I miss the conversation
***
April, 11
"Ya ampun De! Kasih tau dong sifat-sifat Rafa di kelas"
"Lo kata si Rafa suatu zat pake dikasih tau sifat-sifatnya?"
"Ya amoun De, pelit amat sih. Lo kan temen kelasnya"
"Gue gak merhatiin dia. Gue gak tau,"
"Pelit!"
***
Lima tahun bukanlah waktu yang mudah untuk melupakannya.
Rafa Azka Putra Abyantara, cinta pertama sekaligus patah hati pertamaku.
Lima tahun yang lalu dalam ingatanku yang masih-teramat segar.
Dia adalah pria pelit berbicara yang sangat cuek dengan sejuta pesona yang mampu membuat seluruh perempuan bertekuk lutut padanya.
Mata hitam dalam dan tajam miliknya saat itu benar-benar menjebakku dalam sebuah kepastian aneh yang sering disebut 'love at first sight'.Bibir merona miliknya, tidak seperti wanita karena bibirnya sedikit gelap yang aku tidak berani menfitnah bahwa dia pernah mencoba rokok, telah mampu membuatku berfantasi bahwa bibir itu yang akan segera mencuri ciuman pertamaku.
Pemilik alis tebal paling menawan yang aku berani jamin itu berasal dari gen om, ah, sekarang harusnya beliau ku panggil Ayah, Herman Abyantara.
Ditambah kumis khas anak sekolah menengah atas yang juga menjadi salah satu alasan perempuan untuk mengantri padanya hanya untuk mendengar lima detik suaranya yang lebih mirip desahan, ku rasa, mungkin.
Semua perempuan, bahkan wanita yang menyimpang sekalipun.
Dan aku disitu, sebagai wanita aneh penggila Organisasi.
Aku inggat waktu dulu aku sering dijuluki wanita kurang kerjaan karena hampir sepekan aku selalu publikasi ke kelas-kelas menyampaikan berbagai kegiatan dari mulai kegiatan OSIS hingga kegiatan organisasi yang lain, dan cerewet.
Saat itu organisasi yang kuminati pun tak sedikit, OSIS dan Dokter remaja salah satunya yang semakin membuatku sering kesenangan meninggalkan pelajaran Ibu Dewi si guru matematika yang paling menyeramkan yang pernah ada, sebenarnya aku bersyukur untuk hal satu itu.
Aku benar-benar membenci matematika.
Sejujurnya ada sedikit komplikasi pada kehidupanku waktu itu, Bunda memaksaku masuk jurusan IPA sedangkan hidup dan matiku sunggu mencintai IPS.Tapi terserahlah, aku mencintai Bunda lebih dari seluruh isi dunia—tidak terlepas dari Tuhan, membuatku terpaksa harus menjalani masa-masa remajaku yang indah dengan kelamnya program studi IPA, yang hampir membuatku keriput dan geger otak ditambah beban hatiku yang selalu mengajakku agar meninggalkan pelajaran demi untuk berburu informasi terbaru tentang pria itu.
Astaga, waktu itu kurasa aku lebih mirip penguntit dari pada seorang yang jatuh cinta.
Terlepas dari segala kebencianku terhadap sebagian masa-masa itu, ada satu ingatan yang masih hingga detik ini membuatku sedemikian minder berdekatan dengan Rafa.
Rafa memang bukan tipikal pria yang memuja ataupun memiliki kemampuan akademik-super-fantastik yang sebenarnya juga menjadi penilaian tersendiri bagi perempuan biasanya, namun dibandingkan denganku, kurasa aku akan berada jauh sekali dengan kemampuannya maka saat itu aku memutuskan untuk mencintainya dalam diam dan takut.
Meskipun saat itu aku menjadi salah-satu kandidat siswa paling berpengaruh, namun sampai di pengunjung perpisahan dia masih tak mengenalku, kata temanku yang sekelas dengannya dia terlampau cuek dengan dunia sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YS [1] // Maps (M)
Romance[ 𝐓𝐄𝐋𝐀𝐇 𝐃𝐈𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓𝐊𝐀𝐍 ] PENERBIT : COCONUTBOOK PUBLISHERS /// Beberapa part telah di hapus. Lihat versi cetak untuk full part • [18+] Bibirnya kasar melumat bibirku memaksaku menerima ciuman kasarnya, membuat aku merasakan rasa amis...