dan menatapku kembali.

Aku punya ide.

Aku tersenyum sinis dan melangkah cepat, aku membawa diriku mendekati Rafa melewati wanita-wanita itu penuh kemenangan.

Reflek menarik wajahnya mendekat dan mengecup pipinya membuat wanita-wanita itu terperanjat sampai tidak mampu mengucapkan sepatah katapun.​

​"Semoga berhasil."​

YS [1] // Maps (M)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang