O2. Unknown number

236 25 0
                                    

Wednesday, morning

Widya duduk di sebelah bangku Danielle, agaknya sekarang uas matematika dan bahasa Indonesia

"Niel, lo udah belajar belum?" tanya Widya

"Udah, tapi cuman matematika aja"

"Gue belum. Tau ga kemarin gue ketiduran woy jam delapan malam, terus bangun - bangun udah pagi"

"Jadi nggak sempet belajar, cuman belajar bentar doang pas mau berangkat ke sekolah"

"Lo mah, wid. Ngga belajar aja udah pinter, apalagi belajar"

Widya memang pintar di pembelajaran matematika atau pun pembelajaran lain, tetapi Danielle yang sama sekali tak paham dengan soal matematika tiba - tiba udah uas matematika saja

Widya salah tingkah karena ucapan Danielle tadi "Ih, makasih loh. Gue doain juga deh biar lo pinter di matematika"

"Maaf banget, tapi aku udah punya bahasa Inggris"

Danielle pintar di pembelajaran bahasa Inggris, sedangkan Widya kebalikannya. Mending matematika saja, daripada bahasa Inggris, menurut Widya

🍃🍃🍃

Ting

Notif ponsel Widya berbunyi, ia membuka layar ponselnya dan membuka pesan. Ada pesan dari nomor yang tidak di kenal

08*********
| Udh lo bilangin ke Jenny apa belum?
12:24

Widya masih bingung ini pesan dari siapa, lalu ia ingat - ingat. Bilangin ke kak Jenny? Maksudnya? Bentar, Widya ngelag. Ah, iya, Widya lupa memberi tahu kek kak Jenny jika Revan sudah konfirmasi apa belum

Widya pun menepuk dahinya lupa. Duh, kok bisa lupa sih? Widya, Widya. Widya pun bangkit dari kursi kantin

"Niel, titip makanan sama minuman gue ya. Gue mau ke ruangan osis dulu" pamit Widya buru - buru

"Hah? Oke"

Widya sampai di ruangan osis, ia mengetuk pintu yang terbuka dengan pelan. Ternyata cuman ada tiga orang saja di dalam ruangan itu

"Dan, ada kak Jenny ngga?" tanya Widya kepada Dani yang sedang duduk tak jauh dari pintu

"Di belakang Celine"

Widya pun berjalan melewati Celine dengan senyumannya, lalu ia berdiri di samping Jenny

"Kak, jen. Repan udah konfirmasi apa belum pertandingannya?"

"Eh, wid? Udah, baru aja dia tadi kesini"

"Syukurlah, makasih tuhan"

Jenny pun terkekeh heran "Kenapa kayak lega gitu?"

"Soalnya ada yang ngechat nomor ku kak, nomor nggak di kenal lagi. Terus nanyain kalau aku udah bilangin ke kakak apa belum"

"Yaudah, kak. Aku balik dulu ya ke kantin, cuman nyampein ini aja" lalu di balas anggukan oleh Jenny dan Widya keluar dari ruangan osis lalu berjalan menuju kantin lagi

"Ngapain tadi buru - buru gitu, wid?" tanya Danielle saat Widya mendekat ke meja mereka

"Itu, mau nyampein ke kak Jenny. Tadi gue kelupaan, yaudah. Jadi buru - buru deh"

"Eh, niel. Liat deh" lalu Widya menunjukkan room chat Widya dengan nomor yang tidak di kenal

"Siapa ya kira - kira?"

Danielle pun membaca pesan itu "Bagian dari kelompoknya kak Haedhen kali"

"Mungkin? Soalnya gue nanyain ke kak Jenny, Repan udah konfirmasi pertandingan apa belum"

Widya pun meminum minuman yang ia pesan tadi di kantin, haus. Tiba - tiba ada suara teriakan gadis - gadis dari arah keluar kantin, kenapa ya?

"Wid? Kenapa ya di luar?" Widya hanya mengangkat bahunya tak tahu

"Kak Haedhen!!" teriak gadis - gadis saat Haedhen memesan minuman di kantin

"Oalah, kak Haedhen." gumam Danielle sudah terbiasa

Widya hanya melihat ke arah gadis - gadis yang masih meneriaki nama Haedhen, benar - benar cegil-nya Haedhen ini. Haedhen menerima minuman yang ia beli, lalu berjalan untuk keluar dari kantin, sebelum Haedhen keluar dari kantin. Widya melihat minuman yang di beli Haedhen sama dengan minuman yang di beli oleh Widya

"Wtf? " ucap Widya tak percaya sambil mengerutkan keningnya

"Kenapa?" tanya Danielle

"Minuman yang di beli kak Haedhen sama kayak gue, njir"

"Really?!" teriak Danielle tak percaya juga

"Ih, jodoh nih. Pasti"

"Ngga woy, ngapain jodoh sama orang kayak gitu? Orang minuman doang yang sama, kan orang - orang juga bebas milih minuman terserah yang mereka mau"

"Nggak, menurut gue nggak. Gue tungguin kalau lo beneran pacaran sama orang yang namanya 'Haedhen' kalau beneran, gue kasih apa yang lo mau deh"

"Ngga! Ga usah aneh - aneh, niel. Gue ngga bakal pacaran sama orang yang kayak dia" - Widya

"Nyenyenyenye" gumam Danielle mengejek Widya

"Niel, pernah kena tampol sama maling ngga?" tanya Widya

"Ga, kenapa?"

"Mau gue tampol kagak?" Widya mengangkat tangannya

"Iya - iya, deh. Minta maaf nih"

"Yang benerr, nielll"

"Bilang gini, maafin ya, Widya yang cantik. Gitu dulu, baru aku maafin"

"Kayak bocil, ah!"

"Yaudah, ngga gue maafin" marah Widya bercanda sambil membuang mukanya

"Maafin ya, Widya yang cantik" ucap Danielle dengan nada sedikit kaku

"Ngga, ulang. Yang bener coba, niell" rengek Widya

Danielle menarik nafasnya, lalu menghembuskannya. Danielle sudah cukup sabar untuk menangani sahabatnya dengan sifat kekanak - kanakan yang tiba - tiba muncul ini. Memang Widya jarang mengeluarkan sifat kekanak - kanakannya kepada orang - orang, selain Danielle

"Ma-afin ya Wid-ya yang can-tik" jelas Danielle mencoba sabar

"Sekali lagi coba, itu ga bener Danielle ee" rengek Widya menjadi badmood

"Maafin ya Widya yang cantik" kali ini Danielle berucap dengan nada lembut

"Oke! Gue maafin, makasih ya!" akhirnya senyuman Widya pun mengembang

Akhirnya juga bocil satu ini sudah memaafkannya, jika tidak. Ya mau bagaimana lagi? Harus Danielle bujuk, kayaknya tadi memang Widya benar - benar marah? Lalu senyumnya kembali mengembang saat Danielle benar - benar mengucapkan kalimat itu dengan benar

















Ini padahal bukan jadwal update ku loh, elsaluvv. Harusnya kan satu minggu sekali ya? Tapi gapapa dehh, daripada nanti males update, terus jadinya updatenya lama. Mending gini aja ngga sih?

POPULARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang