09.

1 0 0
                                    

"katanya ayah adalah cinta pertama anak perempuan nya, tetapi kenapa ayahku berbeda, ayahku adalah luka pertamaku" -Elara Maurenza

"Kenapa tidak bisa ayah, elara juga anak ayah bukan?"

"SAYA BENCI IBU KAMU, SAYA BENCI SETIAP KALI MELIHAT WAJAH KAMU YANG MIRIP SEPERTI IBUMU JALANG ITU, SAYA BENCI KAMU ELARA" Bentak Kevin, wajah elara memanglah terlihat mirip dengan Indira, matanya yang indah dan juga memiliki bulu mata yang lentik mirip sekali dengan Indira.

"AYAH JAHAT, BUNDA GA JALANG, JAGA MULUT AYAH, AYAH BOLEH BENCI ELARA TAPI JANGAN HINA BUNDA" elara balik membentak sang ayah karna terbawa emosi, kini matanya telah basah dengan air mata yang turun membasahi pipinya, hati gadis itu terasa sangat sakit karena perkataan sang ayah yang mengatakan membenci dirinya.

Plakkk

Kevin mendaratkan tamparannya tepat di pipi kiri elara, elara langsung memegang pipi kirinya yang terasa nyeri, tangan besar ayahnya itu telah menampar dirinya tanpa kasihan, elara tidak pernah membayangkan semuanya ini akan terjadi, elara hanya ingin melepas rindu dengan ayahnya bukan ini yang elara mau.

"BERANINYA KAMU BALIK MEMBENTAK SAYA, SAYA INI AYAH KAMU ELARA"

Tania yang menyaksikan mereka berdua hanya bisa diam dan enggan membela siapapun, ada perasaan senang tersendiri melihat sang suami sedang membentak elara tanpa rasa kasihan, sedangkan bi Resti yang sedang menaruh minuman di meja ruang tamu menatap iba pada elara yang sedang di maki-maki oleh ayah kandung nya sendiri.

"Ayah mana yang membenci anaknya sendiri hanya karna mirip dengan ibunya?ayah mana yah?"

"Oh jadi kamu mau saya tidak menganggap kamu sebagai anak saya lagi?oke mulai saat ini saya putuskan hubungan saya dengan kamu elara, kamu bukan lagi anak saya, dan saya bukan lagi ayah kamu, ingat itu" ujar Kevin,pria tersebut menatap penuh kebencian pada elara.

Elara terkejut mendengar nya, air matanya jatuh semakin deras, hari ini merupakan hari terburuk baik elara, perkataan ayahnya tersebut seperti peluru yang menghantam hati elara, rasanya sakit sekali, seperti luka yang tidak berdarah tetapi memiliki rasa yang begitu amat sakit, elara berharap ini hanyalah sebuah mimpi dan ia akan terbangun setelahnya.

"KELUAR KAMU DARI RUMAH INI SEKARANG" bentak Kevin lalu menarik pergelangan elara dan menariknya agar keluar dari rumah tersebut.

"Ayah, ayah cuma bercanda kan" ujar elara lirih, gadis tersebut menangis hingga sesenggukan.

"Saya serius kamu bukan lagi anak saya" jawab Kevin, lalu mendorong elara keluar rumahnya dan menutup pintu rumahnya dari dalam agar elara tidak lagi masuk kedalam rumahnya.

Elara menangis sesenggukan, dia masih berharap jika ini hanyalah mimpi "ayo bangun ra bangun" elara mencubit-cubit tangannya sendiri.

Bukan ini yang elara mau, bukan rasa sakit seperti ini yang elara mau, dia hanya ingin sedikit kasih sayang dari ayahnya, dia hanya ingin melepas rindu dengan ayahnya, dia hanya ingin mendapatkan sedikit pelukan dari ayahnya, tetapi ayahnya bersikap berbanding terbalik padanya, ayahnya seperti menganggap bahwa elara sebagai musuhnya, ayah kandung yang katanya merupakan cinta pertama seorang anak perempuan, seperti kalimat bohong bagi elara, ayah kandungnya merupakan luka pertama baginya, elara benar-benar benci hari ini, apakah dia salah jika dia merindukan ayahnya, apakah salah jika dia ingin mendapatkan sedikit kasih sayang dari ayahnya.

Setelah 10 menit menangis sesenggukan di depan rumah milik ayahnya tersebut, elara memutuskan untuk pulang, mau tetap disana pun percuma tidak mungkin pintu rumah tersebut akan terbuka kembali untuk elara, elara memutuskan untuk berjalan kaki, karna tidak mungkin dia menelfon bundanya hanya untuk meminta pak Bayu menjemput nya, karena pasti bundanya itu sedang berbelanja bulanan saat ini, ingin memesan gojek pun dia tidak memiliki uang, karena dia tak sengaja  meninggalkan dompet miliknya di kamarnya karena terlalu bersemangat tadi pagi, alhasil ia memutuskan untuk berjalan kaki saja.

Setelah hampir sampai di depan komplek rumah ayahnya tersebut, ada pengendara motor yang menghampiri dirinya, elara menghentikan langkahnya.

"El" panggil orang tersebut yang merupakan Raska, entah kenapa cowo itu selalu ada ketika elara merasa kesusahan.

"Kak Raska, kok bisa ada disini?" Tanya elara pada cowo tersebut.

"Rumah gue di deket sini, lagi mau cari jajan eh ketemu kamu disini, dari mana emangnya el?" Cowo tersebut sedikit terkejut melihat wajah elara yang terlihat sedikit sembab seperti habis menangis dan pipi kirinya yang terlihat memerah.

"Dari rumah ayah kak" jawab elara, air matanya kembali jatuh mengingat perkataan sang ayah, tetapi elara buru buru mengusapnya, meskipun buliran air matanya kembali jatuh.

"El, are you okay?" Tanya raska, yang membuat elara kembali menangis sesenggukan.

Raska turun dari motornya lalu memeluk gadis tersebut yang menangis sesenggukan, cowo tersebut sedikit menepuk punggung elara menyalurkan sedikit kekuatan pada gadis itu, elara benar-benar malu karna terlihat lemah di depan cowo tersebut.

"Gue gapapa kok kak" jawab elara yang berada di dekapan Raska.

"Gausah bohong, gue tau lu kenapa kenapa" Raska melepaskan pelukan nya lalu mengelus pipi kiri elara yang terlihat merah.

"Sakit kak, tapi lebih sakit hati aku"

"Gue gatau kamu kenapa el, tapi semangat jangan ngerasa sendiri,ada gue disini"

"Kak, ayah gue udah gamau anggap gue anaknya lagi, bilang kalo ini semua cuma mimpi kak" ujar gadis tersebut.

"El, serius?kok bisa setega itu" jawab raska merasa heran.

"Serius kak, cuma karna wajah gue mirip sama bunda gue yang mantan istri ayah gue, dia jadi benci sama gue kak, dia udah gamau anggap gue anaknya lagi" air mata elara jatuh semakin deras mengingat kejadian tadi.

Raska kembali memeluk elara, membawa gadis itu kedalam pelukannya, mengelus puncak kepala gadis itu, hari ini Raska mengetahui bahwa keluarga elara tidak utuh, gadis tersebut merupakan anak brokenhome, gadis yang terlihat ceria itu ternyata gadis tersebut menyimpan banyak lukanya sendirian.

"Udah ya nangisnya, pulang yuk" ajak Raska, tangannya sembari mengusap air mata elara yang masih saja jatuh, elara mengangguk mengiyakan Raska.

🪐🪐🪐

Sesampai elara di rumah ternyata bundanya itu sudah pulang dari berbelanja bulanan, terlihat bundanya sedang menata bahan-bahan makanan yang di belinya tadi.

Gadis tersebut berjalan dengan lesu ke arah bundanya lalu menyalami tangan wanita itu "loh udah pulang aja, katanya sore-, loh kok mata kamu sembab sayang, abis nangis ya, terus pipi kiri kamu kok merah,kamu di apa apain ya sama ayah kamu, kamu diapain el jawab bunda" Indira terkejut melihat wajah sang anak.

"Bunda, ayah udah gamau anggap elara anaknya lagi bund, ayah benci sama elara karena wajah elara mirip sama bunda, ayah mutusin hubungan sama elara bund, ayah juga nampar elara padahal elara pengen nya di peluk ayah" ucap elara, lagi-lagi air matanya mengalir begitu saja.

Indira cepat-cepat memeluk sang anak, bagaiman bisa mantan suaminya itu begitu tega dengan anak kandung nya sendiri "bunda gabisa diem aja, apa perlu bunda kesana El? bunda gasuka anak bunda di giniin, bunda yang ngerawat kamu dari kecil aja ga pernah bentak ataupun pukul kamu, sedangkan dia dengan berani-beraninya nampar kamu gitu aja" Indira tersulut emosi, ingin sekali dirinya pergi kerumah Kevin lalu menampar balik pria tersebut.

"Gausah bund, elara gapapa kok ini juga lebam biasa, lagi pula di kompres sama air panas juga udah ilang nanti" ujar elara meyakinkan sang bunda, bahwa dirinya baik-baik saja.

"tapi luka di hati elara ga bakalan bisa hilang bund" batin elara.

"Ayo bunda kompresin sayang" Indira langsung bergegas mengambil handuk kecil dan juga air hangat untuk mengompres pipi kiri sang putri.

Indira mengompresnya dengan hati-hati agar putrinya tidak kesakitan, meskipun elara sedikit meringis menahan sakit, tamparan dari ayahnya memang sakit, tetapi hatinya jauh lebih sakit.

15 Januari 2024

Akhir Tak Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang