6.

336 38 5
                                        


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Dunk telah mencuci wajahnya, mengelap bibirnya, merangkai kembali patahan yang menyiksa di dalam dadanya, kemudian pergi ke kamarnya.

Ia membuka lemarinya lebar lebar melihat tumpukan baju yang tersusun rapih, ia meraihnya satu, dua, tiga, kemudian ia melemparkan ke lantai sampai seluruh isi lemarinya menumpuk di atas lantai. Perasaanya berat dan terus merasa terpukul, matanya masih basah dan selalu siap meluber saat ia berkedip.

Ia mulai dengan duduk bersila di lantai kemudian melipat baju baju itu dengan hati hati, serapih mungkin. Ia melakukan sampai selesai. Mengembalikan baju itu kedalam lemari, kemudian mengambil mesin penyedot debu, mengganti seprai, selimut, beserta sarung bantal. Beralih ke kamar mandi ia mencuci semuanya, sambil menunggu ia mulai menyikat lantai yang masih mengkilap bersih itu dengan sabun.

Ia selalu melakukan saat merasa kacau, merapihkan sesuatu seperti merapihkan hidupnya kembali. Dengan pikiran, perlahan akan membaik selama ia masih mau mencoba membenahi perlahan-lahan. saat rasa lelah mulai menguasai ia akan mengantuk dan tidur dengan nyenyak.







Esoknya, Joong tidak datang menemui Dunk, bahkan di toko bukunya, tapi ia sempat mengatakan bahwa ia di hotel. Dunk tidak lagi perlu bertanya apa yang dilakukannya di sana.

Ia sudah menghapus ingatan semalam jadi jangan mulai lagi.









Joong tidur dengan wanita tadi malam, hanya untuk memastikan bahwa tubuhnya, hatinya, dirinya masih sama.

Semuanya baik baik saja sampai pagi menjelang. Joong merasa baik, tapi ia tidak merasa sepuas biasanya. Padahal wanitanya kali ini begitu cantik dengan kulit eksotis sekilas mirip idolanya Zendaya, tapi rasanya ia masih merasa kosong. Setelah itu semua berlalu hatinya masih mencari, entah apa yang di cari.

Joong berbaring terlentang di atas kasurnya, kamarnya yang luas begitu sepi.

Temboknya hanya berupa kaca tebal dengan tirai abu abu yang menggantung bergoyang di tiup angin, saat matanya di pejamkan ia melihat Dunk dalam bayangannya, berdiri di dalam ruangan gelap Rambutnya sedikit panjang menutupi wajahnya, ia tersenyum tipis, lehernya putih kemerahan sampai ke dadanya, Joong melihatnya secara nyata kemarin, Itu sama persis.

Kulit pria itu memang putih kemerahan, tanpa Joong sadari ia melihat lebih kebawah, perut rata dan sesuatu yang menggantung di antara pahanya, itu hanya sebesar dua jari pendek.

Joong tersenyum geli, ia tidak pernah melihat yang ini di dunia nyatanya, dan entah bagaimana bayangan ini muncul. Pahanya kecil, kakinya ramping hingga jari kakinya yang tertutup kaus kaki pink.

Mendadak Joong tidak berkeinginan membuka matanya, ia ingin kembali menscan tubuh itu setiap detail nya.

Lamunannya di seret menghilang jauh saat suara handphone nya berdering keras. Panggilan pekerjaan mendadak ternyata. Joong menghela nafas gusar, sial, ia bahkan belum tidur sejak semalam.

Ethereal-JoongDunkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang