Kembali ke Masa Lalu

13 3 0
                                    

Perasaan Dewa masih was-was. Terlebih suara yang dipanggilnya Abah Yai itu beberapa kali berdenging di telinganya, meminta Dewa waspada. Akhirnya Dewa memutuskan melihat layar CCTV.

"Siapa mereka...?" desis Dewa.

Dewa melihat setidaknya ada tiga sosok berpakaian gelap dan berpenutup muka berjalan mengendap di halaman samping. Jantung Dewa mulai berdegup kencang. Akhirnya Dewa memutuskan secepatnya memberi tahu Marni.

Dengan perlahan, Dewa membangunkan Marni dan sebisa mungkin bersikap tenang agar ibunya itu tidak panik. Marni yang masih belum sempurna kesadarannya terlihat bingung.

"Ada apa, Wa?" Matanya tampak mengerjap. "Bu, kita sembunyi dulu di gudang," bisik Dewa.

Seketika itu juga wajah Marni langsung memucat. Jantungnya berpacu kencang. Keringat dingin telah membasahi keningnya. Ia menyadari ada bahaya sedang mengancam keselamatan mereka berdua. Dewa bergegas mengajak Marni bersembunyi di gudang di lantai dua bagian ujung. Di sana terdapat sebuah ruangan yang cukup tersembunyi, terletak di balik tembok. Setelah memastikan Marni aman, Dewa dengan berhati-hati meninggalkan gudang untuk memantau suasana rumah. Dari layar CCTV, Dewa bisa melihat ketiga sosok misterius mulai menyisir lantai satu. Dewa segera mencari tempat yang aman ketika mereka mulai bersiap ke lantai dua. Ia berlindung di sebuah lemari besar.

Sebuah pesan singkat berhasil dikirim Dewa ke seseorang.

Kak Bakri, adao rang-orang tidak dikenal masuk ke rumah.

Dari dalam lemari, sayup Dewa mendengar langkah kaki makin mendekat. Tidak ada percakapan di antara mereka. Hanya terdengar langkah kaki mereka yang sigap. Berikutnya terdengar derit pintu kamar dibuka. Mereka memeriksa setiap jengkal ruangan. Napas Dewa mulai tidak beraturan. Jantungnya memompa darah lebih cepat dari biasanya.

"Tidak ada, Bos!" seru salah satu dari mereka. Ketiganya berkumpul di ruangan tengah, tak jauh dari tempat persembunyian Dewa.

"Masa mencari dua orang gitu saja nggak becus! Percuma kalian dibayar mahal!" seru suara yang sangat Dewa kenal.


"Cari sampai dapat atau nyawa kalian taruhannya!" "Aryo...!" desis Dewa.

Darah Dewa bergolak. Kepala Dewa mendidih. Amarahnya kali ini tidak bisa lagi dikendalikan. Dewa beringsut. Sikunya menyenggol pintu lemari, menimbulkan suara yang mampu didengar ketiga sosok tersebut.

"Itu dia! Tangkap! Habisi dia!"

Posisi Dewa dalam bahaya. Ketiga sosok bersenjata itu merangsek ke lemari dan bersiap membuka paksa pintu lemari. Di saat yang genting ini, Dewa merasakan kepalanya terasa berat dan suara Abah Yai kembali berdenging di telinganya.

"Cepat kembali ke masa lalu!"

Dunia berputar dan makin menggelap. Samar, Dewa melihat ketiga sosok itu menyergap Marni di tempat persembunyiannya.

Doorr....

Terdengar muntahan timah panas. Dewa berteriak kencang. "Ibu...!"

Tubuh Marni bersimbah darah.


FLASHBACK 1998Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang