Gelisah

353 35 3
                                    

Bulan-bulan berikutnya, Yoongi n Jimin menjalani hubungan mereka dengan amat sangat bahagia. Tidak ada pertengkaran yg berarti di antara mereka. Yoongi begitu mencintai Jimin, begitu pula sebaliknya. Mereka bahkan menghadiri pernikahan Hoseok dengan penuh sukacita.

Sampai di bulan kesembilan dalam hubungan mereka, Jimin meminta izin ke Yoongi untuk mengunjungi makam Halmeoni-nya di Busan. Entah kenapa beberapa kali Jimin memimpikan Halmeoni-nya, seakan-akan mengisyaratkan Jimin untuk datang menemuinya.

Sebenernya Yoongi agak berat mengizinkan Jimin, karena malam sebelumnya Yoongi bermimpi buruk tentang Jimin dan itu membuat perasaan Yoongi menjadi amat sangat gelisah.

Yoongi meminta Jimin untuk menunda sehari agar Yoongi bisa pergi bersama Jimin, karena hari ini ada proses tender di Min Corporation yg tidak bisa Yoongi batalkan.

Jimin menolak dan memberi alasan ke Yoongi bahwa dia harus pergi secepatnya ke Busan hari ini juga dan meminta Yoongi untuk menyusulnya saja keesokkan harinya. Dengan terpaksa Yoongi mengizinkan Jimin, dengan syarat Jimin harus ditemani beberapa BG-nya. Jimin menyetujuinya, tapi Jimin tetap bersikeras kalau dia yg akan menyetir sendiri mobilnya dan diiringi para BG-nya di belakangnya. Lagi-lagi Yoongi tidak bisa menolak permintaan kekasih hatinya.

Dengan berat hati Yoongi melepas kepergian Jimin pagi ini. Setelah itu Yoongi bergegas ke kantornya karena proses tender akan segera dimulai.

Jimin segera menyusuri jalanan menuju Busan, pikirannya berkecamuk membayangkan mimpi-mimpinya tentang Halmeoni-nya. Jimin sungguh tidak mengerti maksud dari mimpi-mimpinya tersebut.

Sudah setengah perjalanan, mobil Jimin tetap melaju walau BG-nya sudah beberapa kali menyarankan Jimin untuk beristirahat sejenak, tapi Jimin mengabaikannya. Dia benar-benar ingin segera sampai di Busan secepatnya.

Hingga di jalan lurus, dari arah berlawanan nampak sebuah mobil hendak menyusul truk di depannya. Dari jauh Jimin sudah memberikan lampu isyarat agar mobil tersebut menunda keinginannya untuk menyusul truk tersebut karena mobil Jimin sudah bergerak sangat cepat mendekati mobil tersebut. Tapi mobil itu nampak mengindahkan lampu isyarat dari Jimin dan tetap memacu kecepatannya dan menyusul truk di depannya.

Jimin yg menyadari pergerakan mobil tersebut berusaha menghindarinya dan membanting setirnya ke kiri jalan, tapi karena mobil Jimin juga dalam kecepatan yg lumayan, tak ayal bemper depan mobil Jimin menabrak sebuah pohon besar tepat di sisi pinggir kiri jalan dan membuat kepala Jimin terbentuk stang setir mobil dengan amat sangat keras. Jimin langsung pingsan saat itu juga.

Sementara mobil tadi malah melarikan diri dan kemudian mobil BG Jimin pun ada yg mengejar mobil tersebut dan ada yg langsung menolong Jimin, mengevakuasinya dan langsung membawanya ke rumah sakit terdekat.

Di kantor, Yoongi terlihat makin gelisah saat proses tender berakhir. Namjoon yg melihat Yoongi kemudian mendekati Yoongi, "Hyung kenapa? Sepertinya gelisah banget."

Yoongi menghela nafasnya, "Ga tau, Joon, perasaan gw ga enak dari tadi pagi sejak Jimin berangkat ke Busan."

"Mungkin Hyung bisa menelpon Jimin untuk memastikan kabarnya agar Hyung tenang?" saran Namjoon.

"Mungkin sebaiknya begitu, Joon." Baru saja Yoongi hendak menghubungi Jimin, hapenya lebih dulu berbunyi. Nampak nama BG Jimin tertera di layar hapenya.

Dengan perasaan cemas Yoongi mengangkat hapenya. Mukanya berubah panik dan buliran bening mengalir di wajah Yoongi. Namjoon yg kaget melihat perubahan wajah Yoongi menatap Yoongi seakan meminta penjelasan.

Yoongi menatap Namjoon dengan penuh airmata, "Jimin, Joon." Nafas Yoongi seperti tercekat, tak mampu meneruskan ucapannya.

"Jimin kenapa Hyung." Namjon bertanya dengan hati-hati.

"Jimin..... kecelakaan....." Yoongi sukses menangis kencang. Namjoon segera memeluk Yoongi mencoba menenangkannya.

"Ayo kita kerumah sakit, Hyung." Namjoon segera membawa Yoongi ke mobilnya dan bergegas menuju rumah sakit yg diinfokan BG Jimin.

Sesampainya di rumah sakit, mereka berdua bergegas menuju ruang Emergency dan menemukan beberapa BG Jimin disana.

"Dohwan, apa yg sebenarnya terjadi?" Namjoon menghampiri salah satu BG Jimin. Dohwan yg dimaksud Namjoon segera menjelaskan semuanya ke Namjoon, sementara Yoongi langsung terduduk lemas dan termangu menatap nanar pintu ruangan Emergency di depannya. Rapalan doa terus teruntai dari mulut Yoongi berharap kekasihnya baik-baik saja.

Tak berapa lama pintu ruangan Emergency terbuka dan dokter pun keluar dari dalam, "Dengan keluarga Tuan Park Jimin?"

Yoongi langsung berdiri, "Saya kekasihnya, dokter. Apa Jimin baik-baik saja?"

Dokter tersebut menatap Yoongi, "Tuan Jimin tidak mengalami cedera organ dalam, semua organ vital berfungsi dengan baik, mungkin karena posisi safety belt yg terpasang sempurna di tubuh Tuan Jimin."

Yoongi dan Namjoon kompak menghela nafas lega.

"Tapi...." lanjut dokter tersebut, "Nampaknya Tuan Jimin mengalami benturan hebat di kepalanya yg menyebabkan beliau langsung hilang kesadarannya, dan saya takut ada efek sampingnya akibat benturan tersebut."

"Efek?" tanya Namjoon cepat, "efek apa dokter?"

"Sepertinya Tuan Jimin mengalami amnesia ringan. Akan butuh beberapa waktu agar ingatannya kembali seperti biasa," lanjut dokter tersebut, "Saya harap keluarganya bisa memahaminya dan mengerti kondisi Tuan Jimin sekarang. Dan tolong Tuan Jimin jangan terlalu dipaksa untuk mengingat kembali. Bersabarlah karena semuanya akan kembali seperti biasa, hanya butuh waktu."

Mata Yoongi terbelalak tak percaya mendengar penjelasan dokter barusan, "Jimin....." Deraian airmata kembali membasahi wajah Yoongi.

"Kalau begitu saya permisi dulu," pamit dokter, "Tuan Jimin sudah kami pindahkan ke ruang rawat. Anda bisa menjenguknya di kamar rawat beliau."

"Terima kasih dokter." Namjoon menjawab. Dokter tersebut pun mengangguk dan meninggalkan mereka.

"Hyung?" Namjoon memanggil pelan Yoongi yg masih mematung.

"Ayo kita ke ruang rawat Jimin." Namjoon merengkuh pundak Yoongi dan membawanya ke tempat ruang rawat Jimin.

Mereka berdua sampai di ruang rawat Jimin dan segera masuk ke dalam. Nampak Jimin tidur terbaring dengan perban menutupi kepalanya.

Yoongi berjalan perlahan menghampiri ranjang Jimin, tangannya mengusap perlahan tangan Jimin, "Baby....." Yoongi memanggil lirih Jimin. Airmatanya kembali menyeruak menyaksikan kondisi kekasihnya.

Namjoon berdiri disamping Yoongi dan mengusap-usap punggung Yoongi mencoba menenangkannya.

Sampai akhirnya Jimin membuka matanya dan melihay ke sekeliling, mendapati tangan Yoongi yg menggenggam tangannya dan Namjoon yg tersenyum menatapnya.

Mata Jimin mengerjap-ngerjap menyesuaikan penglihatannya. Kepalanya terasa sangat sakit.
Matanya bertemu mata Namjoon, "Namjoon Hyung." panggil Jimin lemah. Dia berusaha bangkit tapi tak bisa karena sakit luar biasa di kepalanya.

Namjoon segera menahan Jimin, "Jangan bangun dulu, Jimin. Loe ga boleh terlalu banyak gerak."

Jimin mengangguk lemah dan kembali berbaring. Matanya kemudian bertemu mata Yoongi yg sudah basah dengan airmatanya. Mata Jimin sedikit terpincing melihat Yoongi. Dia mencoba mengingat laki-laki yg sedang memegang tangannya erat. Tapi tak berhasil

"Maaf, Anda siapa ya?" Tanya Jimin dengan bingung, "dan kenapa Anda memegang tangan saya?"

Yoongi menatap Jimin tak percaya, begitu pula Namjoon yg mematung mendengarnya.

Mine (Yoonmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang