chapter 03

119 16 0
                                    

Wei Wuxian berjalan
melewati pembatas antara
gerbang dan dinding tinggi
setinggi lima meter yang
menjadi penghalang di
depannya.

Dia mengendap endap
tak ubah seperti seorang
maling yang hendak mencuri.

Bahunya di tepuk
seseorang tapi dia tidak memperdulikannya bahkan
terus berjalan sambil
mengendap endap.

"Berhenti."

Suara bariton dingin
terdengar di belakangnya
melihat gerak gerik yang
mencurigakan itu

Seorang remaja dengan
topi hitam di bungkus
hoodie hitam longgar
dan celana jeans biru
sobek di sana sini bahkan
sampai memperlihatkan
kulit pahanya yang putih

Untung saja gelap kalau
tidak pasti kesempatan
bagus bisa melihat kulit
paha seputih susu yang
kelihatan di depannya.

"Sssth.. diam jangan
berisik."

Remaja tanggung itu
mengabaikan penjaga
itu bahkan dia terus
memepetin dinding tinggi
di depannya.

Dia terus berjalan
sambil mengendap endap
tidak menghiraukan
teguran itu seperti
biasanya jika pulang
terlambat.

"Jangan bergerak."

"Sssth..menjauh dariku,
kamu bisa membuatku
ketahuan nanti,"

"Diam di tempat."

"Sana sana pergi.. hush..
hush., jangan menganggu
ku, jika tukang ngomel
cerewet bawel itu melihat
bisa bahaya, sana pergi
menjauh, aku harus
memanjat tembok ini
supaya bisa masuk kedalam,"

Dia mengusir penjaga
seperti mengusir ayam
tampa menoleh dia
hendak memanjat
pohon tinggi di samping
yang merupakan pohon
maple yang menguning
sedang nerdaun lebat
sebagai tangga untuk
pijakan supaya bisa
mencapai tembok setinggi
lima meter itu,

Kerah belakang baju di
tarik penjaga itu yang
sudah berdiri tepat di
belakangnya.

"Kamu mau maling disini.?"

"Tidak.. lepaskan aku."

Sosok itu tidak peduli dia
menarik kerah baju bocah
itu dan menyeretnya ke pos
terdekat dan menempatkan
di kursi lalu mengurungnya

"Kecil kecil mau jadi
pencuri."

"Aaahh."

Sosok itu berjalan keluar
meninggalkan remaja itu
yang terus memberontak
dengan mulut bicara tidak
jelas karena tertutup
masker hitam pekat
senada dengan topi dan
hoodie.

Dia kemudian menelpon
seseorang melaporkan jika
ada orang yang hendak
memanjat pagar tinggi itu
untuk masuk.

"Siapa dia kenapa sangat
berani mengurungku di
sini? Hey.. lepaskan aku."

Sosok itu tidak peduli dia
hanya menjalankan tugas
mengantikan kakaknya
yang sedang pergi karena
tidak bisa datang hari ini
dan sang adik hanya
menawarkan diri untuk
mengantinya kedepan.

"Heyy beraninya kamu
lepaskan aku,."

"Diam jangan berisik."

Dia berdiri tegak dengan
halkie talkie di telinga
menunggu respon dari
seberang sana yang masih
belum terjawab.

Ruangan itu sedikit gelap
hanya pencahayaan dari
lampu gerbang yang tinggi
karena malam hari dia
tidak bisa melihat dengan
jelas di pos belakang
rumah megah itu.

Wei Wuxian meronta
bahkan tangannya sampai
memerah dan hampir lecet
dan itu membuatnya geram.

"Awaas saja kau aku akan
membalasmu nanti, sudah
berani mengikatku disini."

   LOVE  Of The DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang