08

16 9 0
                                    

jam 10 pagi, lino baru saja balik dari luar kantor bersama pak yayan. erina stay di kantor karena harus rapat bersama staff lainnya. 

sejak pagi dia langsung berangkat bersama pak yayan ke perusahaan tetangga untuk membahas beberapa hal, lino mendapat tugas dari erina untuk mendampingi pak yayan. 

sungguh, dalam pertemuan barusan memang menegangkan. pak yayan nego habis-habisan sementara pihak lain tetap pada pendirian. 

setelah a b c, akhirnya pihak tersebut cair juga usai mendengar beberapa penjelasan dari pak yayan. 

disini lino belajar, kalau mau keinginan kita terwujud maka effort-nya harus optimal dan jangan menyerah, itu poinnya. 

"hai rin," sapa lino dari belakang. 

"wah udah balik, gimana? lancar negonya?"

"amann, pak yayan jago banget." lino duduk di kursinya.

erina menghadap belakang dan menumpu dagunya di senderan kursi. "lino, aku mau tanya."

"iya?" 

"kamu nyaman nggak disini?"

"nyaman aja, kenapa rin?"

"gapapa sih, aku juga nyaman. kerja sama kamu ternyata enak ya, kamu rajin jadi bisa nyeimbangin aku. makasih ya udah mudahin aku."

"ah rin, kamu makasih mulu ke aku. santaii dong, aku gini untuk kebaikan semuaa."

"hehehe, love it dehhh. nanti siang makan bareng ya ke bawah."

"iya boleh."

"okee!" 

lino tersenyum dalam diam sembari membolak-balikkan kertasnya, jantungnya tak karuan. 

apa betul aku tertarik sama erina? gak gak gak, aku gamau semua berakhir canggung. 

pikiran itu lino singkirkan dan berusaha untuk kembali bekerja. 



ㅡㅡ



beberapa hari lalu

erina bertemu dengan 4 orang sahabatnya di sebuah kafe setelah pulang kantor. dia memberanikan diri berjalan sejauh 500 meter di tengah gelapnya malam.

sebelumnya ini tak pernah erina lakukan karena ia terlalu takut dengan berbagai kemungkinan buruk yang otaknya selalu pikirkan.

namun dia mendapat keberanian karena ucapan abida kemarin, bahwa tak ada yang harus ditakutkan. jadi wanita harus berani dan wajib waspada. keluar rumah harus berdoa karena sebaik-baiknya pelindung hanyalah tuhan yang bisa melindungi.

jadi kini tak ada alasan lagi bagi erina untuk mengindar. dia bisa melewati ini semua dengan keberanian yang masih 50%.

tin!

"erina! mau kemana kamu?"

ah, ternyata itu lino. hampir saja, ku kira penculik.

"aku mau ke kafe itu, mau ketemu temen."

"ohh, ayo bareng aja. aku searah kok, daripada kamu jalan sendiri gitu. bahaya malah."

lino menawarkan tumpangannya pada erina, dia tidak tega.

"emang gapapa?" tanya erina, tak enak hati.

"iya udah naik ajaa, yuk."

erina tersenyum dan menghampiri lino, "makasih ya, misi aku naik."

𝐝𝐢 𝐬𝐮𝐫𝐚𝐛𝐚𝐲𝐚 ; 𝐥𝐞𝐞 𝐤𝐧𝐨𝐰 𝐨𝐟 𝐬𝐭𝐫𝐚𝐲 𝐤𝐢𝐝𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang