Tidak Boleh Kemana Mana

449 9 0
                                    

Keesokan harinya Anna tengah bersiap untuk pergi ke bandara, outfit yang ia gunakan kali ini tak tidak terlalu berlebihan. Ia memakai celana jeans ketat dan baju kaos yang di lapisi gardigan rajut.

Setelah selesai menyisir rambut dan bermake up tipis Anna segera keluar dari kamar dan tak lupa ia memasukai sepatu dan tas selempang kecilnya.

Dia menuruni anak tangga satu persatu hingga sampai di anak tangga terakhir, di saat Anna ingin

melangkah tiba-tiba Arga muncul dari pintu utama dengan membawa plastik berwarna putih yang isinya dua buah kotak berwarna putih, bisa Anna tebak Arga membeli makanan siap saji di luar.

Arga berhenti dan memperhatikan Anna dari atas sampai bawah, jelas sekali Anna akan pergi dari rumah tapi kemana keponakannya ini pikir Arga.

Tak ingin penasaran Arga menanyakan kemana Anna pergi siang bolong begini.

"Mau kemana kau" tanya Arga yang kini sudah berdiri di depan Anna.

"Bukan urusan uncle, minggir" jawabnya ketus pada Arga sembari melewati Arga begitu saja

Siapa yang tidak geram mendengar jawaban ketus seperti itu, padahal Arga menanyakannya baik-baik tapi Anna menjawabnya dengan nada seperti itu.

Pria dewasa itu mengepalkan tangannya, geram Arga geram mendengar jawaban Anna yang beberapa hari ini ketus dan cuek padanya.

Sebelum Anna benar-benar pergi dengan cepat pula Arga menarik kasar tangan Anna dan membalikkan tubuh Anna agar Anna berhadapan dengannya.

"Kau ini sebenarnya kenapa Anna hah, bisa tidak kau menjawab pertanyaan uncle baik-baik kau- astaga Anna uncle bahkan sakit kepala memikirkan perubahan mu akhir-akhir ini" ucap Arga yang sedikit meninggikan suaranya pada Anna.

"Kau tak perlu memikirkannya uncle, aku begini juga Karna mu. Kau sendiri bukan yang ingin aku menjauh dari sisimu dan sekarang aku sudah mengabulkan semua keinginanmu, jadi sekarang lepaskan tanganku dari tangan kasar mu ini" ucap Anna tenang sambil menatap bola mata Arga yang sudah memerah menahan Amarah.

"Anna kau-" Arga merasa tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan Anna berubah karna dirinya, iya memang Arga ingin Anna jauh darinya tapi bukan seperti ini juga pikir Arga.

"Maaf uncle, aku harus pergi ke bandara aku harus menjemput temanku. Permisi" pamit Anna, gadis cantik itu melepas tangannya secara paksa dari pegangan Arga lalu segera meninggalkan Arga begitu saja.

Arga yang di tinggal bediri mematung di samping tangga sembari memandang Anna yang perlahan mulai menjauh, entah kenapa Arga merasa tidak terima jika Anna berubah seperti ini karena dirinya.

Sebelum Anna keluar dari pintu, kaki Arga yang panjang itu mengejar Anna dan melempar plastik makanannya ke lantai dan terus berlari cepat ke arah punggung Anna.

Dan saat Anna ingin keluar dari pintu Arga menahan pergelangan tangan Anna lalu menyeret Anna masuk ke dalam mengunci pintu utama itu.

"Uncle kenapa pintunya di kunci, kau tidak dengar tadi aku harus ke Bandara menjemput temanku" teriak Anna menggema di rumah yang besar itu.

"Kau tidak boleh kemana-mana, kau harus tetap di rumah. Memang sepesial apa temanmu sampai kau harus rela pergi siang bolong begini hanya untuk menjemputnya. Apa kau juga tidak ingat pesan Mama Papa mu kalau kau tidak boleh pergi keluar terlalu sering" bentak Arga yang tak kalah kerasnya dari Anna.

Tidak akan Arga biarkan Anna keluar begitu saja apalagi Anna pergi sendiri, ia tak ingin terjadi sesuatu pada Anna seperti Anna pergi ke jembatan waktu itu.

Rey juga berpesan dengannya untuk menjaga Anna selagi dia berada di luar negeri.

"Tapi tamanku ada di bandara uncle, dia sedang menungguku. Kau ini kenapa sih uncle selalu melarang ku ini dan itu, aku hanya ingin bersenang-senang dengan teman-temanku dan kau malah melarang ku" teriak di hadapan Arga.

"Persetan dengan temanmu itu yang jelas kau tidak boleh kemanapun, kau harus tetap di rumah dan tidak boleh kemana-mana" tekan Arga lagi, entah apa yang terjadi dengan pria itu Anna tak tau pasti yang jelas Arga sekarang sudah kelewatan melarangnya untuk melakukan ini dan itu.

"Dasar pria egois, aku sangat membenci mu uncle" teriak Anna di hadapan Arga, dengan hati yang terluka Anna segera naik ke atas tangga dengan melangkah secepat kilat agar cepat sampai di kamar.

Sementara Arga berdiri sambil menatap Anna yang tengah menangis sambil naik ke atas tangga. Pria itu marah dengan Anna selalu pergi tanpa seizinnya lebih dulu, terutama dia yang tak ingin Anna kenapa-kenapa pada keponakannya itu.

Jika terjadi sesuatu pada Anna yang repot pastilah Arga, yang cemas dan khawatir berlebihan pastilah Arga Karna Anna adalah keponakan yang dulunya dia sayangi dan ia anggap seperti anak sendiri.

"Jika kau seperti ini terus aku

pastikan aku benar-benar sangat membencimu Anna" gumam Arga, dan tanpa Anna dan Arga sadari ternyata bi Marni mendengar semua keributan yang terjadi pada Arga dan Anna. Jujur bi Marni kasihan melihat Anna yang selalu di benci Arga tiga tahun belakangan ini. Bi Marni tak tau kejadian sebenarnya seperti apa yang pasti bi Marni berharap Arga jangan terlalu lama membenci Anna Karna nantinya pasti Anna akan merasakan sakit hati yang mendalam setiap bertemu dengan Arga.

Arga mengambil kembali makanan yang dia lemparkan tadi, padahal ia sengaja membeli dua dan yang satunya untuk Anna dan satunya lagi untuk dirinya. Arga kadang bosanan makan makanan rumahan terus jadi siang ini Arga berniat membeli makanan siap saji.

Makanan itu dia bawa ke dapur dan akan ia letakkan di piring, sebelum Arga makan Arga membawa satu makanan lagi ke kamar Anna agar keponakannya itu makan siang lebih dulu.

Begitu Arga sampai di depan kamar Anna, sayup-sayup Arga mendengar suara Anna yang serak dari dalam kamar membuat Arga berhenti melanjutkan jalannya. Beruntung pintu kamar Anna tidak tertutup rapat jadi Arga bisa mendengar semua apa yang di katakan Anna.

Anna duduk di tepi ranjang dengan memegang foto seorang wanita cantik yang sudah tidak ada lagi di muka bumi ini, wanita di foto itu tidak lain ialah Mayang mendiang istri Arga yang sudah pergi tiga tahun lalu.

"Bibi Mayang, kenapa uncle jadi seperti ini sama Anna, uncle menjadi lebih kasar sama Anna. Uncle sudah tidak seperti dulu lagi bibi" Anna menangis dengan memegangi foto Mayang yang letakkan di pangkuannya.

Air mata yang menetes di pipi ia usap dengan kelima jarinya dan kembali memegangi foto Mayang. "Uncle tidak menyangi Anna lagi,

uncle udah kasar sama Anna bibi. Apa yang harus Anna lakukan sekarang" gumamnya lagi. Tanpa Anna sadar Arga mendengar apa yang di katakan Anna barusan.

Mata Arga berkaca-kaca mendengar semua ungkapan yang di katakan Anna di depan foto mendiang istrinya, sungguh Arga tak sanggup melihat ini semua tapi hatinya harus tetap dia bekukan agar semuanya berjalan dengan lancar.

Uncle Arga i love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang