Baso Aci dan seribu cerita

130 21 4
                                    

Dengan semangat 45 Sana tiba di rumah Nenek Tzuyu, rencananya adalah mengajak temannya itu jalan-jalan sore. Namun, saat dia masuk ke rumah, dia hanya mendapati neneknya yang sedang melipat pakaian, "Tzuyu mana Mak?"

"Tadi lagi di kamarnya."

Dengan kebingungan, dia mulai khawatir ketika dia tidak menemukan Tzuyu di kamarnya. Dia mulai mencari-cari di sekitar rumah, dan akhirnya menemukan Tzuyu di halaman belakang.

"Tzuyu, nyari baso aci yuk," ucap Sana dengan ceria, tapi ekspresinya berubah menjadi kaget saat melihat Tzuyu sedang duduk di kursi dengan sebatang rokok di tangannya.

Tzuyu tersentak kaget ketika Sana tiba-tiba muncul di belakangnya. "Eh, kok udah datang?," kata Tzuyu, cepat-cepat mematikan rokoknya.

Sana panik. "Tzuyu, kamu ngerokok?"

Tak ingin image dingin dan untouchable nya runtuh, dagunya ia kembali naikkan dengan lagak songong nya "iya."

"Ya Allah Adek! Anak jurik kamu masih balita kemasan Sachet, gak boleh nyentuh ini!" Sana mendekat hendak merebut benda itu.

Dengan cekatan dia mencoba merebut benda itu namun Tzuyu menyembunyikan ke belakang tubuhnya "apasi!?"

"Jangan sentuh itu Tzuyu! Kamu belum cukup umur !"

"Umur hanya angka,"

Sana menyerah dan menatap matanya dalam "kamu... Ngerokok??"
"Kenapa?"

Tzuyu mengedikkan bahunya dan menghela nafasnya "ya, salah satu cara mengalihkan stress."

"Maksudku kenapa harus rokok? Kan masih ada hal manis lain buat di nikmatin." Sana mengambil benda itu pelan pelan.

Tzuyu menggeleng dengan tatapan kosongnya "itu sama sekali gak manis,"

"Tapi itu cukup membantu setiap kali aku merasa stres dan frustasi dengan kehidupan ini. Bisa dibilang... Merokok jadi cara untuk meredakan rasa kesal dan depresiku."

Sana mendekat dan duduk di sampingnya. "Mau berbagi?"

"Aku gak suka berbagi."

Sana mengerucutkan bibirnya "yaudah," Gadis itu bangkit dan melangkah untuk pergi.

Tzuyu menarik tangannya untuk duduk disampingnya dan mengulum senyum "bercanda." Dia bersandar dan melipat tangannya didepan dada, dia menghela nafas. "Aku dibuang ke desa sama orang tua. Hukuman juga sih karena aku ketauan ngerokok di sekolah."

Sana masih menunggu kalimat selanjutnya. Merasa tak ditanggapi, Tzuyu menoleh. Sana menatapnya penuh makna "tapi?"

"Tapi mereka gak pernah nanya kenapa aku ngerokok. Kenapa sekarang aku bandel, kenapa prestasi aku turun." Tzuyu menendangi rumput di dekat kakinya.

"Mereka ngehukum atas dasar kesalahan aku yang mereka tau. Padahal aku cukup stress dengan semua aktivitas yang mereka kasih. Semua ekspetasi mereka akan aku."

Sana memahami perasaan Tzuyu, tapi dia juga khawatir tentang kesehatannya. Tzuyu merasakan tangannya digenggam. "Okay, aku ngerti perasaan kamu, tapi kesehatan kamu segalanya."

"Aku tau kamu butuh pelarian, tapi bukan ini. Ini buat bapak-bapak. Padahal masih ada baso aci yang lebih nikmat kalo mau ngilangin stress mah."

Sana bangkit dan menarik tangan Tzuyu yang sedari dia genggam "Sekarang kamu sedang dibebaskan dari semua itu, ayo. Nikmati liburan kamu."

Tzuyu mengernyitkan keningnya.




















"Gak mau lagi, trauma."

EFEMERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang