Perduli yang tak berarti 🦋

240 17 0
                                    

Happy Reading...

Seorang cewek dengan rambut panjangnya yang tergerai indah sedang duduk menunggu seseorang di sebuah restoran mahal.

"Lo gimana sih gitu aja gak becus?!" sentaknya tiba-tiba kepada seorang cowok yang baru saja datang menghampirinya.

"Gue udah buat rem dia blong, kesalahan gue di mana?" balas cowok tersebut tak terima.

"Argh anjing!!" teriak sang cewek prustasi, "cowok itu masih baik-baik aja bangsat, semua usaha kita gagal buat nyelakain dia cuma karena cewek biasa kayak si Cia," geramnya.

"Terus rencana kita ke depannya gimana?"

"Gue bakal buat si Aldan benci sama cewek itu, dan dengan begitu gak ada lagi yang bisa lindungin dia dari kehancurannya," ucapnya tersenyum miring.

🐄

Sudah berulang kali Aldan menghubungi Stevia untuk menemaninya di rumah sakit, namun nomor gadis itu selalu saja tidak aktif.

Ceklek

Aldan langsung menoleh ketika mendengar suara pintu terbuka, dia berharap Stevia lah yang datang menjenguknya, namun harapannya pupus setelah tau siapa orang itu.

"Aku bawain buah buat kamu," ucap Cia riang mengangkat parsel buah ditangannya.

Aldan langsung membalikkan badannya membelakangi Cia.

"Al, kamu pasti belum minum obat ya?" tanya Cia yang diacuhkan oleh cowok itu.

"Bubur kamu juga belum di makan, kenapa gak enak ya?" Cia terus saja berbicara meskipun tak mendapatkan respon baik dari Aldan.

"Al?" panggil Cia.

"Aku ngelakuin kesalahan ya? Sampai-sampai kamu gak mau bicara lagi sama aku," tutur Cia sedih.

"Al, jawab aku jangan diem aja!" Cia menyentuh lengan Aldan yang langsung di tepis oleh cowok itu.

Gadis itu menatap nanar punggung cowok yang sedang membelakanginya, luka yang berusaha dia sembuhkan kini terbuka kembali menciptakan luka yang semakin besar.

Cia berusaha menekan rasa sedihnya dan terus berusaha membujuk Aldan agar mau memakan bubur dan obatnya.

Dia mengusap kasar air matanya yang jatuh membasahi pipi.

"Yaudah gapapa kalau kamu gak mau bicara sama aku, tapi kamu harus makan bubur sama obatnya ya, biar kamu cepet sembuh," tutur Cia tulus.

"Pergi!" Akhirnya satu kata itu berhasil lolos dari mulut Aldan, dia berbalik menatap Cia dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Aku bakal pergi kalau kamu udah makan sama minum obat!" tegas Cia, "aku suapin ya," lanjutnya mengambil bubur yang ada di atas nakas kemudian menyodorkan satu sendok bubur ke hadapan Aldan.

Prang

Cowok itu menghempaskan sendok yang di sodorkan Cia.

"Al, kamu punya masalah apa sih sama aku? Kalau aku punya salah sama kamu jelasin dong, jangan kayak gini caranya. Aku datang jauh-jauh kesini cuma buat mastiin apa kamu baik-baik aja? Apa kamu udah makan? Apa kamu udah minum obat? Karena apa? KARENA AKU KHAWATIR SAMA KAMU ALDAN!!!" teriak Cia di akhir kalimatnya dengan dada yang kembang kempis menahan amarah.

"Tapi apa respon kamu sama aku? Bahkan niat baik aku gak sedikit pun kamu hargai, di mana Aldan yang dulu? Dimana sahabat aku? Kenapa sekarang kamu berubah?" Cia menatap sendu Aldan yang juga sedang menatapnya.

"Apa karena Stevia kamu jadi berubah kayak gini?" tanya Cia membuat raut wajah Aldan langsung berubah.

"Jangan bawa-bawa Stevia dalam masalah ini! Gue gak suka orang yang gue cintai dituduh sama lo!" tunjuk cowok itu kepada Cia.

"Harusnya lo sadar Cia, kita gak bisa kayak dulu lagi, gue udah punya hati yang harus dijaga, jadi gue minta mulai saat ini stop ngasih perhatian berlebihan ke gue!" jelas Aldan.

"Tapi al-"

"Gue tau lo pasti khawatir kan sama gue? Lo tenang aja gue bisa urus diri gue sendiri, karena mulai sekarang gue gak butuh bantuan dari lo lagi."

Jleb

Ucapan Aldan menusuk relung hati Cia yang paling dalam, Aldan bilang sudah tidak membutuhkannya lagi, semudah itukah cowok itu membuang Cia dari hidupnya.

"Yaudah aku pergi dulu ya, jangan lupa di makan buburnya," pamit Cia kemudian keluar dari ruang rawat Aldan dengan sesak dihatinya.

"Maafin gue Cia, maafin gue argh ANJING!!" teriak Aldan menggelar.

Dia benar-benar tidak pernah berniat menyakiti hati gadis itu, tapi egonya lah yang membuat dia menjadi seperti ini, dia takut dengan adanya Cia bisa menghalangi hubungannya dengan Stevia.

🦋

"Asalamualaikum Cia pulang," ucap Cia lesu saat memasuki rumahnya.

"Habis ngapain dari rumah sakit dek? Ngerawat cowok yang gak tau diri itu?" tanya Syia yang sudah berdiri menyambutnya.

"Kak, jangan kayak gitu," tegur Cia.

Syia memijat pelipisnya pelan, "aduh adek ngapain sih masih perduli sama orang yang bahkan nganggap kamu hidup aja dia udah gak mau," tuturnya membuat Cia terdiam.

"Eh kalian ngapain debat di situ? Ayok sini duduk, mamah mau ngomong sesuatu sama kalian," ucap Sarah yang baru keluar dari kamarnya.

Cia dan kakaknya langsung duduk di samping sang ibu.

"Mau ngomong apa ibunda ratu?" tanya Syia.

"Mamah mau jodohin kamu," ucap Sarah to the point.

"APA!!" pekik Syia kaget, "mau dijodohin sama siapa sih, mah? Juragan Empang, atau juragan jengkol nih?" tambahnya random.

Cia memukul lengan kakaknya gemas, "lagi serius ini kak, malah ngelawak," dumelnya.

Sarah menggelengkan kepalanya tak mengerti dengan sikap anak pertamanya yang hobi sekali melawak.


"Besok dia bakal datang ke sini, kamu dandan yang cantik ya," tutur Sarah mengusap kepala anak sulungnya.

"Emang harus banget dijodohin ya, mah?" tanya Syia cemberut.

"Perjodohan ini adalah permintaan papah kamu sebelum dia pergi meninggalkan kita," jawab sarah sendu.

Cia yang mengerti perubahan suasana disekitarnya langsung memeluk ibunya, "mah, jangan sedih dong, nanti Cia jadi kangen papah," tuturnya.

"Iya aku juga jadi sedih tau, mah," timpal Syia kemudian ikut memeluk sang ibu.

Sarah terkekeh kecil, "jadi gimana kak? Kamu mau kan nerima perjodohannya?" ujarnya kepada Syia.

Syia menganggukkan kepalanya setuju, "aku sih mau-mau aja, mah. Soalnya bosen tidur meluk guling mulu, maunya meluk mas suami," celetuk nya.

"Cia juga pengen nikah," rengek Cia yang langsung mendapatkan pelototan dari ibu dan kakaknya.

🧸

17-01-2024

CIA EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang