Tzuyu duduk dibangku taman disana,sambil memikirkan banyak hal yang mengganggu pikirannya,sudah dua jam lamanya dia menunggu dan menunggu,dia baru saja beres kerja partime di cafe kenalannya,jenuh tentu saja memenuhi instingnya,bahkan dia menamatkan buku favoritnya selagi menunggu keberadaan kekasihnya itu.
Tzuyu kembali menghela nafasnya,apakah dia yakin dengan keputusannya,meskipun dia sudah memikirkan ini dari lama,perasaan tak rela masih ada di ulu hatinya,tapi dia selalu yakin,bahwa ini mungkin keputusan yang terbaik bagi hubungan mereka berdua.dia memandang danau tenang didepannya.
Lamunannya terhenti ketika merasakan tangan lembut menutup matanya,senyum kecil muncul dari sudut bibirnya,wangi khas memenuhi indra hidungnya.
"haii Tzu"bisiknya dengan suara lembutnya.
Tzuyu berbalik dan mendapati Sana dengan masker dan topinya,sudah bukan hal tabu baginya melihat Sana selalu tertutup ketika ditempat umum seperti ini.Dia mengajak Sana untuk duduk,wanita itu menurut,meskipun matanya menelisik ke sekitar,takut akan adanya paparazi.Tzuyu hanya tersenyum tipis melihat itu,dia menggengam tangan Sana dan menatapnya lama.
"kamu gak nyaman?"Tanya Tzuyu pelan.
"aku nyaman kok"jawab Sana sangat tidak kentara dengan gerak-geriknya yang was-was.
"aku gak keberatan kok,kalo kita ngobrol dirumah"Jawab Tzuyu sambil memperbaiki topi Sana yang agak miring.
"gapapa kayanya bakal aman,ini udah tengah malem kok"Ucap Sana berusaha membuatnya nyaman dan menatap lekat mata Tzuyu,untuk meyakinkannya.
"yaudah kalo itu yang kamu mau"Ujar Tzuyu lembut.
"maaf,kamu pasti nunggu lama"Sana menunduk dengan perasaan penuh rasa bersalah.
"its okay.."
Perasaan Sana seketika langsung kalut ketika memandang mata kosong Tzuyu,dia sangat takut kehilangan pria yang sangat dia cintainya ini,entah mengapa Tzuyu siap melespaskannya hari ini,apakah Tzuyu sudah menyerah akan dirinya.Sana tidak bodoh untuk tidak mengerti akan kesenggangan hubungan yang terjadi antara mereka berdua,sulit bagi Tzuyu,sulit juga bagi dirinya.
Dia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membagi waktunya untuk Tzuyu,tapi tekanan pekerjaan membuatnya sulit untuk melakukan itu,semuanya bukan kemauan dirinya,kejamnya dunia industri hiburan yang melarangnya untuk berkencan membuat dia sulit untuk membagikan prioritasnya.
"enggak..semuanya gak baik-baik aja"ujar Sana lirih,sambil menjatuhkan kepalanya pada bahu Tzuyu.Pria itu ikut menyenderkan kepalanya pada Sana,dia memejamkan matanya menikmati segala rasa yang campur aduk memenuhi dirinya dan suasana malam yang dingin.
"are you happy Tzu?"Ucap Sana mengeratkan genggamannya pada pria itu sambil menggigit bibir bawahnya,kehangatan yang selalu Tzuyu hadirkan untuknya dia sia-siakan,takdir terlalu kejam untuknya.
"San..aku rasa semua ini udah cukup bagi kita berdua"Sana memejamkan matanya,dia sudah sangat menduga itu,tapi mengapa rasanya masih terlalu berat dan menyakitkan untuk dia terima.
Sana duduk tegak dan mulai berdiri,dia mengulurkan tangannya pada Tzuyu,yang langsung diterima oleh sang empu,mereka berjalan mengelilingi taman disana dengan perasaan kalut satu sama lain.
"apa ada hak buat aku nahan kamu biar kamu gak ninggalin aku"ungkap Sana penuh lirih.
"kamu bakal baik-baik aja tanpa aku San"jawab Tzuyu dengan senyuman khasnya,melihat itu Sana semakin tidak bisa menahan tangisnya.Dia menunduk dan melihat sepatu pria itu,air matanya semakin deras.
"sepatu kamu.."Tzuyu ikut menunduk memandang sepatunya yang jauh dikatakan bagus,warnanya sudah luntur,sudah ada robekan kecil dan terlihat tidak layak dipakai.
"ahh..aku udah coba jait kok,kayanya harus dibenerin sama ahlinya"ujarnya sambil menggaruk lehernya salah tingkah.
"kamu.."Sana memeluk Tzuyu dan menangis didada bidang sang pria,hatinya kembali teriris ketika melihat Tzuyu memakai sepatu pemberiannya empat tahun lalu,saat dia belum terkenal seperti sekarang.Sepatu yang dia belikan dengan sepenuh hatinya untuk ulang tahun Tzuyu,Sana ingat dia harus bekerja sampingan waktu itu demi membelikan Tzuyu hadiah,pikirannya kembali mengingat banyak kejadian empat tahun lalu yang dipenuhi kenangan yang mewarnai hidupnya bersama dengan pria yang ada dipelukannya ini.
"Tzu..I want to be with you"Ucap Sana ditengah isaknya,mendengar itu Tzuyu hanya bisa diam dan ikut menangis tanpa bisa menjawab apapun.
.
Sana memandang punggung lebar itu yang sibuk dengan acara memasaknya,matanya sembab tidak berhenti menangis sejak ditaman tadi,Sana menelisik kembali apartement yang mereka tinggali sudah empat tahun lamanya,meskipun sangat jarang sekali untuk dia tidur disini karena dia sering keluar kota dan jadwalnya yang padat dua tahun terakhir ini.Pasti Tzuyu sangat kesepian
"ramen kesukaan kamu"semangkok ramen hangat berada dihadapannya sekarang,Tzuyu membersihkan dulu alat makannya sebelum memberikannya kepada Sana.
Sana berterima kasih sembari berusaha menahan tangisnya,mungkin ini akan menjadi makanan terakhir yang dibuatkan Tzuyu untuknya.Tzuyu mengusap air mata Sana yang kembali mengalir.
"gak enak loh,makan sambil nangis kaya gitu"ujarnya dengan tawa kecilnya.
"maaf.."Sana kembali melahap ramen buatan Tzuyu dengan lahap sampai habis hingga tak tersisa.Tzuyu tersenyum lebar melihat itu,akhirnya dia melihat Sana makan dengan lahap tanpa rasa khawatir akan berat badan yang ditentukan,tanpa buru-buru kaena jadwal yang padat.
"What would you do Tzu?"Tanya Sana setelah menghabiskan makanannya.Mereka duduk berhadapan saling menatap lekat satu sama lain.
"aku,mau ke sydney,aku mau sekolah kuliner impian aku"Ujar Tzuyu dengan mata berbinar,Sana tau itu,Tzuyu sangat menyukai memasak,cita-cita pria itu tidak pernah berubah,dari dulu Tzuyu selalu ingin menjadi chef profesional,seperti Tzuyu yang selalu mendukung mimpinya.Sana pun akan melakukan hal yang sama.
"aku bakal dukung kamu,kalo kamu butuh uang-"Ucapan Sana terpotong ketika Tzuyu menggengam tanganya yang berada diatas meja.
"kamu gak usah khawatirin itu,aku udah nabung dari kerjaan aku selama ini San"Tzuyu tersenyum meyakinkan,mendengar itu Sana justru semakin merasa pilu,apakah Tzuyu benar-benar sudah tidak membutuhkan dirinya lagi.
"kamu..beneran mau putus Tzu?"Ucap Sana sambil mengigit bibirnya,"aku tau ini udah terlambat,kasih aku kesempatan Tzu,aku janji aku bakal luangin banyak waktu buat kamu,aku janji aku bakal temeni-"
"San.."Tzuyu menghampiri Sana dan memeluknya,Sana kembali mengeratkan pelukannya pada pinggang Tzuyu.
"kamu pasti bakal baik-baik aja tanpa aku San,kamu bakal selalu jadi bintang yang bersinar,yang terus berusaha dan profesional dalam kerjaan kamu San"Tzuyu berlutut dihadapan Sana yang sekarang masih terisak,tangannya tak henti-henti mengusap air matanya,Sana menggengam tangan Tzuyu yang berada dipipinya.
"kamu harus janji sama aku San"Sana menatap Tzuyu sambil menunggu pria itu melanjutkan kalimatnya.
"Kamu harus bahagia San"mendengar itu Sana semakin menangis histeris."aku juga janji,aku bakal bahagia San"Tzuyu tersenyum tulus,dia juga ikut menangis,mereka menghabiskan malam bersama dengan penuh isak dan kenangan yang membekas.
.
Sana terbangun dari tidurnya,matanya menatap kosong seluruh ruangan,saat seperti ini biasanya Tzuyu akan membangunkannya dengan penuh perhatian serta kecupan dan menawarkan untuk sarapan bersama.Dia berjalan ke arah dapur yang sunyi,punggung lebar itu sekarang mungkin hanya akan menjadi bayangannya.
"Tzu kenapa kamu gak pernah ganti sepatu kamu,aku kan udah beliin kamu sepatu yang baru,yang aku beliin merk prada loh,padahal"Sana membawa kedua sepatu itu dihadapan Tzuyu,yang sedang sibuk dihadapan kompor itu.
"gapapa aku lebih suka sepatu yang lama"Ucap Tzuyu tanpa menatap Sana.
Sana hanya bisa menangis,harusnya Sana mengerti itu,harusnya Sana mengerti segala makna dalam ucapan Tzuyu,segala makna dalam perlakuan kecil yang Tzuyu berikan padanya,sekarang hanya rasa menyesal yang menghantui dirinya.
to be continued.