01

1K 118 19
                                    

"Sudah sempat liat Boboiboy?"

[Name] menatap ayahnya yang sedang berbicara dengan Amato. Dia baru saja dari membaca di perpustakaan pribadinya dan beristirahat di ruang kerja ayahnya.

"Tidak ada waktu lagi, Pian. Aku yakin dia bisa mengurus dirinya sendiri."

"Hm... Tapi dia kan masih kecil."

Amato terkekeh, "Aku mengajarkannya mandiri. Jadi dia tidak perlu terlalu manja kepadaku."

"Mandiri terus, om. Nanti kalau Boboiboy kenapa-napa, gimana?"

Pertanyaan penuh konsekuensi itu disetujui oleh Mechabot, "Ada logic juga apa yang kamu katakan ini." Robot itu menghadap ke Amato, "Hah? Apa yang mau kamu perbuat!?"

Amato yang diserang oleh dua player langsung cengengesan. Selalu melarikan diri dengan tingkah laku pura-pura tak mengerti atas semuanya. Entahlah dia tidak mengerti atau sudah mengerti namun dia biarkan saja.

"Lagipula dia punya banyak orang di sisinya. Jadi om tidak ada alasan untuk mengkhawatirkannya, kan?" Tanya Amato kepada [Name] yang saat ini mulai diangkatnya. Padahal mbak [Name] udah gede.

Pian menghela nafas, "Yasudah. Ngomong-ngomong, Borara telah dikalahkan oleh Boboiboy. Kuat betul anak laki-lakimu itu."

Heran tuh si Pian. Amato aja ngga kecil-kecil amat pas melawan jendral grakakus. Pakai Mechabot juga. Tapi ini Boboiboy bermodalkan kekuatan bola kekuatan aja dan keberanian. Sempat gepeng dan terluka beberapa kali.

Padahal kayak gaada bedanya.

Kelempar dikit ga ngaruh ya.

Plot armor seorang MC gitu.

"Kapan om Amato mau menemui Boboiboy?"

Amato lagi-lagi mengabaikan hal tersebut. Dia mengajak mechabot pergi dari sana. Mereka sedang berada di markas di suatu tempat di angkasa.

Setelah mereka pergi, [Name] hanya menatap kepergian Amato dengan hening. Pian datang dan mengelus kepala putrinya dengan lembut.

"Papa."

"Ya?"

"Saya mau menjadi mandiri," ujarnya sembari memegang ujung suit besi ayahnya. Dia menampakkan wajah sok imutnya yang tentu saja selalu mempan pada Pian.

"M-mandiri?" Heran Pian. Padahal ada banyak yang bisa dilakukan [Name] jika Pian bersamanya, namun putrinya itu menolak seperti ini dan memilih untuk mandiri alias Berdikari ala ala Amato.

"Iya. [Name] sudah ada rencana untuk kedepannya."

Gadis itu kemudian melepaskan pegangannya dan mengambil tablet di atas meja. Menampakkan beberapa deretan persyaratan yang belum tercoret. Yang berarti, belum terwujud.

"Kamu mau join TAPOPS!? Mana bisa, nak... Kamu masih kecil banget." Papanya itu sering mengintip apa saja yang dikerjakan oleh putri manisnya.

"Kata papa, bakalan ngabulin semua permintaan [Name]?" Tanya putrinya kembali dengan wajah berkaca-kaca. Pian panik kemudian menghela nafas. Dia menyamakan tingginya dengan putrinya itu. Sejak kecil, bukan [Name] yang ingin kasih sayang dan perhatian dari sang papa. Hanya saja, memang Pian sendiri yang memberikan semuanya dan selalu ditegur oleh Amato. Padahal itu anak Pian, bukan Amato.

"Baiklah... Tapi kamu harus menjalani beberapa tes yang tentunya tidak mudah."

[Name] tau hal tersebut. TAPOPS sendiri adalah salah satu organisasi yang berada di bawah naungan perusahaan papanya. Tentu saja TAPOPS adalah hal terpenting karena mereka memerlukan organisasi di angkasa yang berfungsi untuk melawan para alien durjana yang ingin menguasai bola kekuatan.

Iridescent ꒰ continued ꒱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang