Mereka masih terlalu muda dan bodoh dalam memahami perasaan.
Joong terlalu denial pada perasaannya sendiri sampai kemudian takdir mendorongnya lebih dekat pada Dunk.
Dunk sempurna, semua orang setuju, terutama bagi Joong yang selalu memujanya. Tap...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dunk menyaksikan sendiri, dari balik jendela kecilnya bagaimana langit gelap gulita ini perlahan luntur, pekatnya memudar di gantikan cahaya manis hangat malu malu dari pijar matahari yang terhalang awan tipis.
Ia sudah duduk cukup lama disana, satu mug besar kopi yang sejak malam menemaninya kini tandas, buku buku kamus preferensi berserakan di lantai, bolpoint seharga 10 pounds terselip di telinga, dengan kacamata minus yang melorot dari hidung mancungnya.
Ia menggeliat, bagus sekali, tubuhnya kaku, dan matanya tidak bisa lagi di paksa menatap layar laptopnya. Ia berencana mengakhiri kegiatan bekerjanya itu, kemudian segera melompat ke kasurnya untuk berhibernasi.
Selain menjaga toko buku yang sebenarnya hanya cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari nya, Dunk harus bekerja keras mengambil pekerjaan sampingan menjadi translator buku buku bertema fiksi, hanya fiksi?
Iya Dunk hanya mentranslet buku buku bertema fiksi dan fantasi. Alasannya, simpel, beberapa kisah dengan konflik terlalu berat akan mentriger traumanya, yahh ia hanya mencari kehidupan tenang, meskipun rasanya tidak mungkin.
Orang miskin ini suka hal hal mahal, terlebih London adalah surganya barang mahal. Demi hobinya itu Ia harus berkerja ekstra untuk setidaknya menambah kegiatan lain dalam hidupnya yang hanya makan, tidur, dan bernafas menunggu mati.
Hidungnya merasa nyaman, Dunk menghirup nafas dalam dalam, aroma selimut familiar berbau khas pelembut miliknya, ia rasa hanya dalam tiga detik lagi maka ia akan segera berpindah dimensi.
Ah ia suka bagian ini, ia akan tidur perlahan, mengendalikan dirinya sendiri melewati sleep paralysis yang menegangkan dengan tenang selama beberapa menit sebelum akhirnya ia terlempar pada situasi surgawi.
Siapa bisa menebaknya?
Ya, lucid dreams.
Hal yang selalu Dunk sukali dalam kegiatan tidurnya. Tempatnya melarikan diri dari situasi buruk yang menimpa hari harinya. Mari kita lupakan tentang ia yang menawarkan tubuh telanjangnya pada Dew kemarin.
Ia merasakan tubuhnya melayang, sayap kupu kupu lebar berwarna putih dengan pendaran cahaya lembut di belakang punggungnya mengepak, membawanya menjauh dari daratan, dengan bersemangat ia terbang mengelilingi bunga bunga sebesar rumah, ya memang itu adalah rumah orang orang disini.
Saat tubuhnya berputar, ia memercikan gliter emas kakinya yang panjang lincah menginjak dedaunan besar pergi ke tangkai tertinggi, kemudian meluncur cepat jatuh dengan dramatis pada tumpukan daun mapel kering. Wajahnya berseri seri senyumnya merekah cantik Dunk suka dirinya dalam Versi ini.
"Mas janji Natt, "
Sampai suara itu terdengar nyaring seolah bergemuruh dari langit merah jambu itu, perlahan langitnya menggelap.
Dunk melihat dirinya sendiri tanpa pakaian berbaring di atas dedaunan kering, kemudian jatuh terjerumus kedalam tanah.
Tangan, ia merasakan tangan tangan menyentuh tubuhnya. Ia berteriak, berteriak dengan keras tapi suaranya bahkan tak terdengar telinganya sendiri.