Yuk kenali lebih dekat Author dan ngobrol ngobrol tentang Novel ini di Ig
@widyaarrahma20_
Yang ada _ nya yah"Qobiltu Nikahaha watazwijaha biMahri madzkur Halal"
"Bagaimana Saksi ?"
"SAAAAH"
Cekrek
1 jempretan foto dari sang fotografer berbalut jilbab ungu itu, dia berpindah tempat untuk kembali menjempret foto foto lain
Meskipun ada fotografer yg dibayar untuk acara ini namun dia di dawuhi / diperintah Sang Kyai untuk ikut mendokumentasikan acara pernikahan putranya dengan keponakannya
Nafasnya dia buang perlahan, dia menghadap belakang menghapus setitik air matanya lalu kembali memotret kedua mempelai yg tengah bersalaman dan saling mendoakan
Dia juga ikut keluar masjid saat Pengantin diiring ke Tempat resepsi, tangannya bergetar saat dia berada persis didepan mempelai lelaki, tanpa saling menatap dia memotret kedua mempelai yg tengah sama sama tersenyum bahagia
Sampai di tempat resepsi, semua sudah di atur oleh WO jadi dia ditempatkan oleh WO untuk memotret keluaga yg datang saja
Perempuan berkacamata bernama Shanayla Auri Salwa itu bernafas lega setidaknya dia tak berlama lama harus menatap lelaki yg 2 tahun lalu sudah mengatakan sebuah janji padanya
Auri menghadap para bu nyai, mencium tangannya lalu memotretnya, ada yg tengah duduk, tengah mengobrol atau bahkan yg terang terangan meminta berfoto
Hingga acara selesai, Auri masih ada di Aula tempat acara dilakukan, kini dia duduk disalah satu sudut aula yg tak banyak orang lewat, untuk hanya meminum air putih
Lalu dia berjalan keluar aula berpapasan dengan pengantin yg juga mau keluar dari aula
Tentu rasa ta'dzimnya pada putra putri kyai itu tinggi, dia mundur dan membungkuk membiarkan mereka berjalan lebih dulu barulah dia berjalan kearah asrama putri lebih tepatnya di kamar pengurus
Sampai di kamar pengurus yg 1 kamar diisi 2 orang, dia melepas jilbabnya, duduk didepan lemarinya memandangi hasil foto tadi
Senyum sendunya terukir menatap senyum dari seorang lelaki yg berperan sebagai mempelai lelaki itu
"Nyatanya janji itu hanya sekedar janji Gus, saya memang ndak pantes sama njenengan" ucapnya
Dia menghembuskan nafas beratnya lalu menaruh kamera itu diatas lemarinya
Dia merebahkan badannya di kasur, matanya terpejam namun setetes air matanya mengalir
"Mba Auriiii, eh tidur tah ?"
Perempuan itu langsung membuka mata dan menghapus air matanya, lalu tersenyum pada yg datang
"Enggak Za, kenapa ?"
"Gapapa mastiin mba Auri udah masuk ke kamar aja soalnya tadi aku liat mba Auri sibuk banget"
"Ya gimana, namanya juga didawuhi umi"
"Iya juga sih, oh ya mba, mba beneran gak boyong kan minggu depan setelah khataman"
"Gak janji Za, orang tua mba minta mba pulang karna merasa mba udah lama disini, mba udah 7 tahun disini, dan orang tua mba juga minta mba buat ikut diusaha"
"Yaaaah nanti aku sekamar sama siapa mba ?"
"Ya kan ada pengurus lain Za"
"Iya siiih, oh ya tadi ibu aku kirim makanan, ibu nitip buat mba Auri katanya"
Perempuan bernama Liza itu membuka lemarinya lalu mengambil kardus dan membukanya, mengambil sekresek jajan dan diberikan pada Auri
"Banyak banget Za, aku jadi gak enak sama Ibumu selalu dikasih gini"
"Gapapa mba Auri, kata ibu ucapan makasih mba Auri udah momong aku"
"Hahahaha momong, kaya anak bayi aja kamu"
"Hehehehe ya udah aku mau ke depan dulu, jagain paket"
"Ya udah mba mau istirahat"
Liza keluar dari kamar tak lupa menutup pintunya sementara Auri memilih merebahkan badannya di kasur yg sudah digelar
Keputusan boyong setelah khataman sudah dia fikirkan matang matang hanya saja dia belum sowan ke umi, bukan semata mata hanya karna Gusnya tak menepati janjinya saja namun karna dia harus membantu orang tuanya yg mempunyai usaha konveksi
Kedua kakaknya sudah membuka konveksi sendiri sementara adiknya yg lelaki belum mampu karna masih sekolah jadi harus dia yg membantu
Kabar Kedekatan Auri dan Gusnya memang tak terdengar siapapun bahkan Liza yg 1 kamar pun tak mendengar karna Auri dan Gus bernama lengkap Gus Lutfi Rizqullah itu kompak menutupinya rapat rapat
Hingga rasa kecewa inipun Auri tak tampakkan pada siapapun, gak ada satupun yg tau kecuali dirinya, Gusnya dan Allah
Auri berusaha menutup matanya namun senyuman Gus Luthfi masih terngiang di fikirannya
Senyuman yang selalu beliau berikan padanya jika sepi, tak banyak orang melihat, sekarang hampir semua orang melihatnya
Lagi lagi setetes air matanya meluncur begitu saja, 3 tahun dia menanti tepattan janji Gusnya nyatanya beliau ingkar
3 tahun Auri menunggu kelulusan S3 Gusnya namun saat pulang ternyata bersamaan dengan kabar Gus nya sudah dijodohkan dengan sepupunya
Ingin rasanya Auri berteriak didepan wajah Gusnya yg sudah ingkar akan janjinya, namun itu hal yg mustahil
Seminggu ini terasa berat baginya, diam diam dia sering menangis kala pulang rapat untuk acara gusnya
Tangannya bergetar ketika Gus Luthfi sendiri menerangkan rundown acara, lisannya begitu lincah berbicara seakan tak ingat ada hati yg tersayat mendengarnya
"Kalau akhirnya seperti ini, kenapa dulu njenengan mengucapkan janji itu pada saya ? Ketika Njenengan pulang kenapa selalu bersikap beda pada saya ? Gus, saya kalah, saya akan menjauh dari njenengan" ucapnya dalam hati
***************
Hallooooooo cek Ombak dooong
KAMU SEDANG MEMBACA
HAMBEG KARTIKA
Teen FictionAku melepasmu karna aku tau, memiliku hanya khayalan yg tak akan pernah terwujud aku bisa saja menyimpan perasaan ini untukmu sampai kapanpun namun aku yak bisa menyimpan rasa cemburuku kala lisanmu menyebut Qobiltu untuk perempuan lain