*.
Hari demi hari berlalu dengan cepat. Nanda tak menyangka acara pernikahannya tinggal beberapa hari lagi. Persiapan pun sudah hampir selesai. Kini giliran Nanda menyebar undangan pernikahannya pada teman dan juga kerabatnya.
Ada yang hanya lewat pesan chat karena jaraknya yang jauh dan tak memungkinkan jika Nanda harus memberikannya secara langsung.Tiba-tiba saja Handphone Nanda berdering. Terlihat panggilan masuk dari Alfin.
Tapi sengaja Nanda tak menjawab teleponnya. Ia berusaha untuk membuang jauh-jauh perasaanya pada Alfin. Karena bagaimanapun sebentar lagi ia akan menikah dengan Rifky. Tidak baik jika masih berhubungan dengan laki-laki lain.Toktoktok~
"Dek, anter Teteh ke Minimarket depan yuk? Lagi sibuk gak?" Kania mengetuk pintu kamar Nanda."Ayo teh sebentar ya. Kebetulan Nanda juga ada yang mau di beli."
"Ciee calon aten aura nya makin terpancar yaa. Hehee___" Ledek Kania pada adik iparnya itu.
"Iihhh teh Kania apaan sih:''D____"
Sesampainya di Minimarket tidak sengaja Nanda malah bertemu dengan Alfin. Nanda sudah mencoba menghindar namun Alfin tetap mengejar Nanda.
"Nan tunggu. Aku tau aku salah."
Nanda tetap tak merespon ucapannya. Nanda hanya diam seolah memalingkan wajahnya.
"Aku gak tau sama sekali kalau ada laki-laki yang melamarmu. Kamu gak pernah bilang. Dan sekarang kenapa tiba-tiba saja kamu sebar undangan?. Kamu gak mikirin perasaan aku Nan?" Lanjut Alfin.
Hening sejenak, Nanda yang mendengar ucapan Alfin hanya bisa menghela nafas panjang.
"Aku kan sudah mencoba menghubungi mu, aku sudah mencoba dan menyuruhmu datang ke rumah waktu itu. Tapi kamu sendiri kan Al yang tidak mau dengan alasan belum siap. Aku sudah memberimu kesempatan. Tapi justru kamu yang menolak. Lantas aku sekarang harus bagaimana? Semua sudah terjadi Al. Kamu bilang aku harus mengerti kondisi kamu, iyaa. Aku mengerti, dan sekarang giliran kamu yang harus mengerti kondisi ku. Mungkin memang kita tidak di takdirkan bersama Al. Kamu berhak bahagia bersama wanita yang lebih baik dariku. Kamu orang baik, aku yakin kamu akan dapat wanita terbaik."
Alfin mematung mendengar ucapan Nanda. Al tak bisa menjawab apa-apa karena bagaimana pun memang benar, Nanda sudah memberikan kesempatan padanya. Justru ia yang membuang kesempatan itu.
Kini ia harus menerimanya dengan lapang."Aku pamit pulang dulu Al. Assalamu'alaikum." Ucap Nanda di barengi satu tetes air matanya jatuh.
Nanda berlalu meninggalkan Alfin yang masih terpaku selepas mendengar ucapan Nanda.
Sedangkan Kania yang menyaksikan semuanya merasa iba dengan adik iparnya. Kania tak menyangka, ternyata selama ini Nanda ada perasaan kepada Alfin."Dek, jadi yang dulu kamu bilang sudah punya calon itu Alfin?" Tanya Kania dengan hati-hati.
"Iyaa Teh, tapi Teteh jangan bilang ke Kak Dafa ya apalagi ke mamah." Ucap Nanda tersenyum sambil menyeka air matanya.
"Kenapa dulu kamu gak bilang? Kalau kamu terus terang bahwa calon yang kamu maksud adalah Alfin. Mungkin Mas Dafa bisa menunggu kedatangan Al bersama keluarganya."
"Sebentar lagi kan Nanda mau menikah, gak baik juga kalau harus terus membahas masalalu teh. Lagipula mungkin memang ini yang terbaik buat Nanda. Alfin orang baik, Nanda yakin Alfin akan mengerti teh."
"Yasudah kamu yang sabar ya, teteh yakin Mas Rifky yang terbaik buat kamu. Lagipula Mas Rifky juga gak kalah tampan kok sama Alfin. Hehee.____"
"Ehh tetehh bisa ajaa. Ehehhee..____"
**
Sudut ruangan sudah terpenuhi dengan bunga-bunga. Di hias sedemikian rupa sehingga terlihat begitu indah. Cuaca yang sungguh baik begitu lengkap dengan sinar mentari yang menyorot melalui celah jendela. Cahayanya tembus tepat pada gaun pengantin yang Nanda kenakan. Gaun mewah nan elegant berwarna putih dengan sedikit aksen mutiara ditambah dengan hiasan kecil di bagian kerudung berupa mahkota menambah kecantikan pun keanggunan Nanda.
Nanda yang sedari tadi tidak banyak bicara seakan mewakili perasaannya yang tengah dilanda kegugupan luar biasa.
"Kamu cantik sekali dek, Bismillah ya."
Ucap Kania sambil menggenggam tangan Nanda yang sudah terpenuhi dengan coretan Henna berwarna putih.
Nanda hanya merespon dengan senyuman dan membalas genggaman tangan Kakak Iparnya itu.Sedangkan di ruangan yang berbeda, Rifky pun tampak terlihat tegang dengan ekspresi yang menggambarkan perasaannya saat ini.
Para tamu sudah bersiap untuk menyaksikan acara ijab qobbul. Penghulu dan para saksi pun sudah bersiap."Saudara Rifky apakah saudara sudah siap?"
"InsyaAllah siap pak penghulu"
Dengan sigap tangan Rifky berjabat dengan tangan Daffa. Lantas berucap.
"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyyu taufiq.."
"Bagaimana para saksi?"
"SAAHHH._____" Ucap tamu dan para saksi.
"Alhamdulillah .___ Baarakallahulakuma wabaraka 'alaikuma wajama'a bainakuma fii khair."
Nanda yang mendengar ikrar ijab qobbul yang di ucapkan Rifky untuknya seketika menangis haru.
Kania pun reflek langsung memeluk adik ipar kesayangannya itu."Alhamdulillah dek, Teteh do'akan kamu bahagia selalu ya. Teteh yakin Rifky yang terbaik untukmu."
"Aamiin teh.__ Nanda gak mimpi kan teh?" Ucap Nanda sambil terisak.
"Nggak dek, sekarang kamu sudah menjadi seorang istri" Jawab Kania sambil mengulum senyum.
Nanda kembali memeluk Kania dengan erat.
Tak lama suara ketukan pintu terdengar."Tuh sang suami sudah menjemput, sambut dia dengan senyuman paling cantik. Hapus air matanya ya." Ucap Kania seraya menyeka air mata Nanda.
"Teteehhh iiihhh.____" Balas Nanda malu-malu.
Nanda pun beranjak dari posisi duduknya, lantas membuka pintu kamar.
Mata keduanya pun saling bertemu, Rifky menatap lekat wajah istrinya itu hingga membuat Nanda menunduk tersipu malu dengan tatapannya.Nanda meraih tangan Rifky guna mencium tangan suaminya. Dibalas dengan Rifky yang memegang atas kepala Nanda dan mendo'akan Nanda.
"MaaSyaAllah.____" Ucap salah satu tamu yang melihat keduanya.
Satu tetes air mata Nanda jatuh tak terbendung.
.
.
.
Siapa yang ikutan baper. Huhuu🥺
Please comment 🤗
Next?
Penasaran gak?
KAMU SEDANG MEMBACA
NAHARA (Nanda Habibah Ramadhani)
Fiksi RemajaPerihal perjalanan kisah cinta seorang gadis yang bernama Nanda Habibah Ramadhani.