Kaki kiri didepan dan kaki kanan dibelakang, mengambil ancang-ancang untuk melemparkan mangga kecil ditangannya pada jendela kamar Tzuyu yang masih tertutup.
"Masih nutup lagi, tumben banget." Gumam Sana sebelum melemparkan buah ditangannya ke jendela tersebut.
Namun bersamaan dengan itu, jendela terbuka dan lemparan Sana tepat mengenai kening Tzuyu yang sedang membuka jendela.
"Aduh!"
Sana meringis saat mendengar aduhan Tzuyu. "Kak Sana ih, iseng baget!?"
"Maaf Tzu, niat aku cuma mau bangunin kayak biasa."
Tzuyu bertopang pada jendela kayu didepannya "masuk"
Didalam rumah Nenek Sana menemukan Nenek yang sedang menyiapkan sarapan untuk cucu nya. "San, udah sarapan?"
Sana mengangguk "udah subuh tadi."
Tzuyu ikut menghampiri ke meja makan, dan duduk disamping Sana. "Tumben udah bangun?"
"Capek kali gegara kemaren abis bantu-bantu, aku tidur sore sore dan bangun pagi-pagi."
"Bagus dong?"
Tzuyu mengangguk saja dan menerima nasi yang Nenek berikan untuknya. "Mau ke lapangan lagi?" Tanya Nenek.
Sana mengangguk "hari ini lantainya mau di cat terus jaringnya mau dipasang, gak sabar banget. Ikut kan Tzu?"
Tzuyu mengangguk, sebagai seorang yang cukup introvert, melakukan mengikuti kegiatan ini mungkin akan membuatnya kelelahan dan social battery nya akan cepat habis. Tapi bagaimana orang-orang memperlakukan dia dengan baik dan ramah membuatnya merasa diterima.
Dia jadi berfikir, jika dia ingin betah berada ditempat ini, maka dia harus berbaur dengan mereka. Lagipula libur panjang masih cukup lama. Dia harus terbiasa disini.
"Kapan mulai nya?" Tanya Tzuyu.
"Jam 8."
o0o
Di kediaman Pak Agung yang jaraknya tak jauh dari lapangan, dapat dilihat jika warga sudah berkumpul dengan perkakas yang mereka bawa sendiri dari rumah.
"Ini," Tzuyu menoleh dan menemukan Chan yang memberikan kuas cat pada Sana.
"Chan? Ngapain disini?"
"Bantu bantu lah, aku juga sering main sepak bola disini, masa gak ikut bantu-bantu."
"Gak ke pangkalan?" Tanya Sana mengingat ayah Chan memiliki bisnis angkot.
"Enggak, males ah dipelak di pangkalan mulu."
Sana tertawa geli lalu menerimanya, "mau ngecat apa kita?"
"Cat tiang net aja. Mau cat dia, dianya masih pundung." Candanya disusul kekehan.
"Ada lagi gak kuasnya?"
"Ada, tuh disana. Ambil aja."
Sana menarik tangan Tzuyu "ayo Tzu."
P
ekerjaan memakan waktu seharian, dimulai dari membersihkan rumput liar disekitaran lapangan, mengecat lantai dan tiang serta memasang jaring yang kemarin Sana dan Tzuyu beli dipasang dengan rapih.
Menjelang sore, semua warga melihat lapangan dengan bangga, senang melihat hasil kerja keras mereka selama dua hari ini karena terasa sangat memuaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
EFEMERAL
Fiksi PenggemarDipaksa lepas dengan kehidupan liar ibu kota serta diasingkan ke pedesaan dengan orang asing pula. Semuanya terasa berat apalagi ditambah bertemu dengan perempuan aneh yang setiap ucapannya mempu menghipnotis nya tanpa perantara. Semua tentangnya m...