*.
Nanda yang sedang duduk menunggu kedatangan Alfin kini tengah sibuk melihat jam tangan yang terpasang di pergelangan tangannya. Gadis yang memakai jilbab berwarna maroon itu kini menoleh ke arah dimana dia mendapati sosok Alfin.
Alfin yang baru saja datang, menatap lekat Nanda dengan ekspresi wajah yang tak biasa. Nanda tersenyum, dengan memancarkan aura kecantikan yang natural.
"Assalamu'alaikum Al? Ada perlu apa?"
"Wa'alaikumsalam Nan. Ada yang harus aku bicarakan."
"Tentang apa?"
"Kamu tau Nan kalah aku mencintaimu?"
"Maksudmu?"
Jantung Nanda seakan berhenti ketika ia mendengar ucapan Alfin. Antara terkejut dan bahagia. Entahlah, harus bagaimana Nanda menyembunyikan perasaannya."Aku mencintaimu Nan dan aku ingin menikah denganmu."
Nanda tertunduk diam dan tersenyum mendengar ucapan Alfin. Suasana hening seketika. Nanda menoleh dengan senyuman yang merekah.
"Kamu juga mencintaiku Nan?" Tanya Alfin tak percaya.
"Aku hanya baru menyukaimu Al, belum mencintaimu."
"Hahaa tidak apa-apa yang penting sama saja." Al tak bisa menyembunyikan perasaan bahagia nya. Ia seolah seperti anak kecil yang di beri sebuah mainan kesukaannya.
**
"Dek bagaimana?"
"Bagaimana apanya Kak?"
"Bagaimana tentang Rifky yang mau ta'aruf sama kamu itu? Tadi dia datang lagi kesini bersama orangtuanya. Kakak bingung harus jawab apa"
Nanda terkejut mendengar ucapan Dafa yang menurutnya yang serba tiba-tiba.
"Nanda sudah ada calon Kak"
"Siapa? Bisa kamu kenalin ke Kakak sama Mamah?"
"Nanti Nanda bilang dulu sama dia Kak."
Nanda beranjak ke kamarnya untuk menghubungi Alfin dan menyuruhnya datang kesini.
Namun sayang sekali Alfin ternyata enggan untuk datang kerumah Nanda bersama orangtuanya."Aku memang sangat mencintaimu Nan. Tapi aku gak bisa datang ke rumahmu untuk saat ini."
"Kenapa? Bukankah kemarin-kemarin juga kamu sering main kesini?"
"Iyaa tapi itu beda Nanda. Aku belum siap jika harus kerumahmu bersama keluarga besarku."
"Kenapa?" Nanda berbicara dengan penuh kebingungan.
"Tolong mengerti keadaanku Nan. Aku belum siap."
"Yasudah Al tidak apa-apa aku mengerti. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam, Aku minta maaf Nan."
Nanda langsung menutup teleponnya tanpa menjawab apa-apa lagi.
Nanda benar-benar bingung dan tidak tau harus bagaimana. Rasanya semua serba tiba-tiba. Laki-laki yang ia percaya untuk menaruh harapan penuh ternyata justru ia tak memberikan kepastian.Nanda mencoba untuk sholat istikharah dan meminta petunjuk dari Rabb-Nya. Mengadukan semua yang terjadi dan semua yang tengah membuatnya risau.
Selepas sholat Nanda pun tertidur dengan tak di sengaja dan terbangun pada saat adzan shubuh berkumandang.
Nanda melaksanakan sholat qobliyah shubuh terlebih dahulu lantas sholat shubuh. Seperti biasa, setelahnya ia membaca Surat Al-waqiah sebagai rutinitas nya.
Nanda keluar dari kamar untuk mengambil air putih. Karena tenggorokannya terasa kering sedari malam. Terlebih lagi memang semalam perasaan Nanda benar-benar tidak karuan.
Saat Nanda keluar dari kamar, entah kenapa Nanda malah teringat pada saat Rifky datang ke rumahnya kemarin-kemarin. Dimana pada saat itu ia pertama kali melihat Rifky. Orangnya baik dan juga sopan. Tampan juga sebenernya, tapi tak cukup membuat Nanda tertarik.
"Kak, Nanda sudah mutusin, kalau Nanda mau coba ta'aruf sama Mas Rifky."
"Kamu bener dek? Kamu gak lagi becanda kan? Bukannya kemarin kamu bilang udah punya calon?"
"Iyaa Kak. Tapi dia belum siap. Makanya Nanda mau coba ta'aruf sama Mas Rifky."
"Alhamdulillah kalau itu keputusan kamu dek. Yaudah nanti Kakak kabarin ke Rifky ya."
"Iyaa Kak."
Sebenarnya Nanda juga tidak tau keputusannya benar atau nggak. Tapi, Nanda hanya kecewa kepada Alfin yang ternyata malah bersikap seperti itu.
Setelah keputusan Nanda untuk mencoba berta'aruf dengan Rifky, 2 hari setelahnya keluarga besar Rifky datang kerumah Nanda.
Gadis cantik yang kini memakai gamis berwarna hitam di padukan dengan kerudung berwarna Cream begitu cantik luar biasa. Nanda tak tahu harus bagaimana, ia lebih sering menunduk karena canggung.
"Cantik sekali kamu Nak" Ucap Bu Nia yang tidak lain adalah Ibunya Rifky.
"Terimakasih tante.___" Jawab Nanda.
"Nak, terimakasih kamu mau menerima anak tante. Kalau tante mau tanya boleh?"
"Silahkan tante.__"
"Kamu mau minta mahar apa dari anak tante?"
Suasana hening sejenak. Nanda hanya tersenyum dan menoleh ke arah Mamah dan Kakaknya.
"Apapun asal yang tidak memberatkan Mas Rifky dan juga tidak merendahkan Nanda tante." Nanda kembali tersenyum.
"MaaSyaAllah nak."
Semua yang mendengarnya terenyuh dan tersenyum lega.
Rifky tak banyak bicara. Rifky terkejut mendengar ucapan Nanda di barengi dengan rasa takjub pada gadis ini.Setelah pertemuan keluarga tadi, tanggal pernikahan pun sudah di tentukan. Acaranya 2 minggu lagi. Nanda tidak menyangka bisa secepat ini. Antara kaget dan gak nyangka, Nanda hanya bisa berharap inilah yang terbaik untuknya.
Setelah apa yang sudah terjadi dalam hidupnya kemarin-kemarin, mungkin beginilah jalan yang terbaik untuknya.
Semua persiapan pun satu persatu di siapkan. Mulai dari undangan, ketring, dan sebagainya. Akhir-akhir ini Nanda memang tengah sibuk, sibuk ia mengajar karena tak mengambil cuti, ditambah sibuk mempersiapkan acara pernikahannya. Nanda mengambil cuti 5 hari sebelum acara pernikahannya.
.
.
.
Comment please🤗
Tinggalkan jejak.
Thanks temen-temen 💜
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
NAHARA (Nanda Habibah Ramadhani)
Teen FictionPerihal perjalanan kisah cinta seorang gadis yang bernama Nanda Habibah Ramadhani.