1O. Jealous or just?

185 18 1
                                    

Geano Risky Setya, ketua basket kelas XI IPA 2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Geano Risky Setya, ketua basket kelas XI IPA 2. Selain ia di kagumi gadis - gadis di dalam sekolah maupun luar sekolah, ia diam - diam juga mengagumi seorang Widya


🍃🍃🍃


Maudy yang melihat jika botol mineral pemberiannya di berikan ke siswa lain, pun mengerutkan keningnya kesal. Lalu, Maudy melihat jika Haedhen memberikan botol mineral pemberiannya gara - gara Widya

"Kenapa botol mineral pemberian gua di kasih ke orang lain sih kak? Padahal gua ngasihnya ke kakak" batinnya kesal

"Mana rela - rela ngasih botol mineral pemberian gua ke orang lain buat si Widya itu" lanjutnya

Maudy Erlita Ayunda, siswi XI IPA 2. Iya, sekelas dengan Widya. Tetapi, mereka tak akrab sekali, kadang hanya lempar sapaan, atau lempar senyuman saja. Widya sih memang tak masalah jika Maudy mau tak mau menyapanya atau tersenyum kepadanya, easy isn't it? Tetapi, siapa sangka jika seorang Maudy akan membenci Widya?

Maudy menghentakkan kakinya kesal sembari berjalan, meninggalkan Haedhen yang tak jauh darinya "Lihat aja lo, widya." batin Maudy


🍃🍃🍃


"No!" panggil Widya saat melihat Geano yang tak jauh darinya, Geano yang merasa namanya di panggil pun menoleh ke sumber suara. Ia melihat ke arah Widya, Widya mengangkat tangannya dan menyuruhnya duduk di sini aja, Geano pun tersenyum dan berjalan menuju Widya

"Kenapa?" tanya Geano sembari duduk di depan Widya

"Gapapa sih, duduk di sini aja dulu, gue mau cerita"

"Cerita apaan?"

"Bentar, gue duduk di sini gapapa? Mana Danielle?" tanya Geano

"Danielle lagi pesen makanan di sono, gapapa. Udah deh, santai aja"

"Tau Haedhen kan"

"Iya, napa emangnya?"

"Wuih, lo ngerti? Anjir, tadi pas dia cetak poin, sumpah, ya tuhan. Teriakan cegil-nya keluar semua, no. Gue langsung kayak, wanjir, bener - bener this is cegil. Aslinya gue kagak mau ikut lihat pertandingan itu sih, tapi ya gimana ya, kagak di bolehin sama Pak Yanto. Aslinya kan ngga wajib banget kan ya, no?"

"Terus juga, pas dia nyisir rambutnya ke belakang pake tangannya. Buehh, udah, gendang telinga gue kayak mau copot, sumpah. Emangnya tu singa ada apanya sih? Pake pelet apa ya?" curhat Widya panjang lebar kepada Geano, mengapa tak curhat ke Danielle saja? Malas, keburu ia tak tahan akan menceritakan hal itu. Nanti malah di giniin sama Danielle

"Halah, wid. Bilang aja pas dia nyisir rambutnya ke belakang pake tangannya, lo juga mau teriak kan? Tapi gengsi lo setinggi langit"

Melihat Geano melamun menatapnya, Widya pun mengerutkan keningnya "No?" sekali ucapan dari Widya, Geano pun tersadar dari lamunannya

"Eh? Apa?"

"Lo dengerin kagak sih curhatan gue?"

"Dengerin lah, lo kira?"

"Ya.., engga. Lo soalnya kayak ngelamun natap gue"

"Widya!" panggil Danielle dari belakang sembari membawa nampan

"Eh? Geano? Tumben, no?" ucap Danielle saat melihat Geano duduk di depan Widya, Danielle pun ikut nimbrung juga. Ia duduk di samping Widya sembari meletakkan nampan yang berisi makanan itu di meja

"Lagi cerita apaan?"

"Ga ada." ucap Widya

"Yaudah, udah ada Danielle kan? Gue mau pergi dulu, ke kelas" pamit Geano sembari bangkit dari kursi

"Yaudah, deh"

"Lah? Di tanyain lagi cerita apaan kok malah jawab ga ada sih? Wid? No?" Danielle melihat ke arah Widya dan Geano, yang sudah berjalan meninggalkan mereka secara bergantian

🍃🍃🍃


Apa sih yang membuat Geano melamun menatap Widya saat Widya bercerita tadi? Iya, wajah cantik Widya yang sedang bercerita. Meskipun wajah Widya mempunyai kerutan kesal saat menceritakan hal itu, tetap saja cantik. Geano pun menyeringai kecil sembari berjalan keluar dari kantin menuju ruang kelasnya, she is very beautiful.

Haedhen yang sedang berjalan memasuki kantin, ia berpapasan dengan seorang Geano itu. Seorang yang ia benci, bukan, maksudnya seorang yang sedikit tak di sukai olehnya. Tak tahu apa masalahnya. Saat Haedhen memasuki kantin, tatapannya pertama kali tertuju kepada Widya, mengapa reflek tatapannya ini tertuju kepada Widya yang sedang makan bersama dengan Danielle sih? Haedhen pun mengalihkan pandangannya ke arah lain

Tiba - tiba ada yang meraih lengan Haedhen, itu Maudy. Haedhen reflek melihat ke arah bocah yang tak tau sopan ini, sekian banyaknya cegil Haedhen, tak ada satu pun yang pernah memegang Haedhen dengan asal, kecuali seorang Maudy ini. Lalu Maudy memeluk lengan Haedhen dengan manja, bak seorang kekasih Haedhen. Kenapa Maudy sangat berani melakukan ini kepada Haedhen?

"Hey, maksud kamu apa?" tanya Haedhen risih saat Maudy memeluk lengan Haedhen

"Kak, kakak pulang sekolah ada kegiatan lainnya engga?" tanya Maudy sembari terus memeluk lengan Haedhen

"Engga, why?"

"Beneran? Soalnya, aku mau ngajakin kakak cari hadiah buat adik laki - laki aku"

"Emangnya ga ada orang lain selain aku yang mau kamu temenin buat beli hadiah?" Haedhen mencoba melepaskan tangan Maudy yang memeluk lengannya di tengah - tengah kantin ini

"Uhm.., engga.. boleh ya kak?"

"Please? Cuman sekali ini aja" ucap Maudy dengan nada manja sembari meraih lengan Haedhen untuk memeluk lengan Haedhen lagi

Dari pada lengan Haedhen di peluk oleh Maudy lagi, Haedhen pun mengiyakan ucapan Maudy

"Fine, nanti pulang sekolah kan? Yaudah, nanti aku tungguin di parkiran" ucap Haedhen sembari melepaskan genggaman tangan Maudy lagi dari lengannya

"Iya! Beneran ya? Thank you so much, kak hee!" ucap Maudy senang, lalu ia pun melepaskan genggaman tangannya dari lengan Haedhen. Lalu gadis itu berjalan meninggalkan kantin sembari tersenyum - senyum

Ya, tak sia - sia jika Maudy berhasil menggoda Haedhen dengan cara untuk menemaninya mencari hadiah untuk adik laki - lakinya, juga untuk memanas - manasi Widya. Itu juga termasuk akan mendekatkan dirinya dengan seorang Haedhen bukan? Senang sekali, ini hari keberuntungan bagi Maudy

Di lain sisi. Widya, yang tak sengaja mendengar percakapan seorang Maudy dan Haedhen itu pun reflek melihat ke arah Haedhen dan Maudy. Lalu ia melihat jika Maudy memeluk lengan Haedhen, bak seorang kekasih Haedhen. Menjijikkan sekali, Widya ingin muntah saja saat ini, apalagi ia sedang makan. Oh my god, what the fucj? Widya memutar bola matanya dengan malas















Nih, sesuai janji ku, elsaluvv 🤝🏼
Anw, aku ngga ngasih spoiler chapter berikutnya, soalnya belum aku tulis, mwehehe T . T

POPULARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang