(2)1. Awal Baru

1K 122 26
                                    

𓃗𓃗𓃗

Malam hari di Kota kecil Roxana, Pemuda bersurai cokelat itu tak beranjak dari kursi di meja kerjanya barang sedikitpun. Ia terlihat sangat fokus pada apa yang ada di hadapannya tersebut. Terlihat sebuah buku bersampul abu-abu lengkap dengan corak awan itu terbuka dan menampilkan halaman yang bertuliskan tinta warna hitam yang masih basah. Di samping buku itu terdapat sebuah buku lain bersampul cokelat yang dihiasi oleh coretan-coretan abstrak. Bahkan, beberapa ada yang terlihat dicoret kasar dan terdapat tulisan yang dihubungkan dari satu titik ke titik lain. Tulisan-tulisan itu adalah ringkasan cerita yang ia lalui selama sebulan terakhir, atau mungkin sebulan yang akan datang? Entahlah! Semua ini membuat Pemuda berusia 20 tahun itu tenggelam di yang namanya rasa putus asa.

Selain buku bersampul abu-abu dan cokelat tersebut, terdapat sebuah peti kayu yang beberapa saat lalu ia ambil dari bawah kasur miliknya. Peti kayu berukuran 50×30 cm itu adalah tempat dimana ia menyimpan semua uang hasil dari penjualan obat-obatan herbal dan praktik kedokteran miliknya. Uang-uang logam itu telah ia tabung selama empat tahun terakhir semenjak ia menjadi dokter dan akan ia gunakan disaat genting. Dan menurut nya, ini adalah saat yang tepat untuk menggunakannya.

"Dua minggu, aku akan bertemu dengan Mark dalam dua minggu kedepan." Ucap Pemuda manis itu sambil menatap Skrip Novel Fermàta tersebut. "Itu berarti, aku memiliki waktu dua minggu untuk menyusun rencana."

"Besok adalah hari dimana Panglima Roxana memanggilku untuk bertemu dengan Raja Roxana." Ucap Haechan sambil bersandar dengan satu tangannya.

"Hahahaa.. yang benar saja, karena Raja yang telah mengkhianati rakyatnya itu aku dipandang menjijikkan oleh seluruh orang di Istana karena berpakaian seperti gelandangan. Bahkan para pelayan pun menatap ku seperti kotoran karena aku seorang dari rakyat jelata." Ucap Haechan sambil membuka peti kayu tersebut dan terlihat ada se-gundukan koin emas.

"Hanya karena aku berpakaian dari bahan sederhana dan kualitas biasa, mereka menatap ku seperti akan menularkan penyakit mematikan. Para pelayan itu tidak ingat jika mereka juga bukan dari keluarga bangsawan. Mereka hanya terlalu bangga karena bekerja di Istana dan menganggap ku terlalu rendah, padahal aku seorang Dokter." Lanjutnya sambil mengambil segenggam koin emas lalu menatap nya.

Seketika itu juga terlihat sebuah senyum penuh rasa dendam. Ia tak ingin diinjak-injak lagi. Di kesempatan kedua ini ia akan bener-benar membuat awal baru yang lebih baik untuk dirinya. Ia akan menunjukkan ke orang-orang sombong itu jika ia tidak bisa diremehkan. Kemampuan yang ia miliki melebih dari orang-orang itu. Bahkan, ilmu kedokteran miliknya tak sebanding dengan uang-uang yang para bangsawan itu miliki. Tanpa kesehatan, semua uang itu tidak akan ada harganya lagi.

"Ku rasa beberapa toko pakaian masih buka di jam ini. Kalau begitu aku harus membeli beberapa." Ucapnya sambil mengambil beberapa genggam koin emas dan memasukkannya ke dalam tas kain miliknya.

Setelah itu, ia tak sengaja menatap pantulan dirinya dari cermin yang ada di dekat lemari pakaian miliknya. Ia menatap pantulan dirinya yang memakai kemeja cokelat sederhana dengan celana kain hitam senada. Ia juga melihat tas kain cokelat yang terlihat mulai memudar karena termakan usia. Pemuda ia seketika tersenyum miring sambil menatap pantulan dirinya tersebut.

"Aku akan membuat kalian semua meneguk ludah ketika melihat ku. Lihat saja nanti, Haechanie Eir Devalda yang sekarang berbeda dengan Haechanie Eir Devalda yang dulu." Ucapnya kemudian pemuda itu beranjak pergi dari sana setelah menutup dan mengunci peti kayu tersebut.

𓃗𓃗𓃗

Cahaya mentari mulai menampakan dirinya di ujung sana. Suasana berembun di Kota kecil Kerajaan Roxana itu membuat suasana asri khas daerah pedesaan semakin memanjakan mata. Haechan terlihat sudah siap di meja kerjanya Sambil menatap ke luar jendela, ke arah pemandangan Kota tercintanya. Setelah pulang dari mempersiapkan rencana balas dendamnya tadi malam, Dokter muda tersebut juga membuat beberapa ramuan herbal untuk ia bawa ke Perbatasan. Mulai dari ramuan pereda nyeri, krim luka jahitan bahkan ramuan khusus agar para Prajurit mati rasa selama dijahit pun sudah Haechan siapkan dengan sebaik mungkin.

Fermàta || Markhyuck (On)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang