12. Hold on, Haedhen

160 19 6
                                    

"Kak wid, emangnya mama kakak kemana?" tanya Reanna sembari duduk di kursi dapur

"Lagi kerja, ren. Gimana? Haedhen udah tau apa belum kalau kamu ada disini?" ucap Widya sembari duduk di samping Reanna

"Engga."

"Loh, kenapa? Kan kamu juga mau kalau Haedhen jemput kamu"

"Emang aku sengaja engga ngasih tau dia kok kak. Ngeselin banget, masa dia lebih mentingin kak Maudy?"

"Hah? Emang iya?" terkejut Widya sembari menatap Reanna

"Iya, nih liat kak pesannya" ucap Reanna sembari menyodorkan ponselnya ke arah Widya tentang room chat Reanna dan Haedhen

Widya pun tersenyum lucu karena perdebatan kecil Reanna dan Haedhen di room chat, ia juga melihat jika Haedhen dry text. Widya juga paling tak suka jika cowok dry text, contohnya Haedhen. Ia membayangkan jika ia akan berpacaran dengan Haedhen, lalu Haedhen selalu memberinya dry text. Ih! Engga deh! Langsung aku putusin aja kalau dry text melulu

Tok, tok, tok

Dua sejoli yang sedang asik melihat ke arah ponsel Reanna pun pandangannya langsung tertuju kepada pintu rumah yang tak jauh juga dari dapur

"Biar aku aja yang bukain, ren" ucap Widya sembari bangkit dari kursi dapur. Widya berjalan menuju pintu rumah dan perlahan membukanya, terlihatlah Haedhen di depan pintu rumah Widya, Widya langsung memutar bola matanya, lalu ia menatap Haedhen dengan malas

"Ngapain kesini?" tanya Widya

Yang ditanya hanya terdiam terpaku karena penampilan Widya yang memakai hoodie yang sepertinya sedikit kebesaran dan rok pendek khasnya, tanpa Haedhen sadari ia menggigit bibir bawahnya sedikit

"Woy! Ditanyain malah ngelamun, ngelihat apaan sih?" ucapan yang keluar dari mulut Widya ini, langsung membuat Haedhen tersadar dan menatap Widya

"Gue nyariin Reanna."

"Gaada di sini, ngapain dah sampe kesini nyariin Reanna?"

"Udah tau kalau lo bohong."

"Udah gue bilang engga ad─"

"Kak wid! Siapa!" teriak Reanna dari dapur, sialan. Widya yang susah payah untuk menutupi jika Reanna tidak ada di rumahnya, malah Reanna berteriak dari dapur

"Idih giwi biling inggi idi" ejek Haedhen, membuat Widya kesal, sangat kesal malah

Tanpa permisi, Haedhen langsung nyelonong masuk ke dapur Widya begitu saja. Widya yang melihat itu pun mengerutkan keningnya kesal. Saat Haedhen melihat ke arah Reanna yang sedang bermain ponsel, ia langsung menaruh tangannya di kepala Reanna. Reanna yang merasa ada seseorang yang menaruh tangannya di kepala Reanna pun kesal, Reanna langsung melihat ke belakang, itu seorang Haedhen

"Kok tau aku kesini?" tanya Reanna sembari mengalihkan pandangannya ke arah ponselnya lagi

"I already know." Haedhen duduk di sebelah Reanna yang tadi di duduki oleh Widya

"Minggir! Ini tempat gue" ucap Widya dengan nada kesal saat melihat Haedhen menduduki tempat duduknya

"Lo kan bisa duduk di sebelah sono tuh" Haedhen melirik kearah yang ia maksud

Arghhhh, Widya ingin menjambak rambut Haedhen saja saat ini. Ini rumah siapa ya? Kok dia ngatur - ngatur? Widya pun duduk di sebelah Reanna yang sebelah kiri, yang sebelah kanan sudah Haedhen duduki. Tiba - tiba saja, Reanna merasa ingin buang air kecil

"Uhm, kak. Kamar mandi kakak dimana? Aku mau buang air kecil" ucap Reanna sembari menggigit bibir bawahnya, karena ia sudah tak tahan lagi

"Di sebelah kamar mama ku ya, ren!" teriak Widya saat Reanna sudah berjalan dengan cepat menuju kamar mandi

Sekarang, di dapur tinggal dua sejoli ini. Iya, Haedhen dan Widya. Tiba - tiba saja mereka menjadi canggung sendiri kalau seperti ini, Haedhen mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, Widya membuka layar ponselnya. Iya, mereka berdua sibuk sendiri - sendiri saat ini

Tiba - tiba Haedhen salah fokus, karena paha Widya yang sedikit terbuka. If you know, Widya memakai rok pendek khasnya bukan? Jadi ya, maklum. Haedhen mengalihkan pandangannya ke ponselnya lagi, lalu beberapa detik kemudian, paha itu menyita perhatian Haedhen lagi. Jadi mau tak mau, Haedhen melihat ke arah paha Widya lagi yang sedikit terbuka itu

"Hold on, Haedhen." batin Haedhen

Haedhen menggigit bibir bawahnya sedikit, ia sangat ingin menurunkan sedikit rok itu agar menutupi paha Widya yang terbuka. Karena tangan Haedhen yang gatal itu, ia reflek meraih ujung rok Widya dan sedikit menurunkannya agar paha Widya yang terbuka itu tertutup. Widya yang melihat pergerakan Haedhen ini, ia membeku. Iya, terkejut sekali, mengapa pergerakannya sangat tiba - tiba? Sementara Haedhen santai saja, lalu ia kembali beralih ke ponselnya lagi setelah menurunkan ujung rok Widya sedikit

Lalu beberapa detik kemudian, Widya mengerjapkan matanya beberapa kali, ia sangat tak percaya. Tiba - tiba Widya memukul lengan Haedhen, ini kesannya modus atau cabul sih Haedhen ini?

"Modus lo!"

"Cabul!"

Itu ucapan yang di lontarkan Widya kepada Haedhen saat Haedhen berani - beraninya meraih ujung roknya lalu menurunkannya sedikit

"Santai dong! Tadi paha lo keliatan sedikit, jadi gue benerin"

"Ih kan, beneran cabul!"

"Makanya tadi gue turunin dikit rok lo, kalau engga, I might become lustful if I see it continuously and it's not justified."

Blush

Widya sedikit tersipu karena ucapan Haedhen ini, tak tahu mengapa. Aduh! Sadar, sadar, Widya! Widya pun memukul lengan Haedhen untuk terakhir kalinya. Yang di katain cabul atau modus itu malah nyengir tanpa dosa














Tau ah, kok jadi begini yak? Padahal di pikiran ku sebelumnya engga begini deh (╥﹏╥)

Ini Haedhen kesannya modus apa begimana ya?? Aku juga bingunggg

POPULARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang