3.

328 39 2
                                        



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Dua puluh menit lagi toko buku akan di tutup, tidak banyak pengunjung datang hari ini karena hujan turun sejak siang hari tadi, jadi ia mulai merapikan barang barang dan menghitung penghasilan hari ini.

"Oh, selamat datang"  Dunk refleks saat mendengar pintu terbuka, pria jangkung berdiri disana dengan senyum lebar. "Ah, bos Dew!"


"Hari ini tidak terlalu ramai," katanya retoris, melenggang masuk kemudian duduk di salah satu sofa panjang tak jauh dari meja resepsionis. Ia meletakan bungkusan Styrofoam di atas meja. " Ibuku masak banyak hari ini. Nah, kemari makan bersama."


Dunk tersenyum geli melihatnya lelaki itu menggerakkan tangannya seperti memanggil kucing. "Peraturannya dilarang makan di dalam ruangan ini, bos Dew.."

Lelaki itu menunjukkan deretan gigi putihnya," kamu benar. Kalau begitu ayo bawa ini pulang, jam kerjamu akan segera habis. Ow, lima menit lagi ternyata."

"Bos Dew akan ikut aku pulang?" Dunk merapihkan tasnya kemudian mengantongi ponsel, meraih kunci toko di atas mesin printer.

"Tentu, aku akan menagih satu botol cola untuk ini," ia mengangkat bungkusan di atas meja, menggoyangkan nya pelan khawatir kuahnya tumpah.

" Baiklah, sepertinya aku juga punya acar timun di rumah itu akan bagus di makan bersama sup ikan."


Dunk mengikuti Dew masuk kedalam mobil pribadinya. Dew adalah pemilik toko buku sekaligus seniornya di kampus dulu, mereka cukup dekat begitu juga dengan orang tua Dew yang berasal dari Jepang, wanita setengah abad itu sungguh menyayangi Dunk seperti putrinya sendiri.

Itu benar, tidak salah baca. Orang tua Dew bahkan memanggilnya princess kecil, ah Dunk tidak ingin ambil pusing untuk itu.
































"Bos Dew ingin nasi? aku akan mengambilkannya,"

"Jangan panggil aku bos, apa aku terlihat setua itu?" Dew menepuk space kosong di lantai. "Ayo duduk kita makan bersama."


"Aku ambil colanya dulu," pria cantik itu segera berlari ke arah dapur yang hanya berjarak sepuluh langkah dari ruang tengahnya. Ah, untungnya kemarin Joong membeli dua liter cola, ia masih punya satu botol lain untuk tamunya ini, ia membawa serta acar juga dua gelas lain.

"Kau memang tua omong omong," Dunk menyeringai geli, ia menuangkan cola kedalam gelas.

"Tapi uangku banyak, "


"Haha sayangnya itu benar."

"Aku juga tampan," Dew mengatakannya acuh sambil menenggak colanya, tandas.


Ethereal-JoongDunkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang