Seoul

315 34 4
                                    

Pagi itu Yoongi sudah berada di kantornya dan sedang sibuk berkutat dengan laptopnya. Pikirannya terfokus pada pekerjaannya sekarang. Begitu banyak yg harus dia kerjakan sampai tak menyadari kehadiran Namjoon diruangannya.

"Hyung, kenapa sudah kembali?" Namjoon mendudukkan dirinya di sofa. Yoongi mengangkat wajahnya dan menghela nafasnya.

"Jimin." Yoongi bergumam lirih.

"Jimin?" ulang Namjoon, "Hyung menemukannya?"

Yoongi menghampiri Namjoon dan duduk di sebelah Namjoon. Badannya direbahkan ke belakang dan matanya pun kemudian tertutup.

Namjoon memperhatikan Yoongi dengan seksama. Ada gurat kesedihan tergambar di wajah Yoongi. Namjoon sungguh tak menyangka efek kehadiran Jimin di kehidupan Yoongi membawa pengaruh yg begitu mendalam.

Namjoon ingat betul bagaimana berbulan-bulan Yoongi begitu terpuruk setelah Jimin pergi. Semua diusahakan oleh orangtua Yoongi dan juga Namjoon untuk bisa melacak keberadaan Jimin, tapi Jimin seolah hilang ditelan bumi saat itu. Sampai akhirnya Appa Min meminta Yoongi mengambil alih perusahaannya setelah Yoongi menyelesaikan kuliahnya dengan alasan Appa Min ingin menghabiskan banyak waktu dengan Eomma Min dan juga cucu mereka. Tentu saja itu hanya alasan Appa Min saja. Dia hanya ingin agar Yoongi punya kesibukan dan bisa bangkit dari keterpurukannya. Walau Yoongi mengambil alih perusahaannya, Appa Min tetap memantau Yoongi dari jauh dengan menaruh orang-orang kepercayaannya untuk selalu berada di sekitar Yoongi, termasuk Namjoon.

"Gw ketemu Jimin di Bali, Joon." Yoongi membuka pembicaraan. Namjoon hanya terdiam mencoba menyimak cerita Yoongi.

"Jimin pemilik Hotel tempat gw nginep." Yoongi membuka matanya menatap Namjoon.

"Mwo?" Mata Namjoon terbelalak.

Yoongi menceritakan kembali apa yg sudah Jimin ceritakan padanya sewaktu mereka di Bali waktu itu.

"Woah, daebak, Hyung." Namjoon menatap Yoongi kagum.

Yoongi mengangguk, "Gw tau, Joon. He is amazing man right now."

"And then?" dengan hati-hati Namjoon bertanya.

"Sore itu ada seseorang menghampiri Jimin dan mereka berpelukan dengan sangat mesra, dan membuat hati gw sakit, Joon." Yoongi kembali menutup matanya. Adegan itu terulang kembali dalam ingatan Yoongi, sehingga meluncurlah kembali semua yg terjadi dalam penglihatan Yoongi kala itu.

"Apa Hyung ga bertanya langsung ke Jimin, siapa Hoseok itu?" tanua Namjoon lagi.

Yoongi kembali membuka matanya, menghela nafasnya sejenak, "tadinya gw memang mau bertanya langsung sama Jimin. Tapi malam itu begitu gw mau samperin ke kamarnya, ternyata Jimin sudah terbang ke Jakarta bersama Hoseok, bahkan tanpa memberitahu gw."

Yoongi melonggarkan ikatan dasinya, dadanga terasa begitu sesak sekarang, "Apa mungkin memang mereka sepasang kekasih, Joon?"

Namjoon mengernyitkan dahinya, "Gw ga tau Hyung, karena pertanyaan itu hanya Jimin yg tau jawabannya."

Mereka berdua sama-sama terdiam.

"Bagaimana kalau Hyung tanyakan langsung ke Jimin?" Namjoon coba memberi saran, "janjian ketemuan aja Hyung."

Yoongi mengusak rambutnya, "Masalahnya gw belum sempet nanyain no hape Jimin, Joon."

Mata Namjoon membulat tak percaya, "Astaga Hyung, kok bisa?"

"Gw terlalu terkejut waktu menemukan Jimin disana, ga nyangka bakal bisa bertemu lagi dengan orang yg sudah membawa pergi separuh jiwa gw," Yoongi kembali menghela nafasnya, "makanya gw ga bisa mikir apa-apa lagi karena gw begitu terkejut."

Namjoon mengangguk, memahami perasaan Yoongi. Memang 8 tahun bukan waktu yg sebentar, jadi reaksi Yoongi memang amat sangat wajar, pikir Namjoon.

"Jadi, Hyung mau bagaimana?" tanya Namjoon.

"I don't know, Joon," Yoongi kembali menutup matanya, "gw beneran ga bisa mikir. Otak gw kayak berhenti bekerja sejak ketemu Jimin lagi."

Namjoon tersenyum, "Klo gitu, biar gw pikirkan gimana caranya, nee. Pokoknya Hyung harus ketemu Jimin dan menanyakan hal itu langsung padanya, oke?"

Yoongi hanya mengangguk pelan.

Mine (Yoonmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang