Beberapa aparat berhasil memasuki kampus Usakti. Beberapa yang lainnya mengambil posisi diatas gedung yang sedang dibangun di sebelah gelanggang mahasiswa dan menembak ke arah mahadiswa, Suasana tak menentu sesekali madih terdengar tembakan. Sementara mahasiswa yang terluka dibawa ke Rumah Sakit Sumber Waras di sisi timur Trisakti. Sekitar pukul 19.00 aparat keamananditarik mundur dari halamankampus, setelah ada negosiasi yang disaksikan Komnas HAM, Kontras dan beberapa diplomat asing.
Keadaan mencekam itu baru berhenti sekitar pukul 20.00 WIB. Dewa bergegas. Ia memutuskan untuk pulang. Naas, ia menemukan motornya di parkiran dalam kondisi rusak dan kedua bannya kempes.
"Pergi kamu dari sini! Kamu harusnya tidak di sini! Mereka akan membunuhmu!"
Lengan Dewa digelandang seseorang dengan cepat ke arah semak-semak rimbun tak jauh dari parkiran. Tubuh Dewa terhuyung beberapa detik lalu terjerembab di atas rerumputan.
"Kamu lagi? " Mata Dewa terbelalak.
"Mereka mengincarmu! Mereka mau menghabisimu!" bisik sosok tersebut sambil mengangkat jari telunjuknya sebagai isyarat agar Dewa merendahkan suaranya.
"Sudahlah! Mengincarku? Baiklah anggap omonganmu benar, lalu apa aku harus takut dan kabur begitu? Konyol sekali," dengus Dewa.
Dewa bangkit namun sosok tadi dengan cepat menggelandang Dewa ke balik sebuah gedung.
"Hei Bung, kamu nggak perlu ngikuti aku lagi... O, ya... makasih, kamu sudah membantuku dan teman-temanku..." kata Dewa tidak pedul sembari mendorong tubuh tegap pria paruh baya yang menariknyai. Ia sadar apa yang ia lakukan memang akan membuat nyawanya setiap saat terancam jadi kenapa harus takuut.
Sosok itu tidak putus asa menghadapi Dewa yang keras kepala, ia bahkan membekap mulut Dewa dengan dengan tangannya lalu mengikat erat kedua tangan Dewa. Dewa meronta, berusaha melepaskan diri.
."Diamlah! Atau... kamu memang ingin mati?" Sepasang mata elang menatap tajam ke arah Dewa dengan geram.
Terdengar langkah tak beraturan beberapa meter dari tempat Dewa berada. Lima orang mengenakan penutup kepala hitam dan bersenjata laras panjang dengan sigap menyisir area di sekitar tempat Dewa bersembunyi. Mereka berpencar.
"Ada di sini!" Salah satu dari mereka berteriak lalu dengan cepat memuntahkan timah panas ke arah Dewa.
Saat butiran timah panas itu hendak menerjang dada Dewa, kedua mata Dewa tampak terpejam. Ia berteriak sekuat tenaga. "Hentikan...!"
Dewa sadar dirinya tidak mungkin selamat kala itu. Disamping karena mulut dan tangannya yang diikat. Senjata itu ditodongkan tepat di hadapannya. Sepersekian detik kemudian Dewa memberanikan diri membuka matanya. Anehnya, tidak ada darah yang menetes. Tidak ada luka sedikit pun di sana. Hanya ada rambut sedikit terbakar dan tembok yang berlubang di sisi kiri kepalanya.
"Apa yang terjadi?" gumam Dewa dalam hati, ia tidak percaya apa yang dia hadapi barusan sungguh tidak masuk akal. Orang-orang yang ingin menangkapnya tadi sudah terkapar tidak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLASHBACK 1998
Historical FictionSetelah 25 tahun mengalami koma, Dewa [45] akhirnya tersadar. Ia mengalami kecelakaan hebat di tengah demonstrasi 1998. Terbangunnya Dewa dari tidur panjangnya membuat sahabat-sahabatnya semasa kuliah mulai gelisah. Dewa menyimpan rahasia besar sepu...