Menceritakan tentang seorang gadis yang menyukai sahabatnya sendiri.
Fatricia Salsabila, gadis yang kerap di sapa Cia itu mencintai sahabatnya yang bernama Aldan Niskala, namun akankah kisah cintanya itu berakhir bahagia? Atau malah akan berakhir de...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cr by pinterest
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu adalah orang spesial yang aku cintai dengan sepenuh hati, tapi sayangnya hatimu tak bisa ku miliki.
Fatricia Salsabila
Happy Reading...
Sejak sepuluh menit yang lalu Aldan tidak henti-hentinya membujuk Cia agar gadis itu mau membantu rencananya untuk menembak Stevia.
"Please Cia! Bantuin gue, ya, ya, ya!" Aldan mengeluarkan puppy eyes nya.
"Aldan awas! Aku mau nyapu rumah ihh! Ngehalangin mulu!" ucap Cia kesal karena sejak tadi Aldan mengganggu kegiatan nya membersihkan rumah.
Cowok itu mengambil sebelah tangan Cia dan menggenggamnya erat, "ini untuk terakhir kalinya gue minta tolong sama lo, jadi-" ucapan Aldan terpotong karena Cia sudah lebih dulu menaruh telunjuknya dibibir sang cowok.
"Jangan ngomong kayak gitu, aku bakal bantuin kamu kok," putus Cia.
Aldan tersenyum senang mendengarnya, "thanks Cia, sayang deh," ucapnya kemudian langsung memeluk gadis itu.
"Sakitt Al, hati aku sakit harus nerima kenyataan ini," batin Cia perih.
"Ekhemm!! Pelukan terossss," ucap Syia berdehem, wanita itu baru saja pulang dari pasar bersama ibunya.
"Iri bilanggg kak," celetuk Aldan.
Syia menatap tak suka ke arah cowok itu dan memberikan jari tengahnya, "fuck you!" ucapnya.
"Tebar keromantisan terussss, jadian nya kapan?" sindir Syia membuat kedua sejoli itu terdiam.
"Huss gak boleh gitu!" tegur sang ibu, "biarin aja, mereka masih muda ini," lanjutnya membuat Alda tersenyum kemenangan.
"Terus aku udah tua gitu?" Syia menatap ibunya tak terima.
"Gak sadar diri," ceplos Cia yang sejak tadi diam.
"Kamu kok jahat banget sih sama Kakakmu yang paling cantik ini?" Syia memegang dadanya pura-pura sakit hati mendengar ucapan Cia.
"Udah tua masih jomblo lagi," timpal Aldan tak mau kalah menistakan kakak dari sahabatnya itu.
Syia menampilkan wajah cemberut nya, "mah, masa aku dinistain sama mereka, jahat banget ya?" tuturnya mengadu kepada sang ibu.
"Itu kan kenyataan kak," jawab sarah membuat Syia prustasi di tempatnya.
"Huaaaa kejam sekali kalian!!" teriak Syia merasa tersakiti.
Keluarga yang penuh dengan drama ya guys ya:)
🐄
Sekarang Aldan sudah berada di sebuah taman mempersiapkan segala hal untuk menembak sang pujaan hati.
"Cia, love nya simpen di mana nih, biar bagus?" tanya Aldan memegang bunga yang sudah disusun membentuk love.
"Emm, di depan aja, Al," jawab Cia yang sedang sibuk merapihkan hiasan lampu kecil.
"Pokoknya nanti malem harus perpect," ucap cowok itu bersemangat.
Semua harapan Cia pada Aldan akan berakhir malam nanti, tapi itu bukan berarti dia tidak mencintai cowok itu lagi, Cia hanya memusnahkan harapannya untuk bisa memiliki Aldan.
"Woyy Cia!! Malah bengong!" seru Aldan memegang bahu gadis itu.
Cia melirik tangan Aldan yang memegang bahunya, ada rasa sakit yang tidak bisa dia jelaskan, dan ada rasa kecewa yang sangat sulit untuk dia tahan.
"Sebagai imbalan karena lo udah bantuin gue, gimana kalau nanti malam lo datang ke sini? Gue traktir makan deh," tawar Aldan.
"Emangnya harus ya, nyaksiin kamu jadian sama orang lain di depan mata aku sendiri," pikir Cia.
"Gimana mau gak?" tanya Aldan sekali lagi.
"Gak deh, soalnya nanti malem aku bakalan sibuk ngerjain tugas," ucap Cia beralasan.
Aldan menganggukkan kepalanya mengerti, "yaudah, lo doain gue ya supaya rencana gue nembak Stevia berhasil," tuturnya.
Cia tersenyum manis lebih tepatnya senyum palsu yang dia tunjukkan untuk menutupi luka dihatinya, "kamu tenang aja, aku pasti doain kamu kok supaya bisa jadian sama Stevia," jawabnya terdengar sendu.
Sejujurnya hatinya sangat sakit jika harus berpura-pura seperti ini. Karena kenyataannya Aldan hanyalah orang yang bisa menabur garam di atas lukanya yang sudah dalam, perih sangat perih.
👀
Pagi ini Aldan tidak berada di rumah Cia seperti biasanya, karena sekarang cowok itu mempunyai kewajiban baru yaitu menjemput sang pacar.
"Dek, are you okay?" tanya Syia khawatir melihat wajah adiknya yang pucat.
Syia sudah mengetahui kabar jika Aldan sudah mempunyai pacar, karena kemarin dia mendengar sendiri betapa hebohnya cowok itu saat menelepon Cia dan mengatakan jika dia sudah diterima oleh Stevia.
"Aku okay kok, kak," jawab Cia lesu.
Syia langsung membawa Cia ke dalam pelukannya, "kakak tau pasti ini sulit buat kamu, dek," ujarnya membuat tangis Cia langsung pecah.
Punggung gadis itu bergetar menandakan kesedihan yang sangat mendalam, "hati aku sakit kak, sakit," ucapnya pilu membuat hati Syia ikut merasakan apa yang adiknya itu rasakan.
"Kamu harus kuat dek, walaupun ucapan kakak ini hanya penenang sesaat buat kamu. Kakak tau mau bagaimana pun kakak hibur kamu, cuma diri kamu sendiri yang bisa mengerti apa yang kamu rasakan. Kakak cuma bisa jadi pendengar yang baik buat kamu, dek," papar Syia mengusap punggung sang adik menenangkan.
"A-apa aku salah jatuh cinta sama dia kak?" tanya Cia di sela-sela tangisannya.
Syia merenggangkan pelukan diantara keduanya, kemudian dia mengusap jejak air mata di wajah Cia, "jatuh cinta emang gak salah, dek. Tapi menaruh perasaan terlalu dalam kepada seseorang yang belum tentu mengerti perasaan yang kamu miliki, itu kayak nyiksa diri sendiri."
"Terus sekarang aku harus gimana kak? Aku gak tau lagi caranya nyembuhin luka aku sendiri."
"Dek, kamu pernah denger gak kalau batas tertinggi dalam mencintai adalah mengikhlaskan?" tanya Syia yang dibalas anggukan kepala oleh adiknya.
Kedua tangan Syia memegang pundak adiknya erat-erat dan mengusapnya pelan, "ikhlasin dia, kakak tau semua itu gak mudah, tapi cobalah berdamai dengan keadaan dan kenyataan. Kakak yakin itu akan membuat hati kamu menjadi lebih tenang," nasehatnya bijak.
Ikhlas memang terlihat sangat sulit untuk dijalani, apalagi orang yang berusaha kita ikhlaskan masih berada di sekitar kita.
"Emangnya harus sesakit ini ya kak? Dipaksa merelakan sesuatu yang bahkan sangat sulit untuk dilupakan, " tutur Cia sendu.
Pandangan Cia kosong, hatinya remuk, dan batinnya kecewa, haruskah berkorban sehebat ini hanya karena mencintai seseorang?