Pukpuk

88 20 3
                                    

Sudah pukul 10 pagi dan Tzuyu sama sekali belum melihat batang hidung Sana. Kemana gadis itu?

"Nek, Kak Sana lagi bantuin Bi Santi kah?"

"Enggak, Bi Santi buka warung tuh." Tunjuk Nenek dan ya memang Santi sedang mempersiapkan warung nya. "Kenapa?" Lanjut Nenek.

"Tumben Kak Sana belum ke sini."

"Bosen kali ketemu kamu terus." Nenek menjawab tanpa melihatnya dan masih sibuk memilah padi diantara beras.

Tzuyu mempoutkan bibirnya "masa Kak Sana gitu..."

"Yaudah temuin ke rumahnya. Gitu aja repot, Sana kan tiap hari kesini nemuin kamu, masa kamu gak mau nemuin dia, gak adil banget-"

Nenek menoleh dan tak menemukan cucunya disana "Eh? Leungit budak teh"

Di tempat lain, Tzuyu berjalan dengan kikuk ke arah warung disamping rumahnya. Warung kopi yang hanya buka pada jam-jam tertentu karena terkadang Santi harus membantu suaminya di ladang. Sebenarnya mereka memiliki Sana yang bisa diandalkan, sayangnya Sana harus mengasuh anak kota yang terlantar ini.

Menyadari seseorang mendekati warungnya Santi tersenyum ramah "ehh Tzuyu."

Tzuyu tersenyum canggung "Bi Santi."

"Tzuyu mau apa?"

Tzuyu memilah beberapa hal yang dijajahkan disana "susu coklat hangat"

Segera pesanan Tzuyu dibuatkan, dengan gugup Tzuyu berniat memulai pembicaraan, sayangnya mengumpulkan nyali cukup lama sehingga pesanannya telah jadi.

"Ini susunya."

Tzuyu mengangguk "makasih Bi." Santi mengangguk sebagai jawaban.

"Oh ya. Aku belum lihat Kak Sana, Kak Sana kemana ya Bi?"

"Sana nya sakit, dari pagi tiduran di kamar mulup."

"Sakit? Sakit apa? Gara-gara Tzuyu ajak badah-basahan di kali kah?"

Santi menggeleng "enggak Tzu, Sana sakit yang lain, ke rumah aja atuh temuin."

"Boleh?"

"Ya boleh atuh, mangga. Di rumah gaada siapa-siapa, temenin ya."

Tzuyu mengangguk dengan antusias lalu meneguk habis minumannya dan pergi setelah membayar.

"Kak, Kak Sana!"

Dia membuka pintu rumah, tidak ada siapapun di sini, dia kembali melangkah dan menuju ke kamar Sana, mengetuknya tiga kali, "Kak?"

Pintu dibuka sedikit, Tzuyu dapat melihat Sana tidur meringkuk membelakanginya "Kak?"

Sana berbalik dan terkejut menemukan Tzuyu disini. "Tzuyu,"

"Kamu sakit?"

Sana mengangguk "masuk sini."

Akhirnya Tzuyu masuk dan duduk disampingnya. Hal pertama yang Tzuyu lakukan adalah meraba kening Sana "gak panas."

"Kenapa?"

"Katanya kamu sakit, sakit apa kok aku gak tau?"

"Aku cuma sakit haid aja, biasa ini."

"Masih sakit?"

Sana mengangguk dengan bibir yang sedikit lebih maju. "Gimana dong, obatin ya? Minum ibuprofen, udah?"

"Udah, aku cuma butuh yang anget-anget buat perut aku aja. Jadi ibu kasih aku ini buat dipeluk." Sana memperlihatkan botol diperutnya.

"Yakin cuma butuh itu doang?"

"Aku butuh temen, temenin ya?"

Tzuyu mengangguk dan Sana menggeser duduknya agar Tzuyu ikut naik keatas kasur, begitu Tzuyu duduk disampingnya, Sana menyandar di bahu Tzuyu sambil menutup matanya seolah itu adalah tempat ternyaman untuknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EFEMERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang