Chapter 2

27 18 4
                                    

JANGAN LUPA FOLLOW‼️

HAPPY READING
.
.
.
.

Saat ini jam menunjukkan pukul 23:12, jalananan mulai sepi, hanya ada lampu jalanan yang menerangi, entah sudah berapa lama ia berjalan, kelimpungan untuk meminta bantuan entah kesiapa, handphone nya mati dan tidak ada siapapun disana.

Akibat bertengkaran dengan kekasihnya, dengan teganya ia diturunkan di jalanan sepi dan sunyi.

Ia tersesat.

Ia berjalan dengan tatapan kosong, bekas tamparan masih terlihat jelas di pipinya, pergelangan tangannya bahkan sudah membiru karena cengkraman yang sangat kuat.

"kiw kiw cewe, mau kemana Neng malam malam gini, mau Abang temenin ga?" Tiga lelaki bertubuh kekar berjalan mendekatinya.

"Bening banget cok" Bisiknya pada temannya.

"Gausah ama dia Neng, mending ama Abang yang cakep ini" Goda salah satu dari mereka yang berambut gondrong.

"Alah bacot kalian, gausah buang buang waktu, gue udah ga tahan, gue yang pertama, kalian atur aja selebihnya" Lelaki yang mempunyai tato di lehernya maju mendekat kearah Vanessa.

Dengan badan gemetar Vanessa mundur menghindari lelaki yang ingin memegang nya "Tolong, tolongg, siapapun tolong guee" Teriaknya, walaupun mustahil karna jalanan yang mereka tempati sangat sepi dan jauh dari permukiman warga.

"Gausah teriak sayang, ga ada yang bakal denger, mending main ama abang" Ucapnya tersenyum nakal dan semakin mendekati Vanessa.

"Jangan macem-macem lo?!" Ucapnya Membentak dengan nada gemetar.

"Aduhh suaranya makin enak kalau teriak" Ucap temannya yang menunggu giliran dengan menjilat bibirnya.

Lelaki tersebut makin berjalan mendekat, Vanessa kembali berjalan mundur tapi sialnya ternyata dia sudah keluar dari jalanan dan dibelakang terdapat pohon besar.

Ia terjatuh lemas saat tenaganya yang mulai habis, kepalanya berdenyut sakit, sialnya ia baru ingat kalau dari siang ia belum pernah makan apa pun.

Lelaki tersebut berjongkok dan mendekat kepada Vanessa kemudian dia mulai menyentuh wajah Vanessa, dengan sisa tenaganya Vannesa berusaha memberontak menghindari tangan kekar yang menyentuh wajahnya.

Pipi mulus itu telah basah "Lepasin brengsek, gue ga sudi dipegang tangan kotor lo"

"Jangan nangis sayangg" Bisik lelaki tersebut ditelinga Vanessa.

"BRENGSEK, BRENGSEK!!" teriaknya meluapkan emosinya.

"Ya tuhan bantuin Vanessa" Batinnya meminta pertolongan dengan Tuhannya.

Srekk.

"To--, tolong,jangann, gue Mohon berhenti" Vanessa memohon dengan terisak, walaupun itu tidak akan berhasil.

Lelaki tersebut merobek baju Vanessa, hingga menampakkan bahu Vanessa yang sangat putih dan mulus.

"Ya Tuhan aku takut" Seakan pasrah dengan keadaan.

"anjay, bening banget Neng, makin ga sabar Abang" Ucapnya sudah
tak tahan.

BRUKK.

Tiba tiba seseorang datang dan menendang perut preman tersebut hingga terjatuh, seseorang dengan jaket hitam dengan logo kupu-kupu dibelakang tepat dipunggungnya, menghajar habis habisan preman tersebut.

Vanessa yang melihatnya segera mundur "hufhh... Syukurlahh" Batinnya merasa lega saat seseorang datang membantunya.

Kedua preman yang menunggu dijalanan kabur saat melihat bos-nya yang sudah tak berdaya.

"Dasar banci beraninya dengan cewe" Ucapnya menginjak perut preman itu.

Tak sampai disitu, lelaki tersebut terus menghajarnya hingga gigi preman tersebut cobot.

Setelah puas lelaki tersebut menyuruh nya pergi "pergi lo sebelum gue laporin ke polisi" Ancamnya.

Preman tersebut berdiri dengan susah payah dengan memegang perutnya yang sakit karena tendangan lelaki tersebut yang tidak main main.

"Brengsek, awas aja lo" Ucap preman tersebut menyimpan dendam lalu pergi disana dengan susah payah.

Lelaki tersebut mendekat kearah Vanessa yang memeluk lututnya sendiri, suara isakan masih terdengar jelas "Lo gapapa?" Tanya-nya memastikan keadaan Vanessa.

Vanessa mendongak melihat seseorang yang telah menyalamatkannya. Ia menggelengkan kepalanya menandakan ia sedang tidak baik baik saja.

Lelaki tersebut membuka jaket yang ia gunakan untuk menutupi bagian baju Vanessa yang sobek.

Vanessa tak henti hentinya terisak, bayangkan saja, jika tidak ada sosok didepannya ini, mungkin mahkota yang ia jaga selama ini bakal direbut oleh preman brengsek tersebut.

Lelaki tersebut yang melihat Vanessa yang tampak sangat kacau, dengan ragu ia maju dan memeluknya.

Vanessa menyembunyikan wajahnya didada lelaki tersebut dan menangis terisak-isak.

Ia tidak peduli siapa sebenarnya lelaki didepannya ini, saat ini dia hanya benar-benar takut.

Lelaki tersebut mengusap punggung Vanessa untuk menenangkannya. Ia sangat paham yang dirasakan cewe yang berada dipelukannya ini.

"Ussttt, gausah nangis, mereka udah gaada, sekarang lo aman" Ucapnya berusaha menenangkan.

"Rumah lo dimana, biar gue anter"

"di jalan mawar No 13" Ucapnya memberitahu dengan suara lemah

🦋🦋🦋

"Makasihh banget, lo udah nyelamatin gue, gue ga tau apa yang bakal terjadi kalau lo ga ada tadi" Vanessa benar benar bersyukur bisa selamat dari preman brengsek itu.

"It's okay, lain kali jangan suka jalan malem apa lagi sendiri" Ucap lelaki tersebut, Vanessa mengangguk.

Lelaki tersebut melajukan motornya meninggalkan perkarangan rumah Vanessa, sebelumnya Vanessa sempat salfok melihat tato kupu-kupu tepat samping diurat nadi pergelangan tangan lelaki itu.

Vanessa segera masuk kerumahnya, pastinya kedua orang tuanya sudah tidur bisa dilihat dari semua lampu yang telah padam.

Semoga saja tidak ada yang melihatnya dengan keadaan kacau seperti ini. Ia hanya tidak ingin orang tuanya khawatir karna dirinya.

"Dari mana kamu?"

🦋🦋🦋

TBC

Maaf jika tata bahasanya belum tepat, maklum masih belajar🙏

Jangan lupa vote and comment.





BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang