chapter 10.

119 16 1
                                    

Pagi datang di sambut
kicau burung dengan
riang saling bersahutan
yang terdapat di desa itu
di atas dahan pohon
bertengger di sinari
matahari sudah sedikit
tinggi.

Wei Wuxian bangun dan
duduk di kasur tipis itu
badannya sakit semua.

"Aahh..sial.. kenapa badan
ku sakit semua, ini gara
gara kasur ini, auuuh.."

Dia terduduk di lantai
karena tidak sengaja
ketika badannya oleng
hingga meluncur begitu
saja ke bawah

Dia bangkit lalu
melongok keluar di
depan rumah terlihat
lan Wangji sedang 
menanam batang singkong
dan ubi jalar yang sudah
tidak terawat ada terong
tomat dan cabai di sisi
satu lagi juga sedikit
pakcoy sawi putih
di tanam di satu baris.

Terus memperhatikan
sosok itu merawat kebun
mungil itu yang hanya
tiga kali tiga meter persegi.

Sedikit beranjak dari
pintu dan duduk diam
di bangku bambu di dekat
halaman depan yang di
jadikan kebun bercocok
tanam.

Waktu sudah jam sembilan
pagi dan perut Wei Wuxian
berbunyi kriuk pertanda
minta di isi di tambah tadi
malam dia makan sedikit

Lan Wangji selesai dan
mengambil air lalu dia
hendak menyiram
tanaman itu mata
nya menangkap sosok
yang lebih kecil dari
dirinya sudah bangun
dan duduk di luar

"Kamu sudah bangun?
kenapa tidak memanggil.?"

"Aku bangun dari tadi,"

Dia mendekati sosok imut
kecil itu dan kembali
bertanya dengan datar.

"Lapar..? mau makan
bubur, aku sudah masak
tadi, ayo masuk."

"Bubur..???"

"Bubur ayam dan sayuran."

"Iya. Apapun akan aku
makan, kebetulan aku
lapar."

"Mn."

"Oya .. kamar mandi mu
di mana, tadi aku tidak
melihat di kamar?"

"Di belakang."

Keduanya masuk lalu
sosok tinggi itu membawa
ke belakang rumah untuk
menunjuk kamar mandi
tempat ia membersihkan diri

"Ini kamar mandi..??"

Hanya ada bak dari
bambu yang diberi
ayaman bambu sebagai
dinding dan ada air
mengalir dari bambu
kecil kedalam dari
bambu juga.

Wei Wuxian melongo
melihat penampakan
itu dia menarik nafas.

"Mn, mandilah aku
siapkan sarapan dulu."

Lan Wangji berlalu dari
sana untuk mengambil
handuk bersih miliknya
dan juga peralatan mandi
yaitu sabun batangan dan
gayung dari bambu untuk
mengambil air.

"Ini apa..!?"

"Gayung."

"Gayung...??"

"Iya.. gayung untuk
mengambil air lalu siram
ke badan."

Wei Wuxian membolak
balik gayung unik itu
dan meletakan kembali
ke tempatnya.

"Kalau yang ini?"

"Ini sabun mandi."

"Hemn."

Dia berjalan sedikit
mendekati penampungan
air itu dan mencelupkan
tangannya sedikit dingin

Air itu begitu bening
keluar dari batang bambu
yang di buat sebagai
tempat aliran air yang
di tampung di bak.

"Sepertinya menyenangkan
airnya begitu bening."

   LOVE  Of The DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang