🌼🌼🌼🌼²

7.9K 648 93
                                    

Sesuai janji Sunghoon, hari ini mereka berangkat ke Jeju untuk honeymoon. Karena terlalu mendadak, Jaeyun hanya bisa membawa sedikit baju dan barang-barang penting saja. Sangat kurang persiapan sekali, keduanya hanya membawa masing-masing satu koper dan masing-masing satu tas laptop.

Mereka pergi ke Jeju dengan pesawat supaya lebih cepat sampai dan tidak membuat Jaeyun kelelahan karena perjalanan darat. Tujuan mereka bukan menginap di hotel, melainkan sebuah villa milik keluarga Park.

Villa keluarga berupa bangunan dengan 2 tingkat. Terdapat kolam renang pribadi di depan, tak jauh di sampingnya terdapat lapangan basket. Villa itu memang jarang sekali dipakai, tapi dalamnya sangat bersih dan terawat. Bahkan banyak permainan yang biasanya Jaeyun temui di game center. Mereka akan menempati kamar milik Sunghoon di lantai 2.

"Wow, disini juga ada billiard dan meja pingpong?" seru Jaeyun tak percaya saat mendapati satu ruang besar di sebelah kamar Sunghoon yang diisi dengan permainan yang tak kalah banyaknya.

"Memang apa yang kau harapkan dari keluarga dengan anak tunggal laki-laki?"

"Iya juga ya. Dulu rumahku di Australia juga banyak game seperti ini."

Jaeyun membuntuti Sunghoon ke kamar yang terletak paling ujung. Tampaknya lantai 2 memang hanya terdapat dua ruangan, satu ruangan game, dan satu lagi adalah kamar Sunghoon. Kamar ini memiliki dinding kaca yang menghadap ke kolam renang di depan. Sangat indah sekali bisa melihat pemandangan laut di depan sana.

"Villa ini cocok sekali untuk tempat liburan," kata Jaeyun sambil menghampiri Sunghoon untuk duduk di kasur.

"Hm, kebetulan kau ingin kemari jadi aku memutuskan kita tinggal di villa."

"Apa tidak masalah cuti di jam sibuk kantor?" tanya Jaeyun cemas. Sebab tak biasanya presdir satu ini mau libur bekerja. Saat mendekati hari pernikahan mereka saja Sunghoon selalu mengeluh karena jam kerjanya terbuang begitu saja. Tapi kini bahkan Sunghoon tidak membuka iPad-nya sendiri sejak mereka berangkat dari bandara.

"Tidak masalah. Jatah cutiku belum terpakai sama sekali sejak awal bekerja, cuti 5 hari bukan masalah."

"Lima hari?!" Jaeyun membelalak syok. "Kita lima hari disini?"

"Tidak mau?"

"Bukan begitu," dengus Jaeyun sebal. "Hyung biasanya tidak mau meninggalkan pekerjaan terlalu lama."

Karena sebentar lagi ulangtahunmu, makanya aku melakukan ini, batin Sunghoon sambil tersenyum kecil melihat wajah cemberut istrinya.

"Intinya, karena kita lima hari disini jadi tidak perlu terburu-buru pergi kemana-mana. Hari ini buat istirahat dulu saja di villa, besok baru kita pergi ke tempat yang kau mau."

Jaeyun mengangguk saja. Dia pun membaringkan tubuhnya di ranjang, dengan posisi telentang, tapi tiba-tiba Sunghoon mengubah posisinya menjadi tidur miring.

"Kau sedang hamil, tidak boleh telentang," jelasnya seolah mengerti isi kepala Jaeyun.

Pria hamil itu memanyunkan bibir. "Hamil ternyata tidak enak."

"Terasa berat, hm?" tanya sang suami seraya berbaring menyamping menghadap Jaeyun, dengan satu tangan menopang kepalanya.

Jaeyun mengangguk. Ia membiarkan Sunghoon mengelus perutnya yang masih belum menyembul.

"Naik tangga juga berat."

"Ah benar, harusnya kita pakai kamar bawah."

"Tidak apa-apa, aku masih bisa. Hitung-hitung buat olahraga."

Tangan Sunghoon di perutnya, berpindah ke rambutnya. Menyisir rambut Jaeyun dengan lembut, lalu turun menangkup pipi tembam pasangannya.

"Kenapa kau sangat selfless? Aku tidak pernah melihatmu bersikap egois."

He is my wifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang