But on that road I took a fall
***September, 27
"Liat Fa, ini yang mau ngalahin Farah? Ya ampun beda jauh lah. Kayak putri sama babu hahaha.."
"Kasian banget sih gak punya kerjaan, ngimpi kali sama Rafa"
"Jelek!"
***
Sudah ku putuskan sejak malam itu, aku akan kembali membuka hatiku pada Rafa dan memulai kehidupan yang normal dengannya, kemudian melupakan apa yang telah dikatakannya saat dirumah Mama waktu itu.
Seminggu berlalu begitu lambat dan ini sudah kesekian kalinya aku tidur memakai kemeja Rafa.
Aku benar-benar merindukannya dan hal itu hampir setiap hari berhasil membuat moodku hancur ditaraf paling menyebalkan, tapi terkhusus untuk pagi ini aku sama sekali tidak kehilangan senyumanku.
Pria yang membuatku sakit jiwa akhir-akhir ini telah kembali, masih tertidur di dalam selimut tepat di hadapanku dengan dengkuran halus khasnya.
Wajahnya, bibirnya, matanya, hidungnya semuanya masih sama menakjubkan hanya sekarang potongan rambutnya agak lebih pendek dan rapi, tapi aku menyukainya.Guratan lelah dikelopak mata bawah Rafa juga lebih ketata, kurasa disana dia benar-benar menforsir kerjaannya.
Warna kulitnya juga sedikit kusam, apa dia tidak makan sayur lagi?
Aku mendesah, Rafa benar-benar dengan egonya.
Apa seminggu ini dia sama sekali tidak memperhatikan kesehatannya, pasti dia memakan makanan siap saji disana.
Bagaimana mereka bisa membiarkan bos mereka memakan makanan sampah itu, sepertinya aku harus mencari sekretaris lagi untuk Rafa.
Tanganku tertarik menyentuh wajahnya, aku tersenyum, syukurlah dia baik-baik saja.
Sepertinya dia sampai pagi ke sini, pasti sangat melelahkan perjalanan pesawat dan kembali ke apartemen, sebaiknya aku bergegas menyiapkan sarapan untuknya.
Apa disana dia juga tidak sarapan?
Aku beranjak dari kasur setelah mengecup pipi Rafa, menuju kamar mandi dan mencuci muka lalu beranjak lagi kedapur untuk mulai memasak sarapan.
Sudah hampir pukul delapan, aku sudah siap dengan nasi goreng, kopi dan segelas susu.
Pintu kamar berdecit menampilan Rafa dengan wajah kusut khas bangun tidur, tanpa baju sedang menguap kecil seperti anak kecil.
Aku tertawa dalam hati, dia selalu nampak polos dan mengemaskan saat baru bangun dan tertidur.
Fakta baru tentangnya, untuk beberapa hal aku benar-benar bersyukur telah menjadi istrinya.
Di sudut mataku Rafa melangkah mendekati ruang makan, menggeser kursinya dan menyeruput kopi yang telah kusiapkan.
"Koran pagi hari ini di mana?"
Rafa bertanya memecah keheningan tanpa menoleh, suaranya terdengar datar tanpa minat membuatku terpaksa menautkan alis bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
YS [1] // Maps (M)
Romance[ 𝐓𝐄𝐋𝐀𝐇 𝐃𝐈𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓𝐊𝐀𝐍 ] PENERBIT : COCONUTBOOK PUBLISHERS /// Beberapa part telah di hapus. Lihat versi cetak untuk full part • [18+] Bibirnya kasar melumat bibirku memaksaku menerima ciuman kasarnya, membuat aku merasakan rasa amis...