Siapa?

164 29 5
                                    

Matahari semakin naik, Nenek berpamitan untuk pergi ke kebun sebentar pada cucu nya meski hanya dehaman acuh yang dia dapatkan sebagai balasan.

Kini dia dirumah seorang diri dan kabar buruknya dia mulai bosan berselancar di dunia maya. Baterai benda pipih itu juga semakin menipis. Mau tak mau dia harus kembali masuk kedalam rumah dan mengisi ulang daya ponselnya.

Dia merasa jika perutnya terus bergemuruh, "lapar banget ya Tuhan. Disini gaada McD lagi. Gue makan apa" Disela keputus asaannya dengan rasa lapar, dia mengingat ucapan Neneknya tadi.

"Dapur.... Iya ada makanan di dapur."

Dengan penuh semangat kaki jenjangnya melangkah ke tempat yang dituju dan menemukan meja makan dengan tudung saji berwarna biru diatasnya.

Tanpa basa basi dia membukanya dan kedua alisnya terangkat begitu melihat beberapa masakan tersusun rapi disana. Ada telur balado, ayam goreng, dan tahu tempe. Terlihat biasa saja, namun selera mahal Tzuyu hilang ketika berhadapan dengan rasa lapar yang dia tahan sedari tadi karena gengsi.

Sudah terlanjur marah, malu jika harus minta makan. Akhirnya dia makan apa yang ada disana dengan lahap, ternyata rasanya begitu lezat seperti masakan ibunya.

Kini bukan lagi keeleganan yang dia fikirkan, dia hanya ingin mengisi perut keroncongannya dengan apa yang ada dihadapannya saat ini.

o0o

"Tadi siapa Mak?" Tanya seorang wanita paruh baya yang sedang memetik cabai di kebun.

"Cucu emak dari Kota."

"Anaknya Juan itu?"

"Iya, yang dulu lahiran disini, sekarang udah gede. Udah jadi anak gadis, cantik juga kayak ibu nya."

"Iya? Saya belum liat sekarang dia kayak apa. Jadi penasaran."

"Main ke rumah aja, tadi dia lagi ngambek soalnya emak jewer kupingnya."

"Loh? Kenapa di jewer? Baru ketemu udah berani jewer."

"Habisnya dia nakal di kota San, Juan harus emak marahin lagi. Gak becus didik anak."

Wanita itu menggeleng dan kembali mengumpulkan cabai-cabai yang dia petik kedalam keranjang bambu untuk mereka pilih dan bersihkan sebelum nanti dijual.

"Oh ya, Juan punya anak berapa?"

"Dua, perempuan semua. Yang satu udah kuliah, yang satu baru kelas 1 SMA. Yang ada di rumah emak."

"Pasti anaknya cantik-cantik."

"Cantik dong, keturunan emak gaada yang gak cantik."

Keduanya tertawa lalu kembali melanjutkan pekerjaannya "oh San, hari ini emak gak liat anak kamu. Dia kemana?"

"Ke rumah Bibi nya di dusun sebelah."

"Ada acara apa?"

"Gaada. Emang lagi suntuk aja kali di rumah jadi main kesana."

Wanita tua itu mengangguk dan merapikan keranjang bambu yang mereka bawa. "Kayaknya udah cukup San. Kita pulang saja udah sore."

"Iya Mak."

Keduanya pergi dari kebun itu tak lupa membawa hasil panen mereka hari ini.

EFEMERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang