(2)12. Benang Merah

481 52 6
                                    

𓃗𓃗𓃗

Yang Mulia Raja Jeffrylius Algerico De Hesperos atau yang lebih dikenal dengan Raja Jeffry kini dengan pelan melangkah di Koridor Istana Hesperos bergaya kuno tersebut. Ia berjalan kearah sebuah ruangan yang terletak di paling ujung bangunan Istana Hesperos utama di bagian Utara letak sebuah kamar Permaisuri Ratu berada. Ketika ia sampai di depan sebuah pintu setinggi tiga meter itu, ia pun menghela napas berat dan memantapkan hatinya untuk membuka pintu berwarna emas tersebut.

"Tolong kuatkan hatimu, Jeffry" Ucapnya dalam hati berusaha mensugestikan dirinya sendiri.

Ceklekkk..

"Selamat malam, Permaisuri Ratu hatiku. Maaf aku meninggalkan mu beberapa hari ini karena ada banyak hal yang harus aku selesaikan." Ucap Jeffrey sambil menutup pintu dan melangkah masuk ke dalam kamar.

"Apakah kau merindukan ku, Torenia?" Tanya Jeffry yang tak akan mendapatkan jawaban tersebut.

Raja Hesperos itu hanya bisa meremat kedua tangannya erat ketika melihat Permaisuri Ratu Hesperos itu terbaring di atas sebuah kasur berukuran king size itu dalam keadaan koma. Terlihat wajah cantik namun pucat itu tampak lebih menirus dari terakhir kali ia melihat keadaan sang Ratu tersebut. Sudah 20 tahun lamanya sang Ratu terbaring koma di sana sejak terakhir kali ia mendengar sebuah kabar tak mengenakan 20 tahun yang lalu.

"Sekarang lebih rumit dari yang ku kira, Torenia. Aku tidak tau apakah keputusan ku ini benar atau tidak. Namun, aku yakin ini adalah keputusan yang paling tepat untuk mengakhiri semua ini." Ucap Jeffry sambil mengusap sisi wajah tirus Torenia.

"Namun, aku menyesali keputusan ku di masa lalu hingga membuat mu seperti ini. Andai saja, andai saja aku bisa mengulangi waktu maka aku tidak akan membiarkan mu terpuruk dan tertidur selama ini." Ucap Jeffry tanpa sadar membuat air mata menetes begitu saja dari kedua manik hitamnya.

Ia yang menyadari hal itu pun dengan cepat mengusap kedua matanya dan tersenyum masam. Ia benar-benar merasa bodoh telah menangis seperti ini dihadapan sang Istri tercintanya.

"Torenia, setelah semua ini berakhir nanti, ku harap kau bisa bangun kembali dan tersenyum indah seperti dahulu." Ucap Jeffrey sambil menggenggam tangan kiri Torenia. "Kau harus tau, bahwa Pangeran kita telah berusaha sebaik mungkin untuk mempertahankan Kerajaan Hesperos dari peperangan tiada akhir ini." Lanjutnya kemudian mengecup punggung tangan Torenia lembut.

"Walaupun aku tak tau di saat hal itu tiba nanti, apakah aku masih hidup atau tidak?" Ucapnya dalam hati sambil melirik ke arah belakang dari ekor matanya.

Raja Hesperos itu sedari tadi sudah menyadari ada beberapa makhluk bayangan yang mengawasinya sejak ia memasuki kamar Permaisuri Ratu tersebut. Tentu saja ia tau bahwa ini ulah Ibu Suri yang terus mengawasi gerak geriknya sejak dahulu. Andai saja ia tak membuat sebuah janji atas nama Raja terdahulu, ia tak akan pernah menuruti keinginan sang Ibu Suri tersebut. Maka karena itulah, ia pun membuat sebuah rencana lain, rencana yang tidak harus ia lakukan sendiri. Rencana itu ia ubah sedemikian rupa agar ia tak melakukan apapun namun akan tetap berjalan sesuai dengan prediksinya. Tentu saja rencana itu memerlukan bantuan banyak orang yang ia pikir akan memberikan kontribusi yang banyak, salah satunya adalah Marquis Markurius Algerio Von Richthofen. Seorang Panglima Perang muda yang memiliki identitas lain.

"Torenia, setidaknya kau harus tau bahwa kau tidak hanya memiliki satu orang Pangeranㅡ" Ucap Jeffry terputus.

SLLASSHHHH!!

"Arrggkkhhhh!"


Jeffry seketika berteriak kesakitan ketika sebuah belati menancap di lengan kanannya dan mengakibatkan luka yang dalam. Ia dengan cepat mencabut belati tersebut dan berbalik ke belakang ke arah tiga orang Pasukan Bayangan yang telah melempar belati tersebut ke arah dirinya. Jeffrey yang melihat hal itu tersenyum sinis sambil memegangi luka di lengannya.

Fermàta || Markhyuck (On)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang