16. Titik Awal

927 128 27
                                    



𓃗𓃗𓃗



Jaemin termenung di Dimensi antar ruang milik Kakak kandungnya tersebut. Beberapa menit yang lalu ia tak percaya dengan rencana yang telah Mark katakan padanya. Terlebih, sebuah kenyataan yang sulit ia percayai baru saja ia dengar. Namun, ia masih tak mengerti, karena mereka tak punya cukup waktu Mark pun menjelaskannya secara singkat, membuat Jaemin bertanya-tanya, ada apa sebenarnya?

Jaemin menatap Haechan yang masih kehilangan kesadarannya sedang tidur di sisi tubuhnya, sementara Jeno masih ada di dalam pelukannya. Ia menatap kedua orang itu dengan sulit diartikan. Kenyataan yang telah Kakaknya itu katakan masih sulit untuk ia cerna. Terlebih, rencana yang ingin Mark lakukan sekarang membuat Jaemin mengalami keraguan. Apakah benar? Apakah berhasil? Berbagai pikiran negatif itu terus saja menghantui isi kepala Jaemin. Berputar-putar di sana hingga Pemuda Richthofen tersebut tenggelam dalam rasa putus asa.

"Kak Mark, bagaimana jika tak berhasil? Bagaimana jika pengorbanan mu tak menghasilkan apa-apa?" Bisiknya pelan sambil menatap birunya langit dengan pelangi menghiasi Dimensi antar ruang tersebut.






Beberapa saat yang lalu..







"Jaemin, dengarkan aku.."

Mark memegang sebelah tangan Jaemin sambil menatap Pemuda itu dengan yakin.

"Aku akan mengirim mu, Jeno dan Haechan ke Dimensi antar ruang milikku. Kumpulkanlah kekuatan mu sebanyak yang kau bisa. Aku akan mengalihkan perhatian mereka dan menemukan tempat yang bagus untuk melakukan Fusion." Ucap Pria bersurai silver tersebut membuat Jaemin terperangah.

"A-apa maksud mu! Kau ingin menjadi umpan?" Tanya Jaemin tak terima dengan rencana gila Mark.

"Lalu Fusion? Untuk apa kita melakukan hal itu? Aku belum pernah melakukannya, apa kita akan berhasil dalam sekali percobaan?" Tanya Jaemin lagi membuat Mark memejamkan kedua matanya sebentar.

"Ceritanya panjang, namun rencana ini untuk mengirim Haechan kembali ke titik awal." Ucap Mark seketika membuat Jaemin kebingungan. "Titik awal?"

Pria Richthofen tersebut mengangguk. Ia menatap wajah Haechan yang ada dalam pelukkannya. Ia usap pelan sisi wajah Pemuda manis tersebut. Terlihat dengan jelas ada aura kesedihan dari kedua manik hitam miliknya. Rasa sedih dan rasa penyesalan yang tidak bisa Jaemin tebak ada apa di baliknya.

"Aku tidak ingin membuatnya lebih menderita lagi setelah berkali-kali gagal. Aku tak ingin ia merasakan rasa sakit untuk sekian kalinya. Aku tak ingin kehilangannya lagi secara terus menerus. Dan aku tak ingin menyakitinya lagi, Jaemin." Ucap Mark semakin membuat Jaemin kebingungan untuk kesekian kalinya.

Suara bising di kejauhan itu kini terdengar berjarak beberapa meter saja dari posisi mereka sekarang. Jaemin yang mengetahui hal itu dengan cepat mencengkram bahu Mark untuk mengetahui maksud dari ucapan Kakaknya tersebut.

"Aku tidak mengerti! Tolong intinya saja!!" Teriak Jaemin kesal pada sang Kakak yang malah menatapnya dengan sebuah senyuman sendu yang sarat akan rasa bersalah.

"Dia telah menemukannya, Vivlío Fermàta." Ucap Mark seketika membuat Jaemin merasa seperti ada sebuah batu yang memukul hatinya secara bertubi-tubi.

"V-vivlío Fermàta..." Ucapnya tak bisa melanjutkan kata-katanya.

Mark hanya tersenyum dengan liquid bening yang memupuk di kedua matanya. Ia menepuk halus kepala Jaemin kemudian beralih menatap wajah damai Haechan yang tertidur pulas. Ia tersenyum tulus lalu kemudian menempelkan dahinya pada Haechan dan memejamkan kedua matanya untuk sesaat.

Fermàta || Markhyuck (On)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang