lima

887 75 0
                                    

•••

"Uhuk."

Batukan berbunyi beberapa kali, Samuel menghirup banyak-banyak udara mengurangi rasa sesak di dalam dadanya saat ini.

Inilah akibatnya jika dia tidak membeli obat, terpaksa Samuel harus merasakan rasa sakitnya.

Melangkah ke arah kantin rumah sakit, Samuel berniat membeli dua makanan untuk Papanya dan tante yang selama ini selalu baik kepadanya.

Seteleh selesai membeli makanan, Samuel melangkah ke ruang inap Kakaknya. Dapat terlihat di luar kamar ada Papanya saja entahlah dia tidak tau tante Arum kemana.

"Tuan," Ucap pelan Samuel melangkah ke arah Papanya. Jujur sampek sekarang memanggil Papanya sendiri dengan sebutan Tuan benar-benar tidak nyaman.

"Ngapain kamu disini?" Dingin Devano menatap tajam Samuel.

"El bawain makanan, Tuan belum makan bukan?" Tanya sopan Samuel memberikan Devano makanan yang langsung di tepis olehnya.

"Saya tidak selera makan, sekarang pergi kmu!!"

"Setidaknya jangan di buang,"

"Kenapa kamu tidak terima ha?? Itu hanyalah makanan biasa saja saya juga bisa beli itu. Lalu kamu fikir saya akan makan dalam keadaan anak saya lagi sakit."

"Bukan soal makanan biasa saja atau mahalnya tapi aah sudahlah." Batin Samuel melangkah pergi dari sana, mati-matian menahan diri agar tidak makan dan menyisahkan uang untuk Papanya tapi sedikitpun tidak di lirik oleh Papanya.

Setidaknya jika memang tidak suka kan bisa bicara baik-baik? Kenapa harus di lempar, nasi yang Samuel beli kan jadi sia-sia.

••

Samuel melangkah pelan ke arah kamarnya lalu meletakan tubuhnya di kasur mini yang terlihat tidak enak di pandang karena terlihat keras yang tidak layak di panggil kasur.

Setelah kejadian dimana Kakaknya masuk rumah sakit, semua tetap sama hanya saja tante Arum kini terlihat lebih dingin di banding kemarin-kemarin.

Kakaknya sudah di perbolehkan pulang, tapi memerlukan istirahat banyak.

Saat sudah merasa tubuhnya baikan Samuel melangkah ke arah kamar mandi berniat ingin sekolah.

Ya dia memang tidur di rumah sakit tetapi di luar kamar tempat penungguan biasa di pakek orang-orang Samuel berniat menunggu Kakaknya pulang sekalian.

Itupun saat Kakaknya ingin berniat pulang, Papanya tidak mengizinkan dia ikut masuk mobilnya. Terpaksa Samuel harus jalan kaki ke sekolah.

Selesai mandi dan memakai seragam Samuel berniat mengambil sepatunya, tapi di lihat sepatunya terlihat sudah tak layak di pakai benar-benar susah di pakai karena sudah terpisah.

Menghelas nafas sebentar, Samuel menatap sekeliling berharap menemukan lem atau sejenisnya.

Saat sudah menemukannya dia melangkah ke arah sepatunya lalu mengambil dan mengelem dengan perlahan.

Melihat hasil lemnya berhasil di kedua sepatunya, dengan berlahan Samuel memakainya dengan hati-hati lalu berjalan pelan menuju tempat sekolah.

Patience || Slow Up ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang