4.

415 50 12
                                        



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Hari harinya masih sibuk seperti biasanya, setelah seharian terkubur dalam aroma obat obatan yang membuatnya pusing menjelang tidur Joong menatap ponselnya cukup lama, ia butuh sedikit penyegaran. wallpaper ponselmya adalah foto imut Dunk yang masih berusia lima tahun, anak lelaki  itu mengenakan topi hitam berdiri memegang sebotol yogurt, Joong terkekeh, tapi kemudian suasana hatinya terusik. sudah lima hari berlalu tapi lelaki kecil itu tidak juga mengabarinya apapun, semua telepon dan pesan juga di abaikan begitu saja.

Tangannya segera menggulir kontak lelaki itu, hanya bernada panggilan beberapa saat ia menunggu akhirnya ia mendengar suara tersambung dari sebrang,

"aku sibuk Chen, tolong jangan sekarang."

"Jika kau matikan teleponnya aku akan marah. " Joong mengatakan itu main main, tapi di sebrang sana Dunk terdengar seperti kucing lapar yang di curi ikannya.

"Marah lah semau mu, jangan ganggu aku lagi!"

Tiba tiba saja hening Joong tidak menjawab apapun, tapi nyatanya Dunk juga tidak menutup teleponnya.

Terdengar Dunk terbatuk kecil di sebrang sana, entah bagaimana Joong merasa sedikit senang, bibirnya mengulas senyum tipis. "Aku akan pulang malam ini, apa yang kau inginkan?"

" Menara Eiffel. "

Hanya itu, kemudian ia mengakhiri telepon. Profesor Gayle memang memintanya untuk kembali lebih dulu, pasien baik baik saja jadi tidak ada yang perlu khawatirkan.




Joong sampai di apartemen seukuran kandang kelinci itu pukul tujuh malam, tapi ia tidak menemukan siapapun disana. Dunk belum kembali tapi juga tidak bisa di hubungi. 

Ia duduk di sofa coklat sambil melipat tangannya di depan dada, hanya menunggu sampai mengantuk, akhirnya tepat tiga puluh lima menit pintu depan terbuka, lelaki berwajah kecil itu muncul dari sana.

"Oh, mana menara Eiffel ku?" Ia terlihat abai, melepas sepatu dan menyangkutkan mantelnya di kastok, kemudian melenggang ke kamar. Setidaknya Joong berharap ia terkejut sedikit, meskipun pura pura itu akan membuatnya senang. Tapi sekali lagi, Dunk tidak mau repot repot melakukannya.

"Aku membawanya dalam bentuk foto, kau mau?"

"Tidak."

"Dengan siapa kau pergi tadi?"

"Dew," Dunk menjawab nya acuh ia masih di dalam kamarnya, mungkin tengah membersihkan wajahnya.

Joong tidak bisa tidakmerasa dongkol, berkali-kali ia mengatakan untuk tidak pergi atau bertemu dengan lelaki itu tapi Dunk tidak perduli.

"Aku tidak suka orang itu."

"Dia juga tidak suka bocah menyebalkan seperti mu," katanya, ia keluar dari kamar hanya dengan celana training abu abu panjang menuju dapur. Benar, tanpa baju hanya celana training panjangnya.

Ethereal-JoongDunkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang