Chapter 10

3 1 0
                                    

Assalamu'alaikum
Jangan lupa follow and vote!!

🦋🦋🦋

Minggu kali ini disambut dengan awan mendung sehingga membuat jutaan titik air hujan turun ke permukaan bumi dengan suara yang menenangkan.

Hari yang harusnya dipenuhi dengan berlibur bersama keluarga, berjalan dengan teman, ataupun me time di tempat yang indah. Namun rencana semua itu tak dapat terlaksana akibat hujan yang melanda kota saat ini.

Dikediaman yang sederhana itu, terdapat sosok lelaki dengan kaos hitam dan celana sebatas lutut sedang terbaring lemah, walau wajahnya pucat serta bibir yang kering tak memudarkan ketampanannya.

Dengan susah payah Tangannya bergerak mencari keberadaan ponselnya di nakas samping ranjang.

Setelah mendapatkannya ia mulai mengotak atik ponsel tersebut masih dengan posisinya terlentang tidur.

"Halo" Ucap Erlandga saat teleponnya tersambung.

"Raka, gue minta tolong beliin obat. Gue benar-benar udah ga bisa bangun buat sekedar keluar" Sambungnya dengan suara yang terdengar parau.

Orang yang di sebrang sana bingung mendengar Perkataan Erlandga. Raka?, Siapa Raka?,
Mengapa ia memanggilnya dengan sebutan Raka?. Keningnya mulai berkerut.

"Gue Vanessa Er" Balasnya setelah memastikan bahwa yang menelfonnya benar-benar Erlandga.

Ia bangun dan menyandar ke kepala kasur.
Keningnya menyatu saat mendengar suara Vanessa. Ia menjauhkan ponsel tersebut dari telinga dan melihat nama kontak tersebut.

"Mampus!" Umpatnya melihat nama yang tertera diponsel. Mengapa bisa ia salah telfon.

"Ouhh maaf Nes, salah sambung. Tadi gue niatnya nelfon raka buat prank dia, malah kepencet Nomor lo" Ucapnya dengan panik dan segera mematikan telfonnya.


"Kok bisa sih gue telfon nomor Vanessa" Monolognya dengan tangan memijat pelipisnya yang terasa berdenyut sakit.

ia segera menelfon Kembali Raka. namun Nomornya tak aktif begitupun dengan Rianza. Kini ia hanya pasrah menikmati rasa sakit yang semakin menjalar dikepalanya.

Dikediaman Vanessa, ia memandang ponselnya dengan kening yang tak hentinya berkerut.
"Obat?"Batinnya bermonolog.

Berfikir sejenak, akhirnya ia melangkah ke arah lemari dan mengambil cardingan.

🦋🦋🦋

Tok tok tok...

"Siapa?" Teriak Erlandga dengan suara serak saat mendengar seseorang mengetuk pintu.

Tok tok tok...

"Tunggu!" Teriak Erlandga kesal. Dengan memegang Kepalanya yang sakit, ia memaksakan untuk bangun meski kepalanya terasa ingin pecah.

Saat berdiri, penglihatannya terlihat mengabur. Ia berusaha berjalan keluar kamar dengan tangan menumpu pada dinding.

Tangannya bergerak membuka knop pintu, telihat gadis dengan rambut diurai berada dihadapannya membawa kantung kresek entah berisi apa.

BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang