11

507 53 14
                                    

Bertemu dengan sosok paruh baya yang terlihat memakai pakaian dokter. Sosoknya seperti Kaizo, mungkin. Melihat dirinya dihormati oleh alien resepsionis tadi, [Name] berasumsi bahwa orang yang menginterupsi tadi adalah seorang alien.

"Kamu pasti [Name], kan? Maafkan staff kami yang belum di beritahu terlebih dahulu."

Resepsionis tadi mendengus kemudian memasang senyum terpaksa kepada [Name]. Tetapi [Name] hanya memandangnya sebentar kemudian beralih ke sosok tadi.

"Tidak masalah, tuan Malachite."

[Name] bahkan harus berusaha ekstra untuk menemukan id card yang tertempel di jubah dokternya. Agak berkamuflase dengan warna kain. Jabatannya adalah sebagai pengembang teknologi yang juga menyumbangkan teknologi kesini. [Name] mungkin akan menjadi partnernya.

Hawa yang cukup mengintimidasi, dengan mata hijau yang menyala. Tajam dan juga sedikit menilai. [Name] berusaha bersikap biasa saja agar tidak dikira terintimidasi.

"Ah, kamu tau aku?"

"Id card anda menunjukkan nama anda."

Hening sejenak kemudian Dr. Malachite sepertinya menuntun [Name] memasuki IMH. Pada akhirnya, memasuki aula yang cukup besar.

Didalam sana, terdapat banyak barisan robot yang bekerja keras. [Name] menatap kagum ketika beberapa diantara mereka memeragakan tata cara melayani pasien. Beberapa robot disini adalah salah satu sampel dari rumah sakit IMH yang digunakan untuk pekan teknologi.

"Selamat datang di aula pekan teknologi IMH. Aku akan menunjukkan beberapa robot yang digunakan di dalam rumah sakit ini."

Dr. Malachite maju dan membawa [Name] menuju ke potongan ruangan yang terlihat dimana sepertinya para robot memeragakan melayani orang dengan senang hati, resepsionis.

"Dengan ini, aku harap bahwa alien bisa lebih bersantai kedepannya. Tidak perlu bersusah payah lagi untuk berdiri di meja resepsionis, benar?"

Agak ganjil, [Name] menatap Dr. Malachite dan mengangguk setuju, "benar, tuan." Juga mengurangi tingkat diskriminasi terhadap manusia yang datang. Lanjut [Name] dalam hati.

[Name] kemudian dibawa ke potongan ruangan selanjutnya. Dimana robot itu sedang mengobati boneka pasien yang sakit. Cedera ringan seperti keseleo.

"Ini hebat. Tetapi bagaimana dengan pasien yang memiliki luka serius? Seperti luka bakar atau bahkan patah tulang?"

Pertanyaan [Name] membuat Dr. Malachite tersenyum dan membawa [Name] ke potongan ruang selanjutnya. Disana, ada boneka korban kebakaran. Terlihat bahwa robot yang ada sedang mengobatinya dengan sempurna.

"Tentu saja itu bukanlah masalah besar, nona kecil. Aku hanya membutuhkan penyesuaian informatif di kepala mereka kemudian jadilah robot serba bisa."

Dr. Malachite berkata dengan sombong. Matanya berkilat nakal. [Name] menatapnya kemudian mengangguk.

"Jadi kedengarannya sangat mungkin untuk membuka layanan 24 jam, bukan?"

Perkataan [Name] diangguki keras oleh Dr. Malachite, "tetapi ada masalah dengan itu, nak."

"Benarkah?"

Dr. Malachite mengangguk kemudian berjalan menuju ke ruangan kontrol aula. Ruangan yang agak gelap dan dilengkapi dengan kamera dan tombol juga tuas.

"Kesediaan bahan untuk membuat mereka tetap aktif tidak ada. Selama 24 jam aktif dan mengerjakan sesuatu seharusnya membuat bahan bakar mereka terkuras habis. Aku masih belum memiliki solusi untuk saat ini."

"Sebagai sesama pecinta teknologi, aku harap kamu memiliki solusi," sambung Dr. Malachite.

Ini penekanan. Bukan permintaan tulus. Yang berarti gadis itu sedari awal memang diminta berpikir kritis saat ditanyai setiap menitnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Iridescent ꒰ continued ꒱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang