Keesokan harinya, Yoongi dan Jimin berjalan bersama. Yoongi akan kembali ke apartemennya sedangkan Jimin menuju ke tempat kerjanya, sebuah coffee shop di pinggiran kota Seoul.
Dalam perjalanan pulang, tanpa mereka sadari, ada sebuah mobil sedan hitam melaju kencang ke arah mereka. Rupanya salah satu dari genk motor yg semalam menghajar Yoongi tidak terima karena dikalahkan oleh Jimin. Targetnya adalah keduanya, atau minimal satu dari mereka.
Jimin yg sedang tersenyum mendengar cerita Yoongi tak menyadari kedatangan mobil sedan tersebut. Sementara Yoongi nampak terkejut melihat adanya sebuah mobil sedan hitam yg melaju kencang tepat ke arah mereka.
Langkah Yoongi terhenti, mematung tak bergerak. Jimin yg menyadari pergerakan Yoongi yg terhenti menatap heran Yoongi yg berdiri mematung. Tak lama, dalam sekejap mata, Jimin baru menyadari kenapa Yoongi berhenti. Matanya membulat tak percaya, kedua tangannya reflek menutup wajahnya, pasrah atas apa yg akan terjadi selanjutnya.
Dalam sepersekian detik, tiba-tiba Yoongi melesat ke arah Jimin dan mendorongnya hingga Jimin jatuh terjungkal, sementara Yoongi terpental terkena benturan dari bemper mobil sedan tersebut dan langsung tak sadarkan diri.
Jimin yg sudah bangun dari jatuhnya menjerit melihat Yoongi dan segera berlari menghampirinya.
"Hyung....." Airmata Jimin jatuh begitu saja melihat keadaan Yoongi yg sudah bersimbah darah.
Beberapa penduduk yg melihat kejadian tersebut bergegas menghampiri mereka. Salah satu dari mereka langsung menelpon Ambulance untuk segera menolong Yoongi. Tak lama sirine Ambulance berbunyi memecah jaanan dan segera mengevakuasi mereka berdua dari sana.
Sepanjang perjalanan ke rumah sakit, tak henti-hentinya tangan Jimin memegang tangan Yoongi dan menangis. Dirinya begitu takut melihat kenyataan yg ada di hadapannya sekarang. Mulutnya terus merapalkan doa agar Yoongi tetap baik-baik saja. Entah kenapa Jimin begitu mengkhawatirkan Yoongi, orang yg baru dia kenal semalam.
Sesampai di rumah sakit, Yoongi segera masuk Emergency Room untuk diberikan pertolongan pertama, sementara Jimin hanya duduk terpaku di ruang tunggu.
Tak lama berselang, datang kedua orangtua Yoongi dan juga Namjoon, yg segera datang ke rumah sakit sesaat Jimin menghubungi mereka menggunakan hape Yoongi yg ada di tangannya. Mereka semua masuk ke dalam list kontak emergensi di hape Yoongi sehingga memudahkan Jimin untuk bisa langsung menghubungi mereka.
Kedua orangtua Yoongi terlihat sedang berbicara sama dokter, sementara Namjoon segere menghampiri Jimin.
"Jimin?" panggil Namjoon pelan.
Jimin mengangkat mukanya yg sudah penuh dengan airmata, "Nee." sahut Jimin terisak.
"Mianhae, Hyung..... gw.... gw....." Jimin tercrkat dalam tangisnya.
Namjoon hanya tersenyum getir. Pemuda di drpannya nampak begitu rapuh dan terguncang.
"Gwenchana, Jimina." Namjoon menepuk bahu Jimin pelan mencoba memberi kekuatan.
Tampak kedua orangtua Yoongi datang menghampiri mereka berdua.
"Jimin?" panggil Eomma Yoongi.
"Nee, Nyonya, saya Jimin," balas Jimin sambil bangkit dari duduknya dan membungkuk hormat pada mereka berdua, "Mianhae, Bapak, Ibu.... saya...." Jimin tak sanggup melanjutkan kata-katanya, dia kembali terisak.
Namjoon membantu Jimin untuk duduk.
"Jimin?" Kali ini Appa Yoongi yg berbicara, "Bisa tolong kamu ceritakan apa yg sudah terjadi pada kalian?"
Masih terisak Jimin mengangguk, lalu meluncurlah cerita dari mulut Jimin tentang kejadian semalam dan kejadian yg terjadi barusan.
Namjoon dan kedua orangtua Yoongi nampak terkejut mendengar penuturan Jimin. Eomma Yoongi nampak mai terisak dalam pelukan suaminya.
Selesai bercerita, Jimin menatap mereka bertiga, "Yoongi Hyung, bagaimana? Dia baik-baik saja kan?" Raut wajahnya begitu khawatir.
Appa Yoongi menghela nafas sejenak dan mengusak rambutnya, "Maaf Jimin, akibat benturan keras tadi di kepala Yoongi, mengakibatkan Yoongi koma sekarang."
"Apa?" Jimin menjerit tak percaya. Airmatanya kembali tumpah diiringi dengan rasa bersalah yg semakin membelenggunya.
"Jadi tidak bisa dipastikan kapan Yoongi Hyung sadar, Pak?" tanya Namjoon gusar.
"Aniyo, Namjoon." Eomma Yoongi masih terisak. "Dokter tidak bisa memastikannya, tergantung bagaimana perjuangan Yoongi sendiri sekarang. Kita hanya bisa berdoa dan menunggu saja."
Mereka semua terdiam tak tau harus berkata apa. Jimin segera bangkit dari duduknya dan kemudian bersujud bersimpuh di depan kaki kedua orangtua Yoongi, "Bapak, Ibu, saya mohon maaf, ini semua kesalahan saya, harusnya saya yg terbaring disana dan bukan Yoongi Hyung. Dia punya keluarga dan sahabat yg mencintainya, sedangkan saya hanya sendiri di dunia ini. Jadi seharusnya saya yg ada disana." Jimin menangis.
Eomma Yoongi segera memegang pundak Jimin dan memintanya untuk bangun, "Jimin, jangan seperti ini nak, Ibu mohon, bangunlah. Kami berdua tidak menyalahkan kamu. Ini adalah takdir yg harus kami terima."
Jimin menggeleng menolak untik bangun. Dia masih setia bersimpuh di depan orangtua Yoongi, "Mianhae, Bapak, Ibu. Tolong hukum saja saya, bahkan kalau Bapak dan Ibu mau membawa saya ke kantor polisi, saya tidak akan melawan, saya memang pantas untuk dihukum. Saya yg membuat Yoongi Hyung jadi begini."
Namjoon melihat semua itu dengan penuh kesedihan. Bagaimana mungkin Pemuda ini begitu mengkhawatirkan Yoongi sementara mereka baru saja bertemu semalam, itupun tanpa sengaja. Tapi Jimin begitu hancur dan begitu merasa bersalah melihat keadaan Yoongi sekarang.
Appa Yoongi bangkit dari duduknya dan memegang pundak Jimin, "Nak, bangunlah, kami tidak menyalahkan dirimu dan sepenuhnya percayanya inilah jalan hidup yg harus Yoongi jalani sekarang."
Jimin bangkit dari sujudnya, matanya menatap nanar kedua orangtua Yoongi, tak percaya ada orangtua sebijak ini. Tiba-tiba Jimin berharap dia mempunyai kedua orangtua seperti orangtua Yoongi.
"Kalau begitu, untuk menebus kesalahan saya, biarkan saya yg menjaga Yoongi Hyung disini. Bapak dan Ibu, istirahat saja dirumah, kalau ada perkembangan saya akan segera menghubungi Bapak dan Ibu." Jimin mengusap airmatanya.
"Aniyo, Jimina," sergah Eomma Yoongi, "Kamu butuh istirahat sekarang nak, kamu juga terluka kan?"
"Tapi Ibu...." Jimin mencoba protes.
"Jimin," panggil Namjoon, "Gimana klo sekarang loe pulang dulu dan istirahat, besok pagi loe bisa kembali ke sini kalau memang loe mau menjaga Yoongi Hyung, okey?"
"Nah, lebih baik begitu Nak Jimin." sahut Appa Yoongi.
Jimin mengangguk pelan. Namjoon benar, tubuhnya butuh istirahat. Lagipula dia juga harus ke tempat kerjanya untuk mengkondisikan keadaannya sekarang.
Tak lama kemudian Jimin pun pamit meninggakan rumah sakit dan berjanji pada kedua orangtua Yoongi dan Namjoon kalau dia akan datang keesokan harinya sesuai dengan janjinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine (Yoonmin)
Fiksi PenggemarMin Yoongi, sampai di usianya yg mau menginjak kepala 3, masih berusaha mencari sosok di masa lalunya yg pernah menolongnya ketika dia diserang oleh sekelompok gangster yg hampir merebut nyawanya. Park Jimin, pemuda manis yg menolong Yoongi secara k...