Keesokan harinya, pasangan pengantin baru itu bangun kesiangan. Jaeyun bangun duluan. Dia terbangun dalam dekapan Sunghoon. Kondisi mereka masih sama-sama telanjang, dan hanya ditutupi oleh selimut.
Melihat wajah tidur Sunghoon di hadapannya, Jaeyun tak bisa menahan senyumnya. Ia bahkan mengelus pipi Sunghoon, sekaligus mendaratkan kecupan di bibir pria itu.
Malam pertama mereka begitu panjang dan panas. Setelah melakukannya di bath tub, mereka bahkan mandi bersama di bawah shower, lalu ketika kembali ke kamar, Sunghoon masih dengan brutal menyerang bibirnya. Entah sudah berapa ronde yang mereka habiskan hingga keduanya sama-sama ketiduran setelah pelepasan kesekian kalinya.
Jaeyun suka dengan cara Sunghoon memuja tubuhnya. Pria itu tampaknya benar-benar kecanduan dengan bibirnya. Matanya bahkan sudah berkabut hanya dengan melihat bibirnya saja. Hingga rasanya kini bibirnya masih terasa bengkak karena ulah Sunghoon semalam.
Sunghoon sungguh memperlakukannya dengan penuh cinta semalam. Bagi Jaeyun itu sudah cukup. Ia tidak ingin serakah dengan meminta lebih. Sunghoon menjadi pasangan hidupnya saja sudah anugrah terbaik bagi Jaeyun.
"Ngh.."
Jaeyun menarik tangannya, tersenyum menunggu mata beralis tebal itu terbuka sempurna. "Selamat pagi, Hyung."
Sunghoon berkedip-kedip menyesuaikan diri dengan cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah tirai. Ia mengerang malas saat melihat senyum Jaeyun.
"Kenapa tidak bangunkan aku sejak tadi?" omelnya dengan suara serak basah sebelum dia berdehem dan mengubah posisinya menjadi telentang.
"Aku juga baru bangun, Hyung." Jaeyun masih tersenyum meski Sunghoon tidak melihat dan sudah tidak mendekapnya lagi.
"Jam berapa ini?"
Jaeyun langsung melirik nakas tempat dimana jam digital berada. "Sebelas lebih dua puluh menit."
"Masih belum terlambat untuk pergi ke kantor," kata Sunghoon sembari merenggangkan kedua tangannya ke atas. Tapi kemudian dia meringis kesakitan sambil memegang lengan atasnya.
"Hyung kenapa?" tanya Jaeyun dengan panik sambil buru-buru mengubah posisinya menjadi duduk.
"Lenganku rasanya sakit sekali."
Jaeyun segera meraih lengan kanan Sunghoon. Memijat pelan sambil melihat reaksi suaminya.
"Sepertinya kau kelelahan karena acara kemarin, Hyung. Otot lenganmu terasa tegang, akan kumintakan kompres air hangat untukmu."
Jaeyun beranjak mendekati nakas untuk menelepon pihak hotel. Saat dia menelepon, Sunghoon juga ikut duduk dengan bersandar pada kepala ranjang masih meringis merasakan lengannya yang sakit saat digerakkan.
"Ne, terima kasih," kata Jaeyun sebelum menutup sambungan. Ia kembali mendekati Sunghoon, meraih tangan kanan suaminya ke pangkuan, sedang tangannya memijat bagian lengan atas sang suami.
"Hari ini libur kerja dulu ya, Hyungnim? Aku khawatir kondisi tanganmu akan semakin parah."
"Ck, kemarin seharian sudah libur," keluh Sunghoon sembari mengambil ponselnya dari atas nakas, menghubungi Mark untuk memberitahu kondisinya.
"Ternyata Mark sudah diminta ayah menggantikan pekerjaanku hari ini," ucapnya setelah membaca balasan dari bawahannya itu.
Jaeyun sendiri sudah tau, maka dari itu sejak tadi dia hanya diam saja. Ayah Sunghoon sudah pasti tidak akan membiarkan pengantin baru langsung bekerja keesokan harinya setelah acara pernikahan. Suite room ini saja disewakan oleh kedua orangtua Sunghoon untuk 3 malam. Jelas mereka ingin pengantin baru ini menikmati waktu berdua mereka tanpa harus memikirkan pekerjaan dan bebersih rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is my wife
Fanficsunghoon x jake Sunghoon hanya memenuhi keinginan sang bunda untuk menikah dan memberikan cucu. Dan ia memilih Jaeyun sebagai pasangan hidupnya, dengan syarat pernikahan itu tanpa cinta. ⚠️ bxb, mpreg