bagian 4

1.4K 103 0
                                    

Annete merasa jantungnya seakan akan copot.

'Ahh jantung gue' jerit Annete dalam hati.

Annete nyerah, dia gak bisa tetap santai disaat jantungnya menggila.

"Please jangan gini" kata Annete tanpa sadar.

Sang pemuda mengerutkan dahinya, dengan mimik tak setuju.

"Kamu gak suka, An--"

"Bikin hati gue ambyar tau gak" lanjutnya.

Sedangkan sang pemuda diam, terperangah mendengar ucapan Annete. Tapi sedetik kemudian dia tersenyum puas dan sedikit salah tingkah.

Tak terasa, mereka sudah sampai ditempat tujuan, yang ternyata adalah ruang makan.

Disana Annete melihat ada banyak orang, dengan dominan para lelaki dengan 1 wanita.

"Nah akhirnya Annete datang juga"

Annete menatap kepada yang berbicara, Dia adalah lelaki yang terlihat tidak muda lagi dengan kata lain sudah tua, tersenyum hangat padanya.

Sang pemuda yang mengantarnya tadi sudah melepas rangkulan pada pinggangnya, Annete menatap sang pemuda yang hanya diam.

'Kenapa pemuda ini mendadak menjadi diam?'

"Sini sayang" kata wanita disamping pria tua itu, dia juga sama tersenyum hangat.

Annete mengalihkan atensinya, kedua orang tersebut menatapnya dengan hangat. Tanpa sadar Annete mengangguk dan melangkahkan kakinya entah darimana dorongan itu berasal, yang jelas Annete merasakan kakinya bergerak menghampiri kedua orang itu.

"Anak mami yang cantik, kamu mau makan apa, hm?" Tanya wanita itu, Dia mengusap dengan sayang rambut Annete.

Hati Annete menghangat, tapi tunggu apa katanya...mami?.

What the hell!!

Annete memelototkan matanya. Mamanya bukan dia woy, mamanya gak secantik ini. Ekhm!, bukan berarti mamanya gak cantik ya mana mungkin coba kalau mamanya gak cantik anaknya cantik.

Tapi Annete bukan menjadi anak durhaka, yang membandingkan kecantikan maminya dengan wanita lain tapi wanita dihadapannya ini super duper cantik.

"Sayang kamu kenapa?, sakit?" Tanya pria tua itu, yang sepertinya suami dari wanita itu.

Dia khawatir karena melihat putrinya hari ini banyak melamun.

"En-enggak!" Annete menjawab dengan gugup, matanya berkeliaran asal tak menatap kedua orang itu.

"Pas tadi aku bangunin juga, Annete banyak melamun, Om" sahut seorang pemuda disana.

Annete menatap pemuda itu. Dia adalah yang bangunin dirinya tadi pagi.

Oh okay, perlu diingat pemuda itu type orang cupu.

'Lo jangan ikut campur!'  Kata Annete tanpa suara. Dan sang pemuda hanya tersenyum menanggapinya.

"Kalau kamu sakit jangan dipaksain, istirahat aja ya" kata sang wanita yang mengaku sebagai mami.

Annete menggeleng keras, menolak usulan itu. Dia gak mau istirahat. Kan gak ada yang tau jika Dia berdiam diri di rumah ini nanti bakal terjadi apa, lebih baik dia pergi sekolah dan nanti bisa tanya tanya sekarang dia ada dimana.

"Yaudah, sekarang mari kita makan" ucap sang pria tua itu.

Annete bernafas lega. Akhirnya, Dia bisa terbebas dari situasi ini, Dia gak sabar ingin cepat cepat pergi ke sekolah.

Di tengah tengah suasana damai ini, muncullah suara pemuda yang membuat Annete ingin memukul kepalanya.

"Annete kamu gak lupakan mau nganterin Bibi dan Om kebandara?"

Oh Tuhan, apalagi ini!

TRANSMIGRASI ANNETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang