Pagi ini Joong merasa sebelah tangannya mati rasa. Dunk bersandar disana semalaman, wajah cantik lembut itu bersandar di otot lengannya yang telanjang.
Ya, Joong memang lebih suka tidur dengan baju tanpa lengan atau tidak memakai baju sama sekali.
Pipinya merah, bibirnya pucat kering, rambutnya berantakan tapi Joong suka melihatnya, lucu. lelaki ini selalu bisa merebut atensinya lebih dari seharusnya.
Tolong di garis bawahi, Joong bukan seorang gay atau LGBTI. Ia masih selurus tiang bendera, hanya saja Dunk Natanagara, memang seindah itu untuk dikagumi.
Joong memindahkan tubuh kurus itu untuk berbaring di sofa sementara ia pergi ke dapur untuk mengambil minum dan membuat sereal sembari menunggu Dunk bangun.
Ia duduk tenang di meja makan dengan semangkuk serealnya. beberapa kali ponselnya berdering tapi ia terlalu malas untuk mengurus pekerjaan yang memanggilnya, pekerjaan yang harus ia urus akan ia handel nanti.
"Archen? apa dia sudah pergi?"
Joong mendengar itu dari ruang tengah terkekeh kecil, "aku sarapan di dapur. Setelah ini aku harus pergi mengurus pasien."
"Oh, " Dunk hanya mengangguk, ia berjalan ke kamar untuk mandi. "Itu bagus, aku hampir mengira kau pengangguran, sialan."
"Semua orang juga tahu, aku lulusan terbaik ilmu kesehatan bedah ortopedi." Dunk bahkan bisa membayangkan wajah sombongnya tanpa perlu menoleh, ia hanya mendengus sambil menyepak kaki yang menghalangi jalannya.
Apartemen ini begitu kecil hanya ada dua ruangan, ruang tengah yang di sekat sebagian sebagai dapur dan kamar kecil, dengan kamar mandi di dalam yang jauh lebih kecil lagi.
"Kemana mobil mu? Aku baru menyadarinya," mereka berdiri bersama di halte, Dunk seperti biasa mengigit rotinya dengan sebelah tangan memegang segelas kopi, hari ini ia masih tidak sempat sarapan.
"Aku meninggalkanya di bar sebelah toko bukumu."
"Oh bagus, mungkin sekarang mobilmu ada di kantor derek." Saat bus merah berhenti, mereka segera masuk dengan menempelkan kartu bus sebagai akses.
"Aku sudah mengeceknya, mobilku masih disana. " Mereka duduk di sebrang pintu masuk, Dunk memilih untuk duduk di dekat kaca, sementara Joong disisinya.
"Dasar bodoh, tau begitu kita tidak perlu naik bus kemarin."
"Aku akan mengganti uang yang kau keluarkan untuk membayar bus atau apapun itu, jadi tolong jangan bahas itu." Joong mengerucut sebal, menatap sosok di sampingnya yang lebih tertarik pada keramaian di luar sana. "Ini serius Natt, kau harus pindah dari apartemen itu. Rasanya seperti kandang kelinci sangat sempit, meskipun isinya lucu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ethereal-JoongDunk
FanficMereka masih terlalu muda dan bodoh dalam memahami perasaan. Joong terlalu denial pada perasaannya sendiri sampai kemudian takdir mendorongnya lebih dekat pada Dunk. Dunk sempurna, semua orang setuju, terutama bagi Joong yang selalu memujanya. Tap...