11.

1 0 0
                                    

Seperti yang sudah bian katakan, sepulang sekolah lelaki itu melangkahkan kakinya menuju UKS, tak lupa sebelumnya ia sudah mengambil tas milik elara yang berada di kelas gadis itu.

Sesampai di UKS bian membuka pintua UKS dan ternyata gadis itu telah bangun, dan duduk di brankar sambil melamun, entah apa yang sedang gadis itu pikirkan.

"Ayuk pulang El" ajak bian, bian membuyarkan lamunan elara dan beralih mentap cowo itu, lalu mengangguk.

"Udah ga pusing lagi kan?" Tanya bian, elara menggeleng.

"Bisa jalan kan?atau mau aku gendong?" tanya bian, elara menjulurkan tangannya seperti meminta untuk di gendong.

"Manja banget sih bocil" bian hendak akan menggendong elara, namun gadis itu sudah lebih cepat turun dari brankar.

"Bercanda, bocil-bocil palalu" elara merotasikan matanya, bian hanya terkekeh melihat gadis itu yang terlihat kesal.

"Mau langsung pulang atau-"

"Bi aku pengen liat senja" ujar elara, memotong ucapan bian, elara memang sangat menyukai langit apalagi senja.

"Yaudah yuk, kita liat senja" bian menggandeng tangan cewe itu lalu melangkahkan kakinya bersamaan menuju luar UKS.

🪐🪐🪐

Pada sore itu sepulang sekolah, bian mengajak elara ke sebuah danau untuk melihat senja, danau yang terlihat indah, tidak terlalu ramai, di danau tersebut hanya ada beberapa pengunjung yang duduk di pinggiran danau.

Mereka berdua juga duduk di pinggir danau sambil menunggu senja "nih coklat matcha buat kamu" bian memberikan sebatang coklat matcha yang dia beli kemarin di sebuah supermarket, bian membelinya juga karna teringat bahwa elara menyukai coklat matcha.

Elara mengambil coklat matcha tersebut lalu membuka sedikit bungkusnya dan memakannya sedikit, coklat itu sangat membantu sekali untuk mengembalikan mood elara.

"Bi, aku udah ga di anggap anak sama ayah aku" ucap elara yang sedang duduk di sebelah bian, elara menunduk sambil memainkan bungkus coklat yang ia makan.

"Gausah bercanda deh el, masa om jefan ga anggap lu anak" ujar bian yang hanya menanggapi nya dengan candaan, bian mengira elara hanya berbohong saja padanya.

"Emang bukan papa jefan bi, tapi ayah kandung aku, dia udah gamau anggap aku anak lagi" air mata yang berusaha elara tahan, akhirnya jatuh membasahi pipinya, lagi lagi gadis itu menangis.

"Kok bisa el, om kevin kok setega itu"

Gadis itu menceritakan kejadian yang dia alaminya kemarin kepada bian, bian ikut merasa sedih mendenar elara di perlakukan seperti itu oleh ayah kandung nya sendiri.

Cowo itu menggeser duduknya agar lebih dekat dengan elara lalu memeluk gadis itu yang telah menangis sesenggukan, elara menangis dalam dekapan bian.

"Padahal aku cuma mau di sayang sama ayah bi, tapi ayah malah benci sama aku,padahal aku cuma mau di peluk sama ayah, aku salah ya, bi?"

"Enggak el, kamu ga salah, ayah kamu yang salah" bian terus memeluk gadis itu sembari mengelus puncak kepalanya.

"Kalo ayah kamu udah gamau anggap kamu anak, kamu harus tau el masih ada Tante Indira yang mau anggap kamu sebagai anaknya, masih ada om jefan yang sayang sama kamu sebagai anaknya, masih ada aku yang sayang sama kamu sebagai sahabat kamu, masih ada kayra sama firzla yang juga anggap kamu sebagai sahabat mereka, dan ada banyak yang masih mau anggap kamu el, kita semua sayang sama kamu el, jangan karena ayah kamu udah gamau anggap kamu, kamu jadi hilang semangat buat lanjutin hidup, kamu harus buktiin ke ayah kamu kalo kamu masih bisa bertahan hidup walaupun tanpa kasih sayang dari ayah kamu" ucap bian memberikan semangat pada gadis itu.

"Iya bi aku harus buktiin ke ayah aku kalo aku masih bisa bertahan walaupun tanpa kasih sayang dari dia" ucap elara, gadis itu sudah mengampus air matanya dan berhenti menangis saat ini.

"Nah ini baru elara yang aku kenal" ujar bian, lalu mengacak puncak kepala elara gemas.

"Bi, laper" ucap gadis itu sambil memegangi perutnya.

"Yaelah bocil, aku kira kenapa, bentar tunggu sini ya" ucap bian lalu pergi dari sana untuk membeli makanan.

Beberapa menit kemudian cowo tersebut kembali dengan membawa dua mangkok bubur ayam di tangannya, lalu memberikan satu mangkok buburnya pada elara.

"Wah pas banget aku lagi pengen bubur ayam" ujar elara terlihat sangat bersemangat untuk menyantap bubur ayam itu.

"Bagus deh"

Mereka berdua menikmati bubur ayam tersebut, di pinggir sebuah danau hingga senja pun tiba, senja yang sangat indah dan sangat memanjakan mata, elara memotret langit tersebut yang terlihat sangat indah di matanya, sedangkan bian diam-diam memotret elara yang sedang memotret senja.

"Senjanya indah banget" ujar elara, gadis itu terlihat sangat senang saat ini, bahagia itu memang sederhana.

"Senjanya emang indah, tapi lebih indah elara" Ucap bian.

"Bisa aja si dodol" jawab elara, menanggapi ucapan cowo tersebut dengan candaan.

"Emang bener kok, kamu lebih indah dari pada senja itu di mata aku el" batin bian.

"Jangan pernah merasa sendiri ya el, aku selalu ada di samping kamu, kalo ada apa-apa bilang ke aku, kalo kamu butuh apa-apa bilang ke aku, jangan sungkan sungkan, aku bakalan ngerasa gagal jadi sahabat kamu kalo kamu mendem semuanya sendiri tanpa kasih tau ke aku" ucap bian, netranya menatap gadis yang duduk di sebelah nya.

"Siap, makasih ya bi udah selalu ada buat aku, aku bersyukur banget punya sahabat kayak kamu" jawab elara, gadis itu benar-benar tulus mengatakan nya.

"sama-sama, pulang yuk" ajak bian, melihat hari yang sudah mulai petang, dan juga matahari yang sudah terbenam, cuacanya juga agak dingin dan mendung seperti nya setelah ini akan turun hujan.

Bian membuka hoodie miliknya dan memakaikannya pada elara "biar ga kedinginan" ujar bian.

"Hoodienya baukk" celetuk elara, gadis itu hanya bercanda.

"Serius?" Tanya bian, elara mengangguk.

"Hahahaha bercyandyaa" elara tertawa, bian yang melihat nya merasa senang, akhirnya gadis itu kembali ceria lagi.

"Lagian siapa yang percaya, hoodie bian mah ga bau, yang baukk elaraa" ujar bian mengejek gadis itu.

"Ih engga ya, elara harumm, bian tuh yang baukk" sahut elara sembari mencium aroma tubuhnya yang harum, terlihat lucu di mata bian, padahal bian juga sedang bercanda namun cewe tersebut menanggapi nya serius.

"Bercyandyaa"

"Ngeselin banget sih" ujar elara mencubit lengan bian gemas.

"Hoax, bian anak baik" bian mengelus lengannya yang terasa sakit karena cubit oleh elara.

"Bian jahat, elara baik ga ngeselin"

"Iya deh iya elara baukkkkk banget"

"Baik bukan bauk"

"Baukk"

"Baikk"

"Iya iya baikkk, elara baikk bangett, tapi ngeselin"

"Elara baik ga ngeselin"

"Iya deh iya ga ngeselin" bian mengalah, jika tidak perdebatan mereka tidak akan berhenti, gadis itu sama sekali tidak mau mengalah, persis seperti anak kecil di mata bian.

"Nah emang bener kok, kenyataan kalo el itu ga ngeselin, el itu anak baik"

"Iya el ga ngeselin, el itu anak baik" ujar bian mengiyakan saja apa yang di katakan oleh gadis itu.

17 Januari 2024

Akhir Tak Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang