Termenung

326 35 3
                                    

Jimin menyeret langkahnya pelan. Dua bulan berlalu sejak kepulangannya dari Bali, Indonesia. Hatinya terus saja dilanda kecemasan, membuatnya kadang menjadi tidak fokus dengan pekerjaan, hingga Hoseok memutuskan agar Jimin mengambil cuti dulu seminggu kedepan guna menenangkan pikirannya.

Tanpa sadar, langkah kakinya membawa Jimin ke sebuah Coffe Shop di dekat taman. Jimin memutuskan untuk beristirahat sejenak di Coffe Shop tersebut. Dia memesan Hot Chocolate dan duduk di pojokan Coffee Shop tersebut. Jarinya memainkan gelas di depannya. Matanya menatap lalu lalang orang-orang yg berlalu di luar.

Jimin begitu asyik termenung dengan pikirannya sendiri tanpa menyadari ada sosok seseorang berdiri di samping bangkunya.

"Jimin?"

Jimin reflek menoleh ke arah sumber suara, "Hyung?" Mata mengerjap memastikan sosok di depannya.

"Long time no see, Jimin," sapa Namjoon hangat, "how are you?"

"Gw baik, Hyung," Jimin tersenyum menatap Namjoon, "Hyung apa kabar?"

"Gw baik-baik aja, Jim." Namjoon memperhatikan Jimin di depannya. Wajahnya nampak murung, walau bibirnya menyunggingkan senyum.

"Happy to hear that, Hyung." Jimin menyesap minumannya.

"Tumben loe ada di sekitar sini?" tanya Namjoon lagi, "apa kantor loe disekitar sini?"

Jimin menggeleng, "Bukan di sini, Hyung. Sekitar 15 menit lah dari sini."

"Mwo?" Namjoon mengernyitkan dahinya.

"Entahlah, Hyung," Jimin menghela nafasnya, "gw hanya mengikuti kemana kaki gw melangkah saja. Tau-tau sampe sini gw."

"I see." Namjoon meminum minumannya.

"Hyung?" Jimin nampak ragu meneruskannya.

"Yoongi?" Namjoon tersenyum.

Jimin hanya mengangguk lemah. Sungguh dia begitu merindukan Yoongi dan begitu mengkhawatirkannya.

Sekarang gantian Namjoon yg menghela nafasnya, "Keadaannya sedang tidak baik-baik saja, Jim."

Muka Jimin berubah menjadi lebih khawatir mendengar ucapan Namjoon.

"Yo-Yoongi Hyung kenapa, Hyung?" Nafas Jimin tercekat.

"Yoongi Hyung....." Namjoon nampak berpikir sebelum melanjutkan ucapannya, "Anxiety menyerangnya kembali, Jim."

"Anxiety?" Mata Jimin terbelalak.

"Yoongi Hyung terlalu larut dalam asumsinya sendiri. Gw dah bilang, jangan memperbesarkan asumsinya sendiri kalau belum mengetahui kebenarannya." Namjoon kembali menghela nafasnya dan memandang Jimin di depannya.

"Asumsi?" tanya Jimin heran, "tentang?"

"Tentang loe dan.... ehm.... sapa ya namanya. Waktu itu Yoongi Hyung pernah memberitahu gw namanya." Namjoon berusaha mengingatnya.

Jimin memiringkan kepalanya, "Siapa Hyung?"

"Aahhh gw inget sekarang," seru Namjoon pelan, "Hoseok?"

"Hoseok?" ulang Jimin memastikan, "Hobi Hyung?"

Namjoon mengangguk, "orang yg bersama loe di Bali? Hoseok?"

"Iya gw memang bersama Hobi Hyung sewaktu di Bali." jawab Jimin.

"Iya, maksud gw itu, Jim." Namjoon tersenyum.

"Maksudnya, kenapa memang dengan Hobi Hyung?" Jimin menatap Namjoon heran.

Namjoon kembali menatap Jimin, "Apa Hobi Hyung, kekasih loe?"

"Mwo?" Jimin kaget mendengarnya, "Kekasih?"

"Iya, Jim," Namjoon mengangguk, "apa kalian sepasang kekasih? Loe dan Hobi Hyung?"

"Aniyo." Jimin cepat-cepat menggeleng.

"Bukan?" ulang Namjoon memastikan.

Jimin kembali menggeleng, "Hobi Hyung bagi gw hanya sebagai kakak, Hyung. Dia anaknya Paman Lim yg selama ini merawat Halmeoni gw. Ketika Halmeoni gw meninggal, otomatis gw di rawat Paman Lim. Bersama Hobi Hyung, mereka berdua menjaga dan mengurus gw, termasuk mempersiapkan gw untuk mengambil alih seluruh kepemilikan aset Halmeoni gw. Lagian Hobi Hyung sudah punya kekasih sendiri dan mereka sudah merencanakan pernikahan mereka di akhir tahun ini."

"Aaahhh begitu." Namjoon kembali tersenyum.

"Maaf Hyung, gw beneran ga ngerti maksud Hyung." Jimin kembali menatap Namjoon dengan heran.

"Boleh gw bertanya sesuatu, Jim?" Muka Namjoon mendadak berubahs serius.

"Nee Hyung." Jimin mengangguk.

"Apa loe menyukai Yoongi Hyung?" tanya Namjoon pelan.

"Mwo?" Jimin sedikit terlonjak dari duduknya.

Mine (Yoonmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang