une erreur certaine II

226 41 5
                                    

Sana hanya bisa mengurung diri sepenuhnya ketika mengetahui fakta pahit bahwa ibunya pergi meninggalkannya enam bulan lalu.Seharusnya dia sudah terbiasa dengan yang namanya perpisahan,dia juga pernah ditinggalkan ayahnya ke alam yang jauh dari jangkauannya,dan sekarang Ibunya menyusul ayahnya.Meninggalkan anak tunggalnya sendirian.Meskipun hak waris dan lainnya sepenuhnya miliknya,Sana merasa tetap hampa dan kosong.

Aneh memang padahal waktu mendiang ayahnya meninggalkannya,Sana bahkan menangis tak terkontrol,tapi saat ibunya tiada,dari dia sendiri menyaksikan proses kehormatan terakhirpun air matanya seolah tidak rela untuk menetes barang sedikitpun,bahkan ketika rekan-rekannya dan temannya memaksa dia untuk dengan bebas mengeluarkan segala emosi kesedihan yang ada semuanya seolah-olah tertahan begitu saja.

Dia hanya merasa sangat kosong..

Dia sibuk menatap pemandangan gedung pencakar langit dan sibuknya jalanan dari dalam apartemennya,rumahnya begitu berantakan,dia tidak ingat terakhir kali merasakan bagaimana rasanya udara diluar sana,ini bahkan pertama kalinya dia memberanikan dirinya keluar kamar dan menikmati cahaya matahari setelah sekian lama.

Sana mendengar suara pin pintu apartemennya,dia sangat tahu siapa yang datang,lelaki itu tidak pernah absen untuk memastikan dirinya setelah Mina.

"San,lo keluar kamar?"Sana bisa mendengar jelas bahwa ada sirat lega dan senang dari sahabatnya itu,Sana menatap Tzuyu yang sekarang menatapnya dengan cukup sumringah melihat kemajuannya untuk memberanikan diri keluar kamar.

"Ibu sama Mbak Jihyo bikinin sup buntut kesukaan lo"Tzuyu dengan sigap pergi ke dapur dan dengan telaten menyiapkan makan siang untuknya.Sana duduk dimeja makan dan menatap punggung lebar pria itu,Sana bersyukur sahabat sekaligus cinta pertamanya itu selalu ada disampingnya,entah mengapa melihat Tzuyu sekarang membuat segala emosi Sana begitu membuncah.

Sana menunduk ditengah duduknya,tangannya meremas piyamanya,hingga tak terasa tetesan demi tetesan air matanya membasahi pelupuk pipinya mengenai tangannya beserta pahanya,Tzuyu mendengar itu langsung menghentikan kegiatannya.Dia menatap dirinya dengan tatapan seolah tak percaya.

"San lo.."Tzuyu ikut terhanyut dalam kesedihan ketika melihat akhirnya Sana mengeluarkan bebannya dengan tangis yang lepas untuk pertama kalinya setelah Ibunya meninggal.Tzuyu menghampiri Sana dan dia berlutut dihadapan Sana,membiarkan dia untuk menangis lepas melepaskan segala dukanya.

Sana ingat jelas setelah dia menunjukkan sisi rapuhnya pada Tzuyu,pria itu melamarnya setelah beberapa bulan kemudian,Sana bahkan awalnya kebingungan ketika Tzuyu tiba-tiba melamarnya,apalagi yang Sana tau Tzuyu tidak pernah menunjukkan gelagat suka seperti pada perempuan seutuhnya,Sana selalu merasa bahwa pria itu memperlakukannya layaknya teman seperti biasanya.Tzuyu memang baik,sangat baik hati kepada semua orang,maka itu dia merasa bahwa mungkin cintanya pada Tzuyu berakhir bertepuk sebelah tangan,tak pernah ada dibayangannya Tzuyu akan mengajaknya menikah.

"kenapa?"tanya Sana membuat pria dihadapannya agak celingukan.

"kenapa apanya?"

"kenapa tiba-tiba ngajak nikah?"tanya Sana lagi,meskipun dia tidak bisa menyangkal jantungnya berdetak tak karuan dengan penuh bahagia ketika Tzuyu melamarnya.

"ya karena gue mau aja"Jawab Tzuyu tanpa menatap Sana.

Dengan jawaban sesimple itu membuat Sana tidak berpikir panjang,bahwa mungkin Tzuyu benar-benar tulus ingin menjalani sepanjang hidupnya bersama dia,mereka pun menikah dan menjalani pernikahan seperti kebanyakan orang-orang,dan hadirlah sosok malaikat kecil yang menambah lengkap pernikahan mereka.

Singkat cerita awal mula hancurnya pernikahan mereka adalah ketika Sana mendengar jelas apa yang benar-benar dirasakan Tzuyu selama ini yang baru diketahuinya.Sana waktu itu bergegas ke sanggar tempat suaminya melatih taekwondo ketika mendengar bahwa kompetisi murid-muridnya ada kendala,Sana tau sebesar apa tekad Tzuyu dalam mengajar muridnya,maka itu dia ingin sedikit menghibur suaminya itu,dia bahkan menitipkan Sullyoon ke ibu mertuanya,saat sudah sampai dia tidak melihat suaminya disana.

Padahal hari itu sudah hampir tengah malam,dan juga hujan sangat deras kala itu,dan Sana membenci fakta bahwa ketika suaminya sedang terpuruk itu selalu mematikan handphonennya,padahal dia juga tak kalah letih karna dia juga menangani banyak pasien kala itu,tapi Sana tetap pada pendiriannya untuk mencari suaminya itu.

Berjalan dengan payungnya meskipun kakinya kedinginan,mata dia berbinar ketika melihat Tzuyu sedang bersama karibnya,niat akan menyapa pun terpotong ketika mendengar fakta-fakta yang begitu menusuk ulu hatinya.

"Lo tau chaeng,gue nikahin Sana karna gue gak tega,gue gak kuat liat dia sendirian gak punya siapa-siapa"Ujar Tzuyu dengan keadaan mabuk,hidungnya memerah bahkan bicaranya sangat kacau.

"masa ah?"Ujar Chaeyoung sedikit tidak percaya,karena setau dia hubungan Tzuyu dan Sana itu harmonis seperti pasangan biasanya.

"aahngg"Tzuyu memejamkan matanya ketika merasakan sensasi alkohol memenuhi tenggorokannya"gue kasian chaeng..gue kasian sama dia"Tzuyu menuangkan gelasnya dengan minuman itu seolah tidak ada hari esok.

"gue tuh pengennya nikah sama si Mina!cinta pertama gue duh"ujarnya lantang membuat Chaeyoung yang sama mabuknya itu terkejut."Sana itu..kasian,dia gak punya siapa-siapa lagi,gue gak mau dia sendirian"Setelah itu Tzuyu menjatuhkan wajahnya pada meja dan mulai kehilangan kesadarannya.

Sana memandang payung yang sekarang terbengkalai begitu saja dihadapannya,bahkan untuk menggengam payung pun rasanya Sana tak sanggup,rasa sesak dihatinya membuat dia tidak bertenaga,sehingga membiarkan dirinya tenggelam dalam emosi dan derasnya hujan,mendengar itu dari satu-satunya tempat dia pulang membuat Sana begitu tak berdaya,apalagi mengetahui fakta bahwa orang yang Tzuyu ingin pinang adalah sahabatnya sendiri.

.

"Tzu awas woii!"Pria itu refleks melakukan ap chagi atau tendangan kaki depan ketika merasakan papan kayu untuk latihan hampir mengenai wajahnya.

"lo waras?ngapain bengong pas ngelatih!"ujar Jeongyeon cukup emosi ketika melihat rekan kerjanya itu malah tidak fokus saat bekernya.

"maaf-maaf bang"Tzuyu lalu berusaha terlihat profesional didepan murid-muridnya,Jeongyeon yang melihat wajah pucat Tzuyu itu menyuruhnya pulang saja dan beristirahat,takutnya juga berdampak negatif pada murid mereka bila Tzuyu melatih dalam keadaan tidak stabil seperti ini,Tzuyu pun menurut dan pulang kerumah.

Bukannya pulang kerumahnya Tzuyu lebih memilih melangkahkan kakinya ke apartement mantan istrinya,dia hanya ingin bertemu dengan Sana,dan ingin meluruskan segala kesalahpahaman yang terjadi dimasa lalu.

Tzuyu menekan bel beberapa kali,sehingga sang empu yang begitu dirindukannya muncul dihadapannya,Tzuyu tersenyum miris melihat jelas mantan istrinya itu setelah mengetahui dosa dia dimasa lalu.

"Tzu?"Sana bertanya heran ketika Tzuyu tiba-tiba mengunjunginya sekarang,setau dia pria itu bilang akan menemui Sullyoon minggu depan.

Pria itu hanya diam dan memandangnya begitu dalam,membuat Sana semakin bertanya-tanya,dia menghela nafas pelan mengingat mereka baru saja berdebat kemarin.

"Udahlah Tzu,gue capek,gue lagi gamau debat sekarang"Ujar Sana penuh jengah.

"aku dateng bukan buat itu"Jawab Tzuyu pelan tanpa melepaskan pandangannya pada Sana.

"terus apa?Sullyoon sekarang kan lagi nginep dirumah mbak Jihyo,emang mbak Jihyo gak bilang?"meskipun sudah bercerai tidak menutup kemungkinan bahwa hubungan Sana dengan mantan keluarga suaminya itu masih baik-baik saja,termasuk mantan kakak iparnya itu.

"San.."Tzuyu menunduk,tangannya mengepal,tanpa terasa air matanya mengalir begitu saja,dia hanya tidak sanggup menahan segala sesak rasa bersalahnya.

"Tzu kamu nangis?"Sana langsung menghampiri Tzuyu dengan penuh rasa khawatir,Tzuyu langsung memeluk Sana,tangisannya kembali membuncah,air matanya membasahi pundak kecil rapuh milik Sana.

Sana tentu saja kebingungan,tidak biasanya Tzuyu menangis seperti ini,sosok tangguh seperti Tzuyu bisa serapuh ini membuat Sana heran,setau Sana terakhir Tzuyu menangis adalah ketika dia pertama kali menggendong putri kecilnya ketika lahir dulu.

"Maafin aku..maafin aku San"Tzuyu berulang kali mengatakan itu,membuat Sana memejamkan matanya,air matanya ikut mengalir dan membalas pelukan Tzuyu tak kalah eratnya.Tzuyu sering membujuknya untuk kembali rujuk,tapi ini pertama kalinya Tzuyu meminta maaf kepadanya dan memeluknya seerat ini,pertama kalinya setelah sekian lama dia merasakan benar-benar ada rasa tulus dari emosi yang disalurkan Tzuyu untuknya.



to be continued.

Satzu Un TirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang