🌸🌸🌸³

7.5K 737 72
                                    

Sunghoon menghentak kedua tangan Kazuha yang masih bertengger di bahunya. Tatapannya dingin dan tajam, berkebalikan dengan fakta bahwa barusan mereka berciuman.

"Puas kau sekarang?"

Kazuha menatap pria di hadapannya dengan tatapan terluka. "Kenapa kau seperti ini, Hoon-ah.."

"Berhenti memanggilku seperti itu. Jangan pernah berlagak kau mengenalku lagi setelah ini, Nona Nakamura."

"Kenapa Sunghoon? Aku tau kau pasti masih mencintaiku."

Sunghoon mendengus sinis. "Masih mencintaimu? Siapa? Aku? Setelah melihatmu bersama pria lain, aku masih mencintaimu? Kau bodoh atau apa?"

"Sunghoon.." Kazuha menatapnya tak percaya. Pria yang dulunya sangat mencintainya dan selalu memperlakukannya layaknya putri, kini berkata begitu kasar padanya. Sunghoon kini bukanlah Sunghoon yang dikenalnya dulu.

Sang presdir melipat tangannya di dada, menatap Kazuha remeh. "Kau tidak sepenting itu di hidupku, Nakamura. Kau sendiri yang memilih pergi dan mengkhianatiku. Berhenti bersikap seolah kau yang paling tersakiti disini. Aku tidak peduli lagi denganmu."

Sunghoon bersiap pergi, namun Kazuha menahan lengannya.

"Aku minta maaf, Sunghoon. Aku benar-benar salah saat itu pergi bersama pria lain tapi, kau harus tau kalau semua itu karena ibumu."

Sunghoon menoleh dengan penuh amarah. "Beraninya kau menyeret ibuku."

"Dengar dulu. Di saat kita pacaran dulu, ibumu pernah mendatangiku. Beliau .. beliau mengataiku sebagai wanita Jepang dan melarangku untuk berhubungan lagi denganmu. Beliau tidak ingin anaknya yang menjadi pewaris tunggal itu nantinya menikah dengan orang berkebangsaan negara yang pernah menjajah Korea. Aku juga sakit hati, Sunghoon. Aku tidak punya pilihan selain menjauh darimu. Aku juga terluka selama ini, tidak hanya kau."

Tapi hati Sunghoon sudah terlanjur membatu. Ia sekali lagi menyentak tangan Kazuha darinya. Tak luluh sekalipun wanita itu kini menangis.

"Kalau memang itu yang terjadi, seharusnya kau katakan itu dulu. Sekarang semuanya tidak ada artinya lagi. Aku tidak lagi mencintaimu dan aku sudah menikah sekarang. Dirimu sudah kuhapus sepenuhnya dari kenanganku, Kazuha."

Tanpa mengucapkan salam perpisahan, Sunghoon pun pergi. Meninggalkan Kazuha menangisi dirinya sendiri yang telah dicampakkan.

Sunghoon kembali ke ruang makan. Ia mengernyit hanya mendapati Presdir Shin, Jaeyun tidak terlihat dimanapun.

"Oh? Kau tidak bersama Sekretaris Sim? Dia tadi izin ke toilet untuk mencarimu."

Sunghoon membelalak. "Aku tidak bertemu dengannya di sana."

"Benarkah? Dia belum kembali sejak tadi, Presdir."

Sunghoon mulai cemas. Mengingat kondisi Jaeyun yang kurang fit, dia segera mengambil ponsel untuk menelepon sang suami.

"Ponsel siapa yang berbunyi?" tanya Presdir Shin bingung.

Pria Park itu celingukan dan berdecak setelah menemukan ponsel Jaeyun tertinggal di meja. Dasar ceroboh, makinya.

"Presdir, aku harus pamit sekarang. Terima kasih jamuannya."

"Ne, Presdir, silahkan."

Sunghoon berlari pergi. Ia sama sekali tidak berhenti ketika berpapasan dengan Kazuha yang bahkan memanggilnya. Isi kepalanya kini hanya Jaeyun. Kemana perginya sang suami? Jaeyun tidak bisa bahasa Jepang dan dia pergi tanpa membawa ponselnya.

"Sial Jaeyun, kau kemana sebenarnya?"

Di sisi lain, Jaeyun sedang berada di toilet umum dekat taman, untuk apa lagi selain memuntahkan isi perutnya. Tidak ada yang keluar, hanya cairan bening seperti kemarin.

He is my wifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang