Ke Makam Mayang

368 4 0
                                    

Di dalam mobil tersebut tidak ada suara yang mereka keluarkan sejak mereka meninggalkan rumah Rey dan Sonya, Arga dan Anna sama-sama diam karena memang tidak topik yang akan mereka bahas.

Arga fokus dengan jalanan sedangkan Anna sibuk menatap ke luar jendela. Wajah Arga yang tampan itu tidak membuat Anna menatap ke arah Arga melainkan melihat ke arah lain.

Hingga tiba-tiba suara berat Arga membuat Anna sedikit berjengkit kaget.

"Bagaimana keadaan mu selama kita semua berada di London" tanya Arga.

"Apakah aku harus menjawabnya, sementara uncle tau aku tampak baik-baik saja selama kalian semua pergi. Jadi tak usah uncle tanyakan tentang keadaan ku" jawab Anna tanpa ekspresi.

"Wajar aku bertanya karna kau keponakanku" Arga sengaja menekan kata-katanya.

"Oh keponakan ya, maaf aku baru menyadarinya" Anna berpura-pura bodoh.

Arga menggeram dalam hati mendengar jawaban Anna, sulit sekali rasanya menerima jawaban dari Anna seperti itu yang membuatnya selalu menahan amarahnya sendiri.

"Kenapa wajah uncle memerah, apa uncle marah" tanya Anna yang kini melihat ke arah Arga.

Gadis remaja itu masih sempat melihat Arga karna tadi pria itu bertanya padanya, tapi ia malah salfok melihat wajah Arga yang merah itu.

"Tidak ada gunanya uncle marah padamu, sudahlah kau diam saja" jawab Arga memelas, nyatanya wajah pria itu memerah karena memang tengah menahan amarahnya mendengar jawaban judes Anna.

"Oh ya sudah" gumam Anna, ia pun kembali melihat ke arah jendela guna melihat gedung-gedung yang tersusun rapi di tepian jalan.

Saat mobil Arga melewati jalanan yang cukup sepi dan hanya di penuhi pepohonan besar di sisi kanan dan kirinya, tanpa sengaja mata Anna malah terfokuskan dengan satu unit mobil yang mengikutinya dari belakang.

"Uncle" panggil Anna.

"Hm" jawab Arga dengan deheman.

"Itu ada satu mobil di belakang mobil kita, tapi sepertinya mengikuti mobil kita deh uncle" kata Anna, mendengar itu Arga langsung melihat ke kaca spion dan ternyata memang benar ada satu unit mobil tengah mengikuti mobilnya.

Siapa yang sudah berani mengikuti ku, atau mereka adalah sisa musuh dari London kemarin. Kata
Arga dalam hati.

"Anna berpeganganlah, uncle akan menambah kecepatan mobilnya" ujar Arga pada Anna, mendengar itu Anna Langsung berpengangan di tali sabuk pengaman itu dan menutup matanya rapat-rapat karna ia tak ingin merasakan melayang di udara karna Arga mengemudi mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Melihat Anna yang sudah berpegangan serta menutup mata, barulah Arga melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sesekali matanya melihat ke arah kaca spion
guna melihat apakah mobil itu masih mengikutinya atau tidak.

Sekencang apa Arga mengemudi mobilnya sekencang itu juga mobil
tersebut mengikuti mobil Arga. Arga tak menyerah, ia menambahkan kecepatan mobilnya agar mobil yang
berada di belakangnya kehilangan jejak.

"Uncle, aku takut. Mobil itu kenapa mengikuti kita" tanya Anna
ketakutan.

"Sudahlah tenang saja uncle akan selesaikan ini semua, kau berpeganganlah dengan erat" ucap Arga. Cukup lama aksi kejar-kejaran
itu terjadi, barulah mobil Arga tidak lagi di ikuti mobil tadi. Kini mereka

sudah berada di area yang cukup ramai dengan mobil yang berlalu
lalang.

Arga pun sudah mengurangi laju mobilnya itu dengan kecepatan sedang, ia melihat Anna yang masih

nampak ketakutan dan mata tertutup.

"Anna, bukalah matamu kita sudah aman" ucap Arga.

Perlahan Anna membuka
matanya dan melepaskan genggaman tangannya dari sabuk pengaman, lalu ia menoleh ke kebelakang ternyata benar mobil tadi sudah tidak ada.

"Uncle, mobil yang mengikuti kita tadi siapa uncle" tanya. Anna.

"Mungkin musuh bisnis uncle atau ayahmu" jawab Arga sekenannya.

"Tapi kenapa bisa uncle punya musuh, memang uncle memulainya lebih dulu" tanya Anna penasaran, ia
ingin tau kenapa Arga dan ayahnya mempunyai musuh bisnis.

"Anna, kau pikir hidup di dunia bisnis itu mudah. Musuh bisnis itu pastilah ada Anna, di dunia terkadang tidak semua

perbisnisan orang bangga dengan kita terkadang orang yang bekerjasama dengan kita bisa menjadi musuh dalam selimut"
jawab Arga.

"Mengerikan sekali menjadi pembisnis, padahal aku ingin sekali
menjadi wanita karir tapi setelah mendengar ceritamu aku

mengurungkan niatku menjadi wanita karir. Mending aku menjadi wanita biasa saja dan menunggu suami dan anak-anakku pulang" ujar Anna yang
malah takut menjadi wanita karir.

Padahal Anna gadis yang cukup cerdas dan berbakat, apalagi hobinya suka memasak walaupun masih dalam tahap belajar tapi niatnya tak pernah
berhenti sebelum la pintar memasak.

"Suami?. Ternyata kau sudah berpikir sampai di sana" Arga malah
salfok dengan jawaban Anna yang mempunyai suami nantinya.

"Iya emang kenapa, lagi pula wanita itu harus pintar masak bukan, agar suaminya betah di rumah dan sering makan di rumah. Aku tak mau nantinya mendapatkan suami yang suka makan di luar dan tidak mau makan makanan yang aku buat, aku juga tidak mau suamiku sering membuang makanan Karna rasa makanan yang aku buat tidak enak" jawab Anna tanpa beban. Melirik Arga sebentar untuk melihat bagaimana reaksi Arga setelah ia berkata seperti itu, Anna berucap seakan ia tengah menyindir Arga karna Arga sering membuang makanannya.

"Oh iya baguslah kalau begitu" jawab Arga akhirnya.

Sementara Anna tak lagi berucap dan memilih ikut diam, ia memandang ke arah jalanan yang mana jalanan itu tidak mengarah ke rumah Tari melainkan kejalanan lain.

"Uncle, apa kau sudah lupa jalan rumah Tari. Ini bukan jalan ke rumah Tari uncle" tanya Anna.

"Kita tidak ke sana dulu Karna kita akan ke suatu tempat"

"Kemana"

"Nanti kau akan tau sendiri"

Arga pun menambah laju mobilnya dengan kecepatan sedang agar ia cepat sampai ke tempat tujuannya.

Setelah menempuh perjalanan beberapa menit, akhirnya mobil Arga tiba di sebuah pemakaman umum. Arga memberhentikan mobilnya di tepi jalan lalu mengajak Anna keluar dari mobilnya.

"Uncle mau ke makan bibi Mayang" tanya Anna.

"Lalu ke makam siapa lagi selain istriku, aku merindukannya dan aku akan menyempurnakan diri melepaskan rinduku pada mendiang istriku" jawab Arga datar, lalu ia segera keluar dari mobil.

Sementara Anna masih berdiam diri di mobil sambil duduk termenung memikirkan apa yang ucapkan Arga tadi.

"Uncle masih sangat menyangimu bibi Mayang" gumam Anna.

Anna melamun dengan pandangan kosong ke depan, setiap kali Arga menyebutkan kata rindu pada Mayang pasti Anna selalu terngiang betapa sayang dan cintanya Arga pada Mayang.

"Sudah tiga tahun lamanya Anna menunggu bibi, tapi rasanya sudah sangat lelah. Mengapa uncle Arga masih membenciku hingga saat ini" gumamnya.

Hingga ketukan kaca jendela mobil mengangetkan Anna yang sedang termenung. Ia menoleh menatap keluar yang ternyata Arga lah mengetuk kaca jendela itu.

"Keluar Anna" suara Arga terdengar dari luar, Anna akhirnya mau tak mau Anna keluar dari mobil dan mengikuti Arga yang akan pergi ke makam istrinya.

Uncle Arga i love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang